Happy Reading
Begitu peluit ditiup, kedua mobil melaju dengan kencang sesuai dengan kecepatan mobil itu masing-masing. Jackson menginjak pedal gas dengan kuat sehingga dia meluncur lebih unggul diawalnya dan Berlian masih mengikutinya di belakang tetapi pada saat mereka sudah mencapai putaran dan mobil kembali pada garis star, mobil berlian melaju lebih kencang.
Tiba-tiba pikiran Jackson memikirkan tentang syarat yang harus dilakukannya jika dia kalah dalam pertandingan ini. Dia merasa tidak berdaya sehingga dia tidak menyadarinya jika mobil yang dikendarai Berlian sudah berada di sampingnya. Berlian tahu jika Jackson sedang berpikir tentang sesuatu dan Jackson tidak menyangka jika Berlian mengalahkannya.
"Berlian… Berlian…" Sorakan itu terdengar sangat keras. Setelah mencapai garis finish, mobil yang dikendarai Berlian berhasil mendahului mobil Jackson. Berlian turun dari mobil dan membuka helemnya dengan sangat keren, membuat sebagian orang tepesona dengan gayanya.
Sementara Jackson mengertakan giginya karena kesal. Bagaimana tidak, dia terpaksa mengikuti permintaan Berlian. "Sial! Aku harus berkencan dengan dia!" Jackson mendengus marah. Dia turun dari mobil dan mendekati Jovita.
Berlian mendekati Tim Jacob San dan berkata, "Bagaimana dengan penampilanku? Karena kau sudah berjanji maka kau harus menepati janjimu."
Jacob San menatapnya dan mengangguk tegas. "Karena kamu berhasil memenangkan pertandingan ini, maka aku akan menepati janjiku. Peran pendamping wanita akan kuserahkan padamu. Besok kamu bisa datang ke kantorku untuk membahas tentang film Putri Danau."
"Baiklah, aku akan ke sana besok pagi." Berlian tersenyum dengan penuh kemenangan.
Berlian tiba-tiba teringat dengan Jovita, setelah dia membuat janji dengan Jacob San. Teapi dia tidak bisa menemukan sahabatnya. Berlian awalnya mengira kalau Jovita pergi dengan Tim Jackson tetapi dia melihat Tim Jackson telah pergi lebih dahulu. Berlian mencoba mencarinya tetapi dia tidak menemukannya. Berlian cemberut. "Ke mana gadis itu pergi."
Berlian mengambil ponselnya untuk menelpon Jovita tetapi tidak diangkatnya. Merasa putus asa, dia meminta tim Jacob San untuk membantu mencari Jovita. Lagi pula, tempat itu terletak di kawasan yang terpencil. Selain itu, Jovita adalah model, jika terjadi sesuatu padanya akan repot. Sementara Berlian dan yang lainnya mencari ke mana-mana tetapi mereka tidak menemukannya.
Di sisi lain, Jovita membungkuk dan berjalan dengan tenang ke arah parkir. Dia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka pintu mobil. Dia ingin masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba ada lengan yang terulur dari atas kepalanya dan menutup pintu mobil.
Jantung Jovita berdegub dengan kencang. Ketika dia menoleh, dia melihat seorang pria berekspresi datar itu berdiri di belakangnya. Di sekiar mereka sunyi senyap. Dibandingkan keriuhan di arena balapan, tempat parkir jauh lebih sepi.
Jovita menegakkan punggung dan memaksakan senyumannya.
"Kenapa kamu pergi?"
Jovita menundukan kepalanya untuk menghindari tatapan Jackson. Meskipun dia berusaha untuk terlihat tenang, tetapi tubuhnya merasa tegang dan suaranya terdengar gugup.
Jackson menarik tangan Jovita dan memasukkan ke dalam sakunya. Dia menatapnya. Pria tampan itu terlihat sangat dingin dan liar. Keika dia memperlihatkan ekspresi datar, dia tampak acuh dan dingin.
Apakah kamu tidak ingin makan malam denganku? Berlian telah memenangkan permainan ini, mengapa kamu kabur?"
Jovita membeku. Dia ingin mengaakan 'Bukan aku yang bertaruh!'
Berlian adalah sahabatnya. Dia juga peduli pada Jovita dan ingin menjodohkan dia dengan Jackson. Selain itu, Jovita juga ada pada saat taruhan dibuat, jadi dia tidak bisa menarik kembali kata-katanya. Dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dan berdeham.
"Um… Aku tidak kabur! Aku hanya ingin mengambil sesuatu. Ya, aku ingin mengambil sesuatu." Jovita bahkan mengulang ucapannya untuk mengkonfirmasi apa yang dia ucapkan.
Jackson mencibir dengan jijik. Karena pintu mobil tidak terkunci, Jackson membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. Jovita menjadi bingung. Melihat dia masih bingung dan berdiri di luar linglung, Jackson menatapnya dengan dingin dan berkata, "Mengapa kamu masih berdiri di situ? Bukankah kita akan pergi makan malam?"
Jovita terdiam sesaat sebelum dia menyadari dan berkata, "Oh." Saat dia ingin masuk ke dalam mobil, dia ingat bahwa itu adalah mobil Berlian dan dia tidak membawa mobil. Jika dia mengembudi mobil itu, bagaimana Berlian pulang? Oleh karena itu, Jovita bertanya dengan lembut pada pria yang menatapnya dengan dingin, "Um… Ini mobil Berlian. Bisakah kita pergi dengan mobilmu?"
Jackson terdiam dan mengerutu di dalam hati. 'Sial!'
Berlian menerima telpon dari Jovita tak lama kemudian. Jovita mengatakan padanya, jika dia pergi dengan terburu-buru dan meninggalkan kunci mobilnya pada penjaga keamanan di tempat parkir, kemudian dia menutup telpon.
Awalnya Berlian ingin bertanya apakah Jovita pergi dengan Jackson? Tetapi dia menutup telponnya begitu cepat sehingga Berlian tidak dapat bertanya padanya. Karena dia tidak ingin mengganggu Jovita, maka dia pergi ke mobilnya dan pulang ke rumah.
Malam sudah larut saat Berlian sampai di rumah. Dia tidak melihat Rayn San di rumah. Jadi dia mencari Bibi Lena dan bertanya padanya. Setelah mendengarkan penjelasan Bibi Lena, Berlian bergegas ke kamarnya.
Setelah hari yang melelahkan, jadi Berlian ingin mandi dan istirahat. Dia memasuki kamar mandi dengan piyamanya.
Di sisi lain, Jackson dan Jovita tiba di restoran. Itu adalah restoran romantis dengan ruang terbuka. Restoran berada di lantai dua, di mana pelanggan disambut dengan bulan cerah dan angin sepoi-sepoi. Arena itu didekorasi dengan cahaya lilin yang romantis, dan seorang pemain biola yang anggun terlihat memainkan lagu yang merdu dan anggun di atas panggung kecil.
Ketika pelayan mengajikan makan malam untuk mereka, Jovita mengucapkan terima kasih dengan lembut.
Pinggiran topi yang lebar menutupi mata Jovita, menampakkan hidung mancung dan bibir lembutnya. Kettika dia mengangkat dagu sedikit, tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun, dia tampak anggun dan mulia.
Mata Jackson gelap dan cekung. Auranya memancarkan sinar dingin. Dari arena balapan hingga restoran, Jovita perlahan menenangkan dirinya karena gugup. Meski begitu, dia merasa tidak nyaman.
Mereka sedang makan di luar ruangan, tetapi entah mengapa udara di sekitar terasa menyesakan. Seolah-olah mencekiknya. Selain itu, suasananya sunyi dan canggung. Banyak pasangan yang sedang makan malam di restoran ruang terbuka itu. Jika dibandingkan dengan pasangan yang penuh cinta di sekitar mereka, Jovita dan Jackson tampak asing satu sama lain.
Tiba-tiba, Seorang pelayan mendekati mereka dengan membawa sejumlah bunga mawar. Dia membungkuk dan tersenyum dengan ramah. "Tuan, apakah Anda ingin membeli bunga mawar ini untuk pacar Anda? 22 tangkai mawar melambangkan selalu dan selamanya."
Jackson menatap pelayan itu dengan dingin. "Tidak!"
Pelayan itu merasa mereka pasangan yang aneh. Mereka makan bersama tetapi mereka tidak berbicara satu sama lain dan pria itu terlihat sangat galak. Untuk meringankan suasana, dia tertawa, "Tidak apa-apa, Anda juga boleh pesan lagu. Tuan, Bagaimana jika Anda memesan lagu untuk pacar Anda! Mengingat suasana di sini, mendengarkan lagu yang diminta oleh pacar Anda adalah hal yang romantis!"
Bersambung