Chereads / COUPLE WORLD FOR 'JOMLO' / Chapter 30 - CWFJ 30 : Surat Pengunduran Diri

Chapter 30 - CWFJ 30 : Surat Pengunduran Diri

Setelah menulis surat resign itu, Nea langsung menutup laptopnya dan kembali ke atas ranjang empuknya.

Gadis dewasa itu hanya mengamati tongkat keemasan milik pria maskulin tadi yang berada di samping meja belajarnya. Nea sedang tidak ingin memikirkan banyak hal yang membuat kepalanya terasa ingin pecah saja. Maka dari itu kini ia terlelap sangat pulas setelah lima menit menatap tongkat keemasan itu dengan termenung.

Namun, ketika Nea kembali terlelap ada sesuatu yang kembali terbuka.

Yaitu, sebuah portal yang berbentuk lingkaran lalu melonjong ketika ada yang melewati portal tersebut. Itu si pria maskulin lagi. Pria itu berjalan mengendap-endap dan mengambil tongkat miliknya begitu saja.

Kemudian pria maskulin itu segera masuk kembali ke portal ajaib tanpa menghiraukan Nea lagi. Dan portal itu mengkerut, mengecil, kemudian hilang ketika si pria maskulin itu masuk ke dalam sana.

Tertinggal udara kosong dan sedikit percikan cahaya kebiruan yang dihasilkan oleh pinggiran portal ajaib itu. Lalu semua percikan itu juga pada akhirnya menghilang tanpa bekas.

Si pria maskulin itu melupakan tujuan utamanya. Sebenarnya pria maskulin itu hendak mencuri atau merampas serbuk gliter emas yang masih disimpan Nea.

Namun pria maskulin itu terhanyut oleh hal yang ingin ia lakukan. Ia terhanyut menyentuh tangan Nea dan menyebabkan dirinya dan Nea melihat ingatan masa lalu itu secara bersamaan.

Bedanya, Nea terasa seperti bermimpi tak sengaja. Namun si pria maskulin itu merasa seperti sedang menonton ingatan masa lalu dari Nea. Kira-kira apa hubungannya dengan hal itu?

***

Nea terbangun saat jam enam pagi. Gadis itu juga mengeluh beberapa bagian tubuhnya sangat pegal dan merasa tidak segar kali ini.

Tentu saja ia merasa seperti itu. Jika Nea tidak terbangun tengah malam atau dini hari, pasti tubuhnya merasa lebih segar pagi ini. Inilah hal yang Nea benci sebetulnya. Ia tidak pernah suka terbangun tengah malam atau dini hari. Jika bukan karena mimpi itu dan membaca sms dari Rasyid kemudian mengetik surat pengunduran diri, maka Nea pasti tidur sangat nyenyak dan mengabaikan semua hal itu.

Dengan malas ia bangkit dari kasur. Menata kasurnya dan kemudian segera menyambar handuk mandinya yang tergantung di dinding samping pintu kamar mandi.

Setelah mandi, Nea langsung mengeringkan tubuhnya. Kemudian segera memakai baju kerja dan langsung menyisir rambutnya yang sudah terlepas dari jedai berwarna hitam.

Lalu gadis itu langsung berlari kecil menuju dapur menggunakan sandal rumah yang empuk. Ia segera menyalakan kompor, menumpangkan teflon berdiameter 20cm yang sudah diberi sedikit minyak sayur. Setelah minyak itu panas, Nea langsung menuangkan isi telur mentah yang sudah ia pecahkan dan menaburkan sedikit garam hanya di atas bagian kuning telurnya saja.

Sambil menunggu telur mata sapi itu matang, Nea langsung menyambar piring bersih dari rak piring mini. Kemudian ia kabur ke arah meja makan dan segera membuka magicom dan mengambil satu centong nasi hangat.

Meskipun nasi itu hasil menanaknya kemarin sore, tapi masih enak dan pulen. Tidak kering dan keras. Karena magicom milik Nea itu anti lengket dan yaahh..harganya lumayan mahal. Jadi, mungkin magicom itu memang pintar menjaga kesehatan si beras. Ah!

Dengan cepat Nea langsung menuangkan susu rasa jeruk dari dalam kulkasnya. Tentu saja dituangkan ke gelas kaca.

Lalu ia kembali lagi ke dapur dan mengangkat telur mata sapinya yang setengah matang. Api kompornya memang ia kecilkan tadi. Jadi telur mata sapi itu dalam kondisi sempurna.

Nea memang tidak suka membalik telur mata sapi ketika menggorengnya. Adakah tim yang seperti Nea juga?

Kata Nea, lebih enak saat meletuskan kuning telur setengah matang itu dengan ujung sendok di atas nasi hangat. Lalu lelehan kuning telur itu meluber ke sekitar gundukan nasi. Begitulah cara makan Nea jika sarapannya dadakan seperti hari ini akibat tidak bangun subuh.

Ia juga sedikit menambahkan sambal bawang setengah sendok makan. Nea memang tidak bisa makan tanpa sambal. Jadi ia selalu membuat sambal andalannya dan dibuat stok dimasukkan ke dalam toples ukuran kecil, kemudian disimpan di dalam kulkas.

Jika makan dadakan seperti ini, hal itu cukup menguntungkan karena Nea tidak perlu lagi mengeluarkan effort besar untuk membuat sambal baru.

Gadis itu makan dengan lahap dan langsung habis dalam waktu lima menit saja. Kemudian Nea mengatur napasnya dan menikmati waktu yang masih tersisa dengan meminum susu rasa jeruk itu.

Setelah duduk selama sepuluh menit dan merasa perutnya sudah kenyang dan nyaman, Nea bangkit menuju kamarnya lagi. Ia bermaksud sedikit dandan, mengenakan sepatu kerja berupa pantofel heels lima centimeter, dan mengambil tas selempangnya.

Setelah semua itu selesai dan Nea juga sudah mengatur rambutnya, gadis itu melongo ketika melihat tongkat keemasan tidak ada di tempatnya.

Nea mengernyitkan dahinya. "Masa iya aku halusinasi? Nggak kok. Jelas jelas tongkat semalem itu aku lihat, aku pegang, dan aku letakin lagi di sini." Gumamnya sendiri sambil menunjuk di mana tongkat tersebut seharusnya masih ada.

Namun secepat kilat bulu kuduknya berdiri. Ia merinding sendiri. Namun Nea tidak takut. Ia yakin tongkat itu bukan sesuatu hal yang mistis.

"Bodo amat deh. Ih." Ujarnya kemudian segera pergi dan membawa ponselnya yang ia ambil dari atas meja nakas.

***

Sampai di kantor, Nea langsung menempati meja kerjanya. Tentu saja Nea berangkat menggunakan taksi.

Demi apapun kini Nea mulai tertarik dengan misi hidup yang lain. Contohnya kendaraan. Nea jadi kesal juga jika dirinya tidak bisa menyetir mobil padahal ia sebenarnya mampu mampu saja membeli mobil. Nea pastikan setelah resign dari bank ini, ia akan fokus pada pekerjaannya, mempublikasi siapa dirinya, dan mulai latihan menyetir juga.

Tapi sebelum itu semua, hari ini Nea harus siap masuk ke ruangan Pak Rudi dan membawa kabar buruk. Yaitu surat pengunduran diri.

Tak hanya Nea yang berwajah murung dan serius hari ini. Namun Gilang juga terlihat suntum seperti Nea. Wajah pria itu terlihat frustasi dan di bagian dagunya mulai terlihat rambut kumis yang sedikit timbul meskipun tipis.

Dina tampak bergidik saja ketika berpapasan dengan Gilang. Karena Dina tidak suka lelaki yang memiliki brewok atau kumis meskipun hanya tipis.

Gadis berusia dua puluh lima tahun itu langsung duduk menempati kursi kerjanya. Kemudian sedikit melirik Nea yang sibuk memasukkan kertas hvs yang baru saja keluar dari mesin printer. Kertas hvs yang memiliki tulisan itu dilipat rapi dan dimasukkan ke sebuah amplop putih persegi panjang.

Dina penasaran Nea sedang membuat surat apa. Jadi Dina terus menatap Nea dari pembatas kaca yang jernih itu.

Setelah Nea selesai memasukkan kertas putih dalam amplop tersebut, ia mengambil sebuah pulpen dan membubuhkan tiga kata pada amplop tersebut.

Tertulis "Surat Pengunduran Diri" dengan jelas dan kedua mata Dina membulat secara sempurna.

"WHAT THE F*CK?? LO SERIUS NEY??!!" Lontar Dina dengan sangat keras. Bahkan baru kali ini Dina menggunakan kata 'lo-gue' ada Nea.

Karena kaget, Nea hampir saja mencoret bagian depat amplop itu. Namun secara cepat Nea langsung berdiri dan membungkam mulut Dina dengan tangan kanannya.

Tentu saja teriakan Dina yang tidak sopan itu membuat semua karyawan dan bahkan Pak Dandi sang satpam menatap ke arah mereka dengan tatapan kaget.

Nea meringis dan mengedarkan pandangannya. "Hehe.. maafin Dina ya teman-teman.." ucapnya ramah namun tangan kanannya penuh penekanan dalam membungkam mulut Dina.

*****