Jaya sudah tak menghiraukannya. Ia segera mendekati orang tersebut. Seorang ibu-ibu.
"Bu. Ibu tau nggak pemilik rumah ini?" tanya Jaya.
Bukannya menjawab ibu itu malah menjadi menatapnya curiga. Apa maksudnya tiba-tiba tanya rumah orang? Itu mungkin pikirnya.
"Mau ngapain tanya-tanya kayak gitu?"
Mau tidak mau. Otak Jaya yang terbatas harus bisa berpikir lebih cepat, agar bisa mendapatkan informasi, tanpa harus membuat curiga ibu-ibu yang lewat ini.
"Kami temannya Nadia Bu. Mau kasih undangan pernikahan," jawab Jaya. Dalam hati Jaya saat ini merasa bersyukur, mendadak otaknya menjadi cemerlang.
Ibu itu tertawa kecil. Ia sudah tidak curiga lagi ketika Jaya menjelaskan seperti itu. "Oh. Temannya Nadia. Bilang dong dari tadi," jawabnya.
Heri terkekeh. "Iya Bu."