Hijau dan rimbun pepohonan, berlatarkan Savana yang menghampar luas membentang. Beberapa burung berkicau riang berterbangan menembus jajaran awan. Kilau sorot mentari menghangatkan suasana pagi hari. Embun yang perlahan mulai menguap pergi terbawa semilir angin yang menambah citra elok suasana pagi.
Seorang gadis berambut panjang dan ikal, matanya bulat dengan alis yang rapi serta senyum manis di kedua pipinya. Matanya berwarna coklat dengan hidung yang minimalis tetapi tetap terlihat manis. Naura nama gadis itu, dia bukan dalam usia belia. Tetapi kebanyakan orang tidak akan percaya jika dia mengatakan usianya yang sebenarnya.
Terdengar suara mendesis ular yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Naura tersadar dan kemudian beranjak pergi dan berlari secepat kilat. Namun, tetap saja ular itu terus membuntuti kemanapun Naura pergi. Sungguh menyeramkan, dan seketika suasana juga berubah menjadi mencekam.
Langit berubah gelap dengan beberapa kilatan petir yang menyambar. Naura terengah-engah dan seperti kehilangan kesadaran. Semua terjadi begitu cepat dan berpindah tempat. Naura kini sudah berada dalam suasana yang berbeda lagi. Naura berada di dalam satu ruangan dengan jendela besar, Naura mampu melihat semuanya tetapi tidak ada satu manusia pun yang mampu mendengar teriakannya.
Naura menangis di dalam kesendiriannya saat ini, Naura duduk sambil melipat kedua lututnya lalu merengkuhnya erat. Air matanya jatuh berderai bersama dengan isakan tangis yang kian dalam. Naura tersentak saat ada sentuhan lembut dan hangat di pundaknya, dari seseorang yang tidak nampak wajahnya.
" Bangun!! Jangan jadi pemalas Maemunah. Semagatlah kalau pagi hari, janganlah kau kalah sama jambret. Jambret aja cari rejeki haram semangat dia." Omel Namima kakak Naura sambil membuka tirai.
" Ih, Kakak loh! Masih ngantuk aku ini." Jawab Naura dengan malasnya.
Namima pergi begitu saja setelah membuka semua tirai. Jelas saja panas terasa menusuk sebab waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi hari. Naura meloncat dari tempat tidur dan bergegas menuju ke kamar mandi.
"Aduh, Telat ini. Bagaimana ini? Pasti habis aku di marahi olehnya nanti." Keluh Naura sambil menggosok giginya dengan tergesa-gesa.
****
" Naura! Nau, sudah siap belum?" Seru Nico dari ruang tamu.
Nico sedari tadi rupanya sudah menunggu Naura untuk melakukan pemotretan. Tetapi Naura malah masih asik melanjutkan mimpinya.
Chapter 1 - Selamat datang untuk membuat di WEBNOVEL
Platform penulisan WEBNOVEL-INKSTONE dapat mewujudkan impian kreatif Anda dan menghubungkan Anda dengan pembaca di seluruh dunia dengan kata-kata. Anda juga dapat mengakses https://inkstone.webnovel.com dan buat di PC.