Keesokan harinya Nadia berangkat ke kantor seperti biasanya. Adit juga sudah masuk kerja pagi ini.
Badan Adit sebenarnya masih belum benar-benar pulih. Luka lebam di wajahnya masih samar terlihat.
Bahkan tidak ada yang memaksanya masuk hari ini. Reni bahkan menawarkan cuti untuk Adit. Tapi tak ia ambil. Karena ia sudah merindukan Nadia.
Nadia lebih dulu sampai di kantor. Ia tengah sibuk dengan berkas-berkas di mejanya. Adit yang melihat dari kejauhan segera menghampiri Nadia.
Dari kejauhan Adit sudah memberi kode jika ia sudah datang, dengan melambaikan tangan serta melempar senyum yang begitu tulus untuk kekasihnya.
"Nadia…" panggil Adit.
Bak gayung bersambut. Meskipun Nadia yang sedang fokus pada berkas-berkasnya. Ia tetap menyapa Adit dan berusaha menampilkan senyum terbaik yang ia miliki. "Adit. Sudah membaik? senang melihatmu kembali bekerja."
"Aku akan merasa sangat bosan, kalau terus terkurung di rumah sendirian, ow iya-"