Berbicara beberapa menit mereka baru menyadari status hubungan mereka sekarang sudah selangkah lebih maju. Bukan lagi tidak jelas karena memendam rasa suka. Tapi sudah meningkat menjadi pacar.
"Tunggu dulu. Berarti sekarang kita jadian?" tanya Rena. Meminta kepastian.
Memangnya ada pilihan lain selain menjawab iya?
Adit tertegun. Ia tidak menyadari sudah melangkah terlalu jauh, bahkan melebihi batas. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sudah tidak bisa ia mundur.
"Iya, tentu saja," jawab Adit akhirnya. Obrolan antara Rena dan Adit malam itu berat, tidak ada senda gurau seperti biasanya, dan berlangsung hingga dua jam lamanya. Membuat Adit merasa kepalanya terasa sakit. Seperti ada beban batu yang menimpa. Akhirnya Adit mengakhiri sambungan teleponnya dengan Rena.
Adit menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Otaknya seperti membeku seakan tidak bisa berpikir apapun. Adit seperti terombang-ambing oleh permainan yang ia ciptakan sendiri.