"Tapi memang kamu cantik," sahut Roni. Membuat wajah Nadia memerah. Kepalanya seakan bertambah besar juga karena dipuji seperti itu oleh pacarnya sendiri. "Iya kan ma?" Roni meminta pendapat dari mamanya.
"Nadia selalu tampil menawan," puji mama Roni. "Ayo duduk Nadia!" pinta Reni.
"Kalian sudah berkumpul rupanya." Nenek keluar dari kamar. Sudah dengan baju bermerk dengan harga mahal tentunya. Perhiasannya besar dan mahal.
Nenek saat itu memandangi Nadia dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tidak ada yang spesial dari Nadia bagi nenek, penampilannya tidak branded, jauh dari kata mahal. "Siapa dia?" Ekspresi wajah nenek dingin saat bertanya.
Di ruangan itu memang hanya Nadia yang belum nenek kenal sama sekali. Jadi nenek menanyakannya.
Reni menyenggol lengan Roni. Ia melirik ke arah Roni, seakan memberi kode, agar Roni memperkenalkan Nadia sebagai pacarnya.