Chereads / CROWN OF SIX : LEGENDARY DISABLER / Chapter 12 - Chapter 12 : Batas Penghabisan Part 3

Chapter 12 - Chapter 12 : Batas Penghabisan Part 3

Di dalam gelapnya ruang yang dihiasi oleh kemilau gemintang, raut wajah Aggreanos yang baru saja tertawa langsung menghitam—semakin pekat melebihi gelapnya malam.

"Apa maksudmu dengan itu, Prothaleya?!"

"Sesuai dengan yang kukatakan, Aggreanos. Aku akan menyegel fase keempat dari Child of Celestial," jawabnya, mata Prothaleya memancarkan tekad yang kokoh.

"Kau ingin Dia menang dengan mudah?" culasnya, suara Aggreanos semakin tinggi.

"Bukan itu yang menjadi tujuanku, Aggreanos. Fase keempat Child of Celestial masih belum stabil. Jika digunakan sekarang, maka Fake Guardian akan menyadarinya."

Aggreanos menghentakkan kaki dan menggetarkan segalanya. Kemurkaan di wajahnya pun menjalar hingga menyebarkan awan hitam ke seluruh penjuru.

"Kita bisa gunakan cara yang biasa, Prothaleya! Mereka tidak akan pernah tahu!"

"Kau pikir bisa mengelabui mereka dengan itu? Saat ini kita sedang melampaui batasan. Sekali ketahuan, meski mereka tidak akan bisa menghancurkan kita, gerakan kita akan terbatas untuk selamanya."

"Kau takut dengan penjara itu, Prothaleya?"

"Tenangkan dirimu, Aggreanos," sela Graciexa.

"Diamlah, Graciexa!" senggak Aggreanos, ia menghempaskan awan hitamnya hingga Graciexa terpaksa memasang perisai pelindung yang terbuat dari sulur berduri untuk menghalau serangan.

"Hentikan tindakan egoismu itu, Aggreanos! Kau sudah melewati batas!" Tatapan Prothaleya dari balik topengnya itu memancarkan pekatnya amarah.

"Egois? Lucu sekali! Bukankah kau yang egois? Kau ingin Rexhea memenangkan pertarungan ini, bukan? Itu sebabnya kau menyegel fase keempat Child of Celestial! Dasar munafik!"

"Munafik?"

Bibir Prothaleya berhenti berbicara, gemetar. Bukan bentakan ataupun makian, namun tawa yang menggema keras keluar dari balik topengnya. Suasana menjadi aneh, namun kemurkaan Aggreanos masih bisa dirasakan oleh lapisan terluar dari tubuh mereka.

"Apanya yang lucu Prothaleya!" Bentakan Aggreanos semakin menjadi – jadi.

"Aku baru menyadari sesuatu dari tindakan konyolmu barusan, Aggreanos."

"K-konyol katamu?! Aku meminta pertarungan yang adil, kau sebut itu konyol?"

Prothaleya semakin keras tertawa. Sampai – sampai topengnya nyaris saja terlepas.

"Ya. Kau meminta pertarungan adil tetapi pertarungan ini saja sudah tidak adil. Kau meminta melepaskan fase keempat Child of Celestial, tetapi kau sendiri saja tidak bisa mengalahkannya, Aggreanos. Bukankah itu kekonyolan yang hakiki?"

"Jaga mulutmu, Prothaleya! Jangan mengira statusmu sebagai pemimpin Great Primordial Entity berarti kau berhak mengatur segalanya!"

"Aku memang berhak mengatur segalanya, Aggreanos." Nada yang penuh arogansi keluar dari mulut sang pemimpin Great Primordial Entity. "Jika kau memang tidak setuju dengan keputusanku saat ini, maju dan ambil posisiku dengan seluruh kekuatanmu."

"Kau yang telah memintanya, Prothaleya!" Sebuah gempa luar biasa pun meretakkan dimensi—tempat mereka berada. Amarah Aggreanos membuat seluruh awan hitamnya bergejolak. Awan – awan itu dengan cepat mengelilingi dan mengurung Prothaleya.

"Hentikan sekarang juga." Nada keanggunan dari Graciexa mendadak lenyap, berubah menjadi semilir kesunyian yang mampu mengusik ruang tersembunyi di dalam jiwa mereka.

Sulur berduri milik Graciexa dengan cepat mengikat Aggreanos yang hendak menyerang Prothaleya. Menyegelnya hingga ia tak bisa menggerakkan apapun selain bibirnya. Jeratan itu sangat kuat dan menyesakkan.

"Sialan kau, Graciexa! Jangan mencampuri urusanku!" Aggreanos berusaha keras untuk melepasnya, namun ia tidak akan bisa. Sebab Graciexa adalah satu – satunya yang tidak mungkin ditentang olehnya dari segi kekuatan.

"Siapa musuhmu sebenarnya, Aggreanos? Jika masih bersikeras untuk bertarung, aku akan menghukummu atas pelanggaran perjanjian yang telah disepakati bersama."

Menghadapi peringatan yang tak bisa disangkal, Aggreanos tak bisa melakukan apa pun selain menurut pada Graciexa. Namun hal itu malah membuatnya semakin kesal. Meski begitu, ia sadar bahwa pertarungan di antara mereka tidak boleh terjadi untuk saat ini. Ya, untuk saat ini.

Saat sulur – sulur berduri Graciexa merasa Aggreanos telah tenang, mereka pun menarik diri dan kembali pada majikannya—menyelinap masuk ke dalam gaun sang wanita. Sementara itu awan – awan hitam yang mengelilingi Prothaleya pun lenyap tak bersisa atas jentikan jari Aggreanos.

Sesaat setelah ketegangan mereda, Prothaleya kembali berbicara, "Sepertinya aku mengerti mengapa kau bersikeras untuk menggunakan fase keempat Child of Celestial, Aggreanos."

"Aku tidak punya alasan selain meminta keadilan dalam pertarungan itu," ucap Aggreanos, ia menghindari tatapan Prothaleya.

"Awalnya tindakanmu itu terlihat tidak masuk akal. Karena seperti yang sudah kita lihat bersama, Yang Maha Mulia Rexhea berada dalam posisi yang sangat tidak diuntungkan. Hingga akhirnya aku mengerti apa yang membuatmu begitu terburu – buru," Prothaleya pun tersenyum dari balik topengnya. "Apa mungkin kau memiliki firasat kalau Yang Maha Mulia bisa membalikkan keadaan ini, Aggreanos?"

Aggreanos tersentak kaget mendengarnya. Ucapan Prothaleya itu membawa sebuah perasaan yang membuatnya mual. Mulutnya hendak menyanggah, namun Prothaleya segera memotong ucapannya.

"Tidak peduli sebanyak apa pun alasan yang akan kau katakan, pada akhirnya dirimu tetap mengakui keberadaan diri-Nya, Aggreanos. Pertarungan yang kita saksikan hanyalah untuk menyadarkanmu kembali atas panggilan jiwamu yang sebenarnya."

***

Arena pertarungan seolah mengambang di gelapnya ruang hampa. Hancur lebur bagai koloni ruang angkasa yang dibombardir musuh yang tak kenal ampun. Menyisakan puing dan retakan pada dindingnya yang menyedot keluar udara untuk bernapas.

Di dalam tempat yang berantakan itu, sesosok monster menguasai salah satu sudutnya. Bentuknya seperti lalat raksasa yang membawa rasa jijik yang memualkan. Tatapan mata tunggalnya yang memerah seolah mampu melihat ke seluruh sudut ruangan. Di atas kepala terdapat dua antena yang bersinergi membentuk kilatan cahaya, sementara enam sayap transparan miliknya memperlihatkan kemilau yang mengusik pandangan.

Seluruh perhatian monster itu berfokus pada satu titik, pada manusia yang membuatnya tersudut seperti ini. Bila mampu berpikir sudah pasti sang monster menganggapnya sebagai lawan yang tangguh, dan harus dibunuh.

Setelah deklarasi parau Child of Celestial selesai berkumandang, Natt memasang kuda – kuda dan siap menerjang. Natt tak hanya bertarung melawan monster, tetapi juga bertarung dengan waktu yang tersisa. Ia harus bisa mengalahkan lawannya sebelum Rachel melakukan sesuatu pada dirinya. Kemungkinan terburuk, Natt tidak bisa mendapatkan jawaban yang dapat menyelesaikan segalanya.

Natt menyudahi pikirannya dan kembali fokus pada pertarungan. Ia mengaktifkan [Penetration Blade] dan [Target Marked] untuk meningkatkan daya serang. Ia lekas melemparkan belatinya ke arah lawan yang tengah bersiaga dan mengaktifkan [Switch Blade] serta langsung melepaskan dua tebasan tajam.

10.000.000 Damage!

Saat melihat serangan normalnya berhasil memberikan kerusakan pada lawan, Natt tersenyum. Gairahnya yang kembali bangkit, membara. Ia segera melanjutkan combo serangan itu dengan [Silent Ambush] dan [Hidden Burst] yang memberikan kerusakan sepuluh kali lipatnya.

Sang Child of Celestial yang berwujudkan serangga seperti lalat pun meronta menahan sakit. Serangan yang dilancarkan Natt tepat mengenai lengannya yang menggenggam tongkat. Sebab rasa sakit yang dirasakan, sang monster pun mengepakkan keenam sayap dalam kecepatan luar biasa dan menimbulkan angin yang memukul mundur sang Assassin.

Meski sempat terpental, angin yang menyerbu tak membuat sang Assassin gentar. Kakinya tetap menapak kuat dan berusaha menerobos badai. Namun sang monster mencegahnya untuk mendekat. Peluru energi melesat dari pangkal tongkatnya dan melancarkan serangan beruntun.

Di dalam terpaan angin yang terus berkecamuk, Natt berusaha menghindari serangan lawannya. Dengan kegesitan yang ia miliki, cukup mudah baginya untuk menghindar. Namun seiring berjalannya waktu, entah kenapa serangan sang monster terasa semakin cepat.

Natt mendapatkan firasat buruk jika ia tidak segera menghabisi lawannya segera.

Sang Assassin menunggu cooldown [Switch Blade] berakhir sembari menghindari serangan. Hingga saat itu tiba, Natt mengaktifkan [Stealth] untuk lenyap dari pandangan sang lawan. Kemudian melemparkan satu belatinya ke luar zona yang tidak terjangkau oleh badai angin sang monster. Ia lekas mengaktifkan [Switch Blade] dan melesat untuk memberikan serangan kejutan dari belakang.

Naas, sesaat belati Natt hendak menyentuh lawannya dalam kesenyapan, sang monster pun tiba – tiba melesat tinggi, menimbulkan hempasan angin yang membuat Natt terpelanting jauh ke belakang. Ketika Natt kembali bangkit berdiri, monster itu telah berada jauh di sisi yang lain.

"Sial!" culasnya, Natt tidak menyangka kalau sang lawan bisa mengantisipasi serangannya. Keberuntungan atau bukan, tindakan Child of Celestial berhasil menurunkan DPS milik sang Assassin. Yang artinya kerugian Natt semakin banyak.

Natt kembali melesat maju. Sebisa mungkin mengecilkan jarak agar belatinya dapat menjangkau sang monster. Namun bola – bola energi yang dilesatkan Child of Celestial berhasil memperlambat lajunya.

Meski memakan waktu, sang monster telah berada dalam jangkauan serangannya. Tetapi seolah ia telah memprediksi tindakan sang Assassin, makhluk kolosal itu mengepakkan sayap – sayapnya yang sempat terhenti dan menimbulkan badai angin.

Langkah Natt menjejak rapat. Ia tak bisa melangkah lebih jauh. Ia harus menahan terpaan angin yang bisa menghempaskan debu dan puing – puing dinding, sekuat tenaga agar jarak di antara mereka tetap terjaga.

Lagi, sang monster mengambil ancang – ancang dan melesat tinggi ke angkasa. Mulutnya yang terkerangkeng oleh tulang – tulang putih, mengeluarkan tawa keangkuhan. Dari gelagat sang monster yang terus menjaga jarak, tampaknya ia sudah mengerti cara terbaik mengalahkan lawan yang mengandalkan pertarungan jarak dekat.

Sayangnya, ia tidak mengerti jikalau lawannya juga memahami hal itu.

"Abyss Nightmare!" Saat Natt mengaktifkan skillnya tersebut, kegelapan pun dengan cepat mengejar sang monster di angkasa. Membuat sang monster itu kehilangan kendali atas dirinya, terjatuh dan tergeletak tak berdaya. Dalam sekejap, kegelapan pun menggerayanginya dan membentuk planet hitam sepekat vantablack.

Natt tidak punya banyak waktu, kakinya dengan cepat masuk ke dalam dunia tanpa suara dan jiwa. Ia memulai tarian kematian dengan akselerasi yang luar biasa. Satu demi satu debuff Superior Bleed tertumpuk pada lawan yang ditebasnya. Namun saat durasi Abyss Nightmare pun berakhir, Natt masih membutuhkan dua stack lagi agar bisa mengaktifkan skill pamungkasnya.

Sebagai makhluk hidup yang terus dilukai dengan cara yang sama, serangan yang dilakukan sang Assassin pun menimbulkan trauma padanya. Sehingga refleks yang menjalar pada tubuh sang monster mendahului respon siapa pun yang ada di sana. Sayap – sayapnya mengepak diluar kendali dan menerbangkan dia dan lawannya.

Meski demikian, Natt telah mempertimbangkan hal itu. Selangkah lebih maju dari serangga yang baru mendapatkan kecerdasannya. Salah satu belatinya telah ditancapkan ke dalam tulang keras sang monster.

"Switch Blade!" bisiknya, Natt secepat kilat bertukar posisi dan melancarkan dua serangan penutup.

Seratus stack Superior Bleed tercapai dan sang Assassin langsung mengaktifkan skill pamungkasnya.

"Recovery of Ash, diaktifkan!"

Saat melihat bulir – bulir cahaya kemerahan yang keluar dari tubuhnya dan mengitari belati sang lawan, sang monster tahu kalau itu adalah serangan yang bisa membalikkan keadaan. Didorong oleh rasa takut, Child of Celestial pun panik dan membenturkan diri ke dinding aula berulang kali. Berharap sang Assassin yang bertengger di punggungnya dapat terjatuh dan mati.

Namun sekuat apa pun ia berusaha, sepanjang proses pengumpulan debuff Superior Bleed, Bar HP sang Assassin tidak akan turun di bawah 1%. Yang artinya, tindakan gegabah sang monster tidak berarti apa – apa selain merugikan dirinya sendiri.

Saat kedua belati sang Assassin memerah layaknya dibalut oleh aura kematian, mantera penyempurna pun dibisikkan kepada lawannya. "Recovery of Ash, Burnout!"

Dalam sekejap mata, belati Natt menebas enam pangkal sayap sang monster dalam satu ayunan perkasa dan menimbulkan gelombang energi yang berkecamuk. Enam sayap sang monster yang terputus pun musnah dalam ledakan energi yang meradiasikan kehancuran.

Meski terhempas oleh ledakan, Natt berhasil mendarat tanpa kendala. Ia segera memasang kuda – kuda dan bersiaga. Namun di balik kepulan asap yang menjulang tinggi, tidak terlihat ada gerakan yang mencurigakan. Hanya cahaya berkilauan yang menarik perhatian sang Assassin.

Saat menyadari apa yang terjadi, semua sudah terlambat. Tembakan laser secepat suara itu pun membelah gumpalan asap dan memotong tubuh sang Assassin menjadi dua bagian. Panasnya energi yang dilepaskan membuat apa pun yang terkena hanya menyisakan kawah panas yang membara.

Natt mati. Unique Treasure-nya tersisa empat lagi.

"Sial! Harusnya aku hancurkan antenanya lebih dahulu!" Dalam ruang kematian, Natt menghardik keputusan yang telah diambilnya. Ia sangat terfokus agar Child of Celestial tidak melarikan diri, sehingga variable konsekuensi yang lain diabaikan begitu saja.

Saat kembali hidup, Natt langsung melesat menuju sang monster. Langkahnya yang gesit dengan mudah menghindari serangan bola energi yang ditembakkan Child of Celestial. Namun perasaan aneh yang dirasakan Natt sejak awal kembali menyergap. Ada kejanggalan pada kecepatan serangan lawannya.

Natt hendak menepis pikiran itu dan kembali fokus pada langkahnya. Namun semakin lama, semakin sulit baginya untuk menghindari serangan tersebut. Dan terpaksa Natt sesekali menepisnya dengan belati dan terkena ledakan dari bola energi.

Kabut asap tipis yang menyelimuti sang Assassin itu cepat menghilang. Namun kabut keraguan di dalam benaknya masih merayap bebas. Hingga matanya melihat ke lantai dan memperhatikan langkah kakinya.

"Begitu rupanya! Bukan kecepatan Child of Celestial yang bertambah, tetapi aku yang melambat! Tapi sejak kapan?" Jawaban atas pertanyaan itu langsung terpatri dalam otaknya. "Angin dari dari sayapnya itu memberikan debuff slow ternyata! Sialan!"

Natt pun melakukan kalkulasi di dalam kepala. Menghitung berapa lama yang dibutuhkan untuk mengalahkan lawannya. Bar HP Child of Celestial tersisa 62% sementara cooldown dari Abyss Nightmare dan Recovery of Ash adalah 150 detik. Setidaknya ia membutuhkan waktu sekitar 900 detik untuk menghabisi lawannya. Dengan syarat, Child of Celestial tidak memiliki perubahan bentuk yang merepotkan lagi.

Kekhawatiran Natt semakin menjadi – jadi. Namun hal itu tidak mempengaruhi gerakannya yang terus menghindar dan akhirnya mencapai jarak ideal untuk menyerang sang monster.

Sang Assassin memutuskan untuk melakukan apa yang ia bisa lakukan. Pola serangan telah matang dipersiapkan. Bertaruh pada kalkulasi sementara, Natt pun menyerang tanpa memberikan jeda pada lawannya.

Tebasan demi tebasan ia layangkan pada sang monster. Daging busuknya terkoyak, tulangnya retak, abdomennya pecah di beberapa bagian. Natt benar – benar seperti pemburu yang tak kenal ampun. Pada lawan yang tampak tak berdaya, ia sama sekali tidak menurunkan frekuensi serangannya. Hingga cooldown dari skill ultimate selesai, Natt langsung menggunakannya dan memberikan hantaman keras yang menggetarkan seluruh aula.

Antena yang menjadi serangan pamungkas Child of Celestial pun patah oleh skill Recovery of Ash milik sang Assassin. Membuat sang monster tak lagi mampu mengeluarkan Ray of Destruction kepadanya.

Siklus pertarungan yang sama terus berlangsung. Natt memegang kendali penuh atasnya.

Bar HP Child of Celestial terus terkuras. Acap kali skill pamungkas sang Assassin menghantam, Bar HP sang monster pun banyak berkurang. Namun sang Assassin juga tak luput dari kesalahan. UT-nya yang tersisa tinggal dua buah. Meski sang Assassin unggul di dalam pertarungan, tetap saja ia tidak akan mampu menghindar secara terus menerus tanpa terkena serangan lawannya. Sebab debuff slow yang ia dapatkan, benar – benar sulit baginya untuk menghindar tanpa kesalahan setiap waktu.

Di dalam hatinya yang terdalam, Natt telah menyakini bahwa ia bisa mengalahkan Child of Celestial. Pola serangan lawannya telah terbaca sempurna. Bagi Natt, ia hanya perlu membawa waktu untuk berpihak kepadanya.

"Natt! Kau dengar aku?"

"R-Rachel?! Tunggu!" Komunikasi dari Rachel membuat Natt sempat menghentikan langkah hingga combo serangannya pun menjadi berantakan.

"Dalam 92 detik kami akan mengeluarkanmu, Natt! Bertahanlah! Jika kau masih mendengarku, berusahalah agar tidak benar – benar mati!"

"Tunggu! Rachel! Dengarkan aku!" Natt terus memanggil namun Rachel tak menjawab. "Sial! Satu arah lagi!"

Rencana yang telah disusun matang itu pun runyam. Ia membutuhkan setidaknya lima menit untuk mengakhiri Bar HP Child of Celestial yang tersisa. Menghabisi lawannya dalam 92 detik adalah suatu ketidakmungkinan.

Natt tidak punya pilihan selain berpikir sembari mengayunkan belati dan menebas lawannya dalam pola serangan yang telah direncanakan sebelumnya.

Natt menyelami pikirannya. Ia mencoba mengingat pola fase boss raid pada umumnya. Setiap kali terjadi perubahan, biasanya sang monster akan memiliki daya serang tinggi sebagai ganti pertahanannya yang turun drastis. Hal itu pun berlaku pada Child of Celestial. Tidak sebatas itu, untuk boss raid yang rumit, terkadang titik kelemahan mereka pun akan berubah mengikuti wujudnya yang baru.

"Titik kelemahan?" gumam Natt, ia mengingat kembali titik kelemahan Child of Celestial dalam fase – fase sebelumnya.

Bola Kristal dan Repel. Itu merupakan kelemahannya. Lalu apa yang ketiga?

Natt mencoba mencuri pandangan untuk menganalisa struktur tubuh sang lawan. Dari semua yang pernah ditebasnya, tidak ada satu pun yang memberikan kerusakan tambahan secara signifikan. Abdomen, antena, tongkat, mata, hingga sayapnya, semuanya sama saja.

Natt harus berpikir keras. Apa yang menjadi pembeda antara fase ini dan fase – fase sebelumnya? Harusnya perbedaan itu sesuatu yang mencolok—

"Suara. Child of Celestial berbicara!" Natt menghentikan combo serangannya dan melompat menjauhi sang lawan.

Mata Natt terfokus pada bagian wajah Child of Celestial. Ia melihat bagian mulutnya seolah dipenjara—diberi jeruji tulang yang membuat bibirnya tidak bisa disentuh dari luar.

Bertaruh pada mata dadu yang baru dilempar, Natt melesat maju dan mendaki tubuh sang lawan yang tak lagi mampu untuk terbang. Dengan begitu cepat, sang Assassin menjejakkan kaki di jerjak tulang putih yang menutup mulut sang monster. Dalam tiga tusukan keras yang diluncurkan, tulang – tulang itu retak.

"Ternyata benar!" Bibir sang Assassin tak mampu menahan senyuman. Kegembiraan atas menemukan titik lemah sang lawan membuatnya sangat gembira.

Natt lekas mengaktifkan Abyss Nightmare dan membuat sang monster terkurung di dalam penjara kegelapan. Tebasan beruntun pun dilancarkan tanpa kendali pada tulang – tulang putih tersebut. Hingga retakannya semakin lebar seiring banyaknya serangan yang diterima.

Pada akhir durasi Abyss Nightmare, Natt telah mengaktifkan Recovery of Ash dan kakinya menapak kuat di jeruji tulang yang menantang.

Warna kemilau cahaya itu kembali memberikan teror pada sang monster. Ia meronta – ronta dan menggunakan segala cara untuk menyerang sang Assassin. Tetapi percuma, semua itu benar – benar percuma. Tidak ada satu pun di dalam aula yang mampu menghentikan serangan pamungkas milik Rexhea.

Hingga semua debuff itu terkumpul, Natt melompat kecil dan mengayunkan kedua belatinya pada jeruji tulang yang menghalangi.

"Recovery of Ash, Burnout!!!" Sekali lagi, gelombang energi berkecamuk. Jeritan Child of Celestial yang terdengar pun seketika lenyap saat ledakan terjadi.

Ledakan itu juga mementalkan sang Assassin cukup jauh dan menimbulkan kepulan asap. Di balik kepulan asap yang menipis, terlihat sang monster yang telah kehilangan setengah kepalanya. Berdiri dengan sisa – sisa tenaganya.

Bar HP Child of Celestial tersisa 7%. Monster itu belum mati. Natt segera melesat untuk memberikan serangan sebisanya. Ia berlari dan mendaki tubuh sang monster sekali lagi.

Setibanya di puncak kepala yang tersisa, Natt tersentak kaget. Ada seorang anak perempuan terjebak di sana. Setengah dari tubuhnya yang tanpa busana seolah menyatu dengan daging sang monster.

Keringat dingin pun membasahi keningnya. Keanehan yang disaksikannya sudah melebihi batas candaan.

"Apa maksudnya ini? Bagaimana mungkin ada anak perempuan di sini?"

Pertanyaan demi pertanyaan mulai menghujani pikirannya. Membuatnya ragu bertindak meski kakinya terus datang mendekat. Dengan kesiapsiagaan yang tinggi, Natt berusaha membangunkan anak perempuan itu. Sayangnya, sang gadis kecil tidak menyahut sama sekali.

Natt pun menggunakan belatinya untuk menggali bagian tubuh anak perempuan yang terbenam. Namun saat belatinya mengoyak daging sang monster, anak perempuan itu menjerit kesakitan.

Jeritannya terasa begitu nyata. Benar – benar seperti manusia sungguhan yang meronta menahan penderitaan. Pekikan itu membuat jemari Natt gemetar hebat.

Mungkinkah ini jebakan dari mereka? Membuatku bertarung untuk membunuh anak perempuan ini? Mungkinkah gadis kecil ini adalah korban?

Pertanyaan – pertanyaan itu tidak bisa dijawab olehnya. Natt benar – benar tidak mengerti. Yang pasti saat ia melihat anak perempuan itu, baris namanya terlihat dengan jelas.

Vallela.

Anak perempuan berambut biru itu bernama Vallela. Namanya terlihat sebagaimana Natt melihat nama dari player lain. Namun komposisi warna yang digunakan tidak sama. Seolah anak perempuan ini bukan player, tetapi juga bukan NPC.

Kebingungan Natt mencapai batas yang tidak bisa ia tangani. Jika gadis itu player, maka ia harus menyelamatkannya. Jika bukan, maka ia tetap harus mengeluarkannya dari sana. Kedua pilihan itu sama – sama merugikan.

Dengan tekad sekadarnya, Belati Natt lanjut mengoyak daging sang monster. Berharap ia punya cukup waktu untuk menyelesaikan segalanya. Sementara jeritan sang anak perempuan yang terus menggema semakin meremukkan hatinya.

Tiba – tiba, banyak untaian rantai muncul dari angkasa dan lekas mengikat sang Assassin. Rantai itu berusaha menariknya keluar dari sana. Bersamaan dengan itu, lengan sang monster mengangkat tongkatnya ke arah mereka. Yang kemudian memancarkan gumpalan energi besar dan tidak stabil.

Mata Natt membulat seketika menyadari maksud gumpalan energi tersebut. Namun ia tidak mengerti kenapa sang monster melakukan hal itu. Apakah demi menghabisi dirinya? Ataukah itu mekanisme untuk menjaga kerahasiaan? Apa mungkin Child of Celestial memang direncanakan untuk mati dengan tangannya sendiri?

Natt menggeretakkan gigi. Kekesalannya mencuat dari bibir dan menjelma menjadi sebuah teriakan. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari rantai yang menjeratnya. Demi menyelamatkan anak perempuan itu dari ledakan yang akan terjadi, Natt harus membebaskannya.

Namun sekuat apa pun ia meronta dan menebas rantainya, Natt tidak bisa terlepas dari jeratan besi yang menguasai dirinya.

Natt menjerit, menyuruh anak perempuan itu untuk pergi dari sana. Berulang kali hingga seluruh tubuh terbungkus oleh rantai yang terus muncul mengekangnya. Seluruh indranya pun melemah. Kehilangan sentuhan, ucapan, dan penglihatannya secara perlahan.

"Tolong…."

Sebuah teriakan lirih terdengar dari balik rantai yang menghalangi matanya. Suara lemah itu meledakkan hasrat di dalam jiwa untuk menolongnya, membuat sang Assassin meronta dengan tenaga yang tersisa.

Namun hal itu tetap saja percuma. Setangguh apa pun ia berusaha, tidak mungkin baginya melawan program injeksi yang telah diaktifkan oleh Rachel.

Ia gagal mengalahkan Child of Celestial dan tidak mendapatkan info tentang Devox dan Rafatar. Ia juga tidak berhasil menyelamatkan anak perempuan yang ada di depan matanya.

Natt menggeram dalam diamnya. Sekuat tenaga menahan amarah dan segala emosi yang bercampur aduk agar tidak keluar menjadi air mata.

Di dalam kehampaan yang menyelimuti, sekujur tubuh Natt terasa seperti terkoyak – koyak oleh sesuatu yang maha perkasa. Membuatnya menjerit meski suaranya tak lagi dapat didengar. Rasa sakit itu terus menggerayangi hingga sebuah cahaya menyilaukan mengusik matanya.

Natt berkedip beberapa kali. Aula pertarungan ataupun gelapnya penjara rantai itu tak lagi dilihat olehnya. Hanya layar hologram dengan jendela peringatan yang muncul membanjiri pandangan.

Natt berusaha bangkit, namun tengkuknya terasa begitu sakit. Ia langsung melepas Head-Gear secara perlahan. Kemudian membuka kokpit RNS-DC dan beranjak keluar.

Ketika kaki menjejak di lantai kamar, tubuhnya langsung kehilangan keseimbangan. Ia tersungkur dan tak dapat menggerakkan jemarinya. Seluruh syarafnya mendadak lemas. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tetapi rasa kantuk yang menyerang membuatnya tak mampu mempertahankan kesadaran. Hingga ia terlelap di lantai dan membiarkan darah berlinang dari tengkuknya.

***