Chereads / L/R / Chapter 44 - 43

Chapter 44 - 43

Meski memiliki bentuk fisik yang sama, wajah yang sangat identik, dan juga memiliki banyak kesamaan sifat, Leo dan Rio sesungguhnya sangatlah berbeda.

Leo mudah mengubar senyum, sedangkan Rio lebih sering menunjukkan ekspresi serius. Leo juga mudah bersosialisasi di mana saja, lain dengan Rio yang justru tertutup dan memberi kesan misterius.

Jika ingin tahu perbedaan besar yang ada, maka jawabannya adalah agama yang mereka yakini berbeda. Leo akan beribadah di gereja, dan Rio akan beribadah di masjid.

Saat ini ada dua orang perempuan yang tidak sengaja dipertemukan di sebuah cafe sedang sama-sama dilema karena Leo dan Rio.

"Kenapa Rio menolak karena merasa nggak pantas denganku sih?"

"Jika berasal dari keluarga yang berbeda emang terasa mustahil untuk menjalani kisah cinta."

Franda Aqilasari dan Sinta Aulia menghela napas secara bersamaan setelah mengeluarkan unek-unek yang mereka rasakan hari ini.

Padahal sudah bisa kembali bertemu dengan Rio dan tahu cowok itu adalah orang yang dijodohkan dengannya, tapi Franda tetap ditolak saat ingin menjadi pacar Rio.

Sinta juga padahal baru menyadari jika orang yang disukainya adalah Leo, tapi cowok itu ternyata berasal dari keluarga kaya raya yang sulit terjangkau olehnya.

Si kembar yang bukan merupakan saudara sedarah ini benar-benar membingungkan. Mereka punya wajah yang sama saja sudah cukup membuat heran, dan ternyata jatuh cinta dengan mereka justru jauh lebih membuat pusing lagi.

Setelah satu menitan saling diam, Franda menatap Sinta yang duduk di hadapannya, "Oh ya, kita belum berkenalan secara langsung kan? Aku Franda."

Sinta menatap Franda dengan kikuk, "Sinta."

Franda menopang dagunya sambil tersenyum, "Kupikir Sinta menyukai Rio, ternyata yang kamu sukai Leo ya?"

Sinta ikut tersenyum. Awalnya dia juga beranggapan demikian, "Karena selalu bertemu dengan Rio di sekolah, aku juga berpikir kalau dia orang yang kusuka. Tapi setelah bertemu dengan Leo di panti dan kemarin bertemu dengannya lagi di gereja, aku sadar perasaan suka ini ada untuk Leo."

"Ada sensasi berbeda saat sedang bersama orang yang disukai ya? Aku juga menyadarinya waktu bersama dengan Rio."

"Aku justru terlambat menyadarinya dan membuatmu salah paham ya? Maaf."

Franda mengibas-ngibaskan tangannya, "Nggak apa-apa, yang penting sekarang aku sudah tahu kalau kita ternyata nggak menyukai cowok yang sama."

Sinta menunduk sambil memegang gelas berisi capucino yang berada di atas meja di hadapannya, "Tapi aku tetap mendapat kesulitan yang sama."

"Nggak sulit kok. Jika berusaha, kamu pasti bisa," dukung Franda dengan nada sungguh-sungguh. Dikarenakan Sinta memiliki alasan menolak yang sama seperti Rio, tentu Franda ingin lebih memberi dukungan kepada teman barunya ini.

Mata Sinta kembali memandang Franda dengan sendu, "Aku cuma anak dari keluarga biasa-biasa, mana mungkin aku bisa membuat cowok yang bersekolah di SMA Tirta Bangsa menaruh perhatian padaku."

"Emang kenapa nggak bisa? Walau Leo sekolah di SMA Tirta Bangsa atau dia masuk sekolah internasional yang biaya SPP-nya lebih mahal sekalipun, Sinta tetap punya kesempatan jadi pacar Leo. Nggak sepertiku yang jalas-jelas udah ditolak oleh Rio."

Sinta kembali menunduk, "Aku nggak pantas jadi pacarnya."

Franda menggenggam tangan Sinta yang berada di atas meja menggunakan kedua tangannya, "Pantas kok. Sinta kan pintar, apalagi alasanmu suka pada Leo bukan karena hartanya kan? Jika Sinta menyukainya secara tulus, kamu punya kesempatan besar mendapatkan Leo."

Setelah mengetahui Leo berasal dari keluarga kaya, Sinta justru merasa tidak pantas menjadi pacarnya. Jadi sudah sangat jelas Sinta bukanlah tipe perempuan yang hanya menyukai laki-laki dengan harta berlebih saja.

Melihat Sinta yang masih terpuruk membuat Franda ingat perkataan Rio ketika menolaknya, "Untuk sekarang mungkin kamu nggak pantas jadi pacar Leo, tapi ke depannya kamu masih punya kesempatan untuk jadi pacarnya kok."

Sinta mengangkat kepalanya dan memandang Franda dengan sorot mata yang lebih hidup dibanding sebelumnya, "Benar juga. Aku nggak akan kalah dari Rio dan berjuang juga agar pantas berada di sisi Leo. Makasih sarannya, Franda."

Franda mengernyitkan dahi dengan heran, kok Sinta langsung punya semangat baru begini? "Jika bisa melakukannya sekarang, kenapa kamu setuju untuk berjuang mendapatkan Leo nanti?"

"Kenapa? Jika seandainya Leo suka padaku kemudian kami pacaran, orang lain akan mencibir dengan mengatakan aku hanya memanfaatkan kekayaannya aja. Lebih baik berjuang dulu jadi perempuan yang pantas untuknya agar nggak mempermalukan diriku sendiri."

Jika pemikiran Sinta dan Rio sama, Franda sekarang mengerti alasan Rio menolaknya menjadi pacar padahal mereka sudah dijodohkan.

Rio pasti jauh lebih tidak ingin terlihat seperti laki-laki matre. Sinta saja tidak mau terlihat seperti perempuan yang hanya suka dengan Leo karena harta, Rio juga pasti demikian.

Dua orang ini memang cocok ya? Franda sudah pernah iri melihat kedekatan Rio dengan Sinta, sekarang dia semakin merasa iri setelah tahu mereka juga memiliki pola pikir yang serupa, "Oh ya, bukannya Leo tipe yang peka ya? Dia seharusnya cepat menyadari perasaanmu."

Sinta menghembuskan napas dengan kencang. Dia juga tahu Leo adalah tipe cowok yang peka, tetapi, "Dia sama sekali nggak menyadarinya walau tadi di sekolah aku udah tertangkap basah sedang memperhatikannya."

Merasa bingung mendengar penjelasan Sinta, Franda terdiam sejenak untuk mencoba berpikir, "Oh ya, kalau nggak salah Leo pernah mengajakmu kencan kan? Aku tadinya berpikir dia melakukan itu agar bisa membuat Rio mengantarku. Tapi setelah kupikirkan lagi, tindakan Leo justru seolah menunjukkan kalau dia udah menaruh ketertarikan padamu."

"Saat itu aku justru menangis karena merasa patah hati melihat kedekatanmu dengan Rio."

Kedua netra Franda langsung berpaling ke arah lain, "Maaf. Jika hal itu yang terjadi, kayaknya aku tahu di mana letak kesalahannya."

Sinta yang semula cemberut menunjukkan wajah bingung, "Kesalahan?"

Franda kembali menatap Sinta, kali ini jauh lebih serius dibanding sebelumnya, "Leo berpikir kamu masih menyukai Rio. Karena wajah mereka yang sama, Leo mungkin menganggap Sinta melihat dirinya sebagai sosok Rio."

Sinta mengangguk mengerti, jadi Leo salah paham ya? Karena memiliki wajah yang sama, Leo tidak sadar jika yang kini disukai oleh Sinta adalah dirinya, "Kalau gitu aku akan mulai dengan membuat Leo sadar dulu."

Puas dapat membantu Sinta, Franda ikut menunjukkan ekspresi senang. Tapi rasanya masih ada halangan yang harus mereka hadapi, "Aku juga ingin lebih mengenal Rio. Tapi kita baru bisa bertemu mereka jika sedang bertukar identitas saja ya?"

"Ah, Franda belum tahu ya jika Rio sekarang tinggal tepat di depan rumahku?"

Franda mencondongkan tubuhnya mendekati Sinta dengan antusias, "Benarkah? Apa aku boleh main ke rumah Sinta?"

Sinta mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan canggung, "Boleh aja sih, tapi rumahku nggak bagus. Franda mungkin nggak betah berlama-lama di sana."

"Betah kok, apalagi jika punya kesempatan bertemu dengan Rio. Aku pasti bakal sering-sering main jika Sinta memperbolehkannya."

Sinta memang mau membantu Franda untuk bertemu dengan Rio, tapi kan gadis yang duduk di hadapannya memiliki kelas yang setara dengan Leo. Franda juga berasal dari keluarga kaya.

Tidak mendapat jawaban dari Sinta, Franda seketika menunjukkan eskpresi kecewa, "Nggak boleh ya?"

"Boleh kok. Tentu aja boleh. Aku senang Franda mau main ke rumahku dan sekalian bisa membantumu bertemu dengan Rio. Tapi aku malu mengajak orang seperti Franda bertamu ke rumahku," ucap Sinta dengan sedikit panik.

Franda menghela napas, "Nggak perlu malu, kita teman kan? Leo dan Rio aja bisa menjalin hubungan persaudaraan dengan perbedaan yang ada. Kita berdua juga pasti bisa menjadi sahabat."

Yang diucapkan Franda memang benar. Walau ada larangan hukum untuk berada di satu kartu keluarga yang sama, tapi Leo dan Rio tetap mau menjadi saudara. Pasti jauh lebih mudah dilakukan jika sekedar menjadi teman atau sahabat.

Leo dan Rio sudah membuktikan perbedaan status dan agama tidak membuat mereka gentar mengakui satu sama lain sebagai saudara. Jadi pasti Sinta juga dapat melakukan hal yang sama dengan Franda, "Iya."

"Kuharap ke depannya kita semakin akrab dan selalu berbagi cerita mengenai si duo kembar itu ya?"

Mendengar candaan Franda membuat Sinta ikut tertawa. Pasti nanti ada banyak cerita yang bisa mereka bagi bersama karena sudah jatuh cinta pada si kembar yang sama-sama sulit dimengerti ini.