Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Adit. Mengelak, memghindar bukan lagi jalan keluar yang baik. Apalagi berpura-pura budek, sama sekali tidak menyelesaikan masalah bukan? Terpaksa Nadia mengatakan yang sebenarnya.
Nadia menghela napas. "Emm. Tadinya aku juga gitu mau ajak kamu makan siang bareng. Eh taunya aku disuruh Pak Roni antar makanan ke rumah sakit," jawab Nadia berhati-hati.
Bibir dapat tersenyum. Tapi hati tidak dapat berbohong. Ada rasa sakit yang menyayat di hati Adit yang terdalam. Adit bisa apa selain memendam kekecewaannya sendiri? Apa Nadia juga akan peduli?
"Iya nggak apa-apa Nad. It's okay. Bisa lain kali kan?!" Adit menekankan. Bibirnya tersenyum. Meskipun hatinya merasakan getir.
Adit berusaha memaklumihanya. Ia tidak ingin Nadia terkena masalah. Jadi ia hanya bisa mengalah.