Chereads / Monárch / Chapter 30 - Chapter 29 - Piggy

Chapter 30 - Chapter 29 - Piggy

Mereka berkepala babi, tubuh coklat mereka pendek tapi besar dan ada perasaan yang tidak nyaman saat melihat mereka.

Apa yang Vainz temukan di desa itu adalah Orc.

Puluhan Orc.

Ini mungkin akan sulit.

Rata-rata stat para orc di desa ini dua kali lebih tinggi dari skeletal Warrior.

Ini tidak akan menjadi masalah yang terlalu besar untukku-

.. kecuali yang satu itu.

Vainz menggunakan Appraisal pada seorang orc dengan tubuh yang sangat besar yang duduk di belakang parallel gate.

Name : Rou

Level : 34 HP : 287/287

Race : Orc MP : 67/67

Class : Fighter SP : 156/156

156/156

Resistance : 100

Physical Atk : 232 Physical Def : 201

Magic Atk : 34 Magic Def : 23

Intelligence : 76 Agility : 173.>

Seorang Orc dengan kelas petarung jarak dekat.

Satu-satunya yang bisa ku andalkan hanya Magical Atk ku... Magician melawan Fighter huh..

Melihat statistik nya.. aku bersyukur tidak berada di jarak yang terlalu dekat, atau dia mungkin bisa mendeteksi keberadaan ku.

Untuk sekarang aku kembali dulu.

Lagipula tujuanku ke desa ini sudah terpenuhi.

Vainz mengengam pakaian di tangannya dan berbalik.

Setelah beberapa menit berjalan dia bisa melihat tempat tujuannya.

Hm?!

Vainz bergerak secepat mungkin ke arah gubuk reyot itu.

…..huh?

Skeletal Warrior yang beberapa menit lalu berlumuran darah seperti monster, sekarang merangkak di atas tanah dengan seorang gadis kecil di atasnya, sementara yang lainnya duduk dan bertepuk tangan.

Bukankah ini konyol?

Vainz menonaktifkan 3 skill nya dan meraih satania dari punggung Skeletal Warrior.

Wajah berseri satania menghilang sebentar sebelum akhirnya tersenyum cerah setelah menatap Vainz.

Hmm.. apa barusan dia tidak mengenaliku karena pakaian yang kupakai sekarang?

"Keluar."

Setelah mendengar perintahnya, dua skeletal itu berjalan keluar.

Vainz segera melepaskan pakaian satania dan membersihkan tubuhnya yang tadi basah karena mengompol.

Mengabaikan satania yang mulai pucat, Vainz dengan cekatan memakaikan baju hitam, celana dalam (mungkin), rok hitam dan sebuah jubah merah.

"Cukup bagus , walaupun agak kebesaran kurasa-?"

Insting nya.

Skill Precaution miliknya.

Mereka berteriak pada Vainz.

Bahaya.

Vainz menggendong satania dan melangkah keluar.

Dia melihat 32 Orc berlari ke arahnya.

Bagaimana mereka bisa menemukan tempat ini?!

Mereka mengikutiku? Bagaimana-

Di antara para orc itu, Vainz bisa melihat seorang Orc yang memegang celana lusuh

-jadi hidung mereka bukan hanya sebuah hiasan huh.

Melarikan diri? Aku bisa melakukan hal itu, namun mereka berdua tidak akan bisa mengikuti kecepatanku.

"Bersiaplah untuk bertarung. Hanya serang orc yang terluka!"

Merespon perintah tuan mereka, dua skeletal Warrior masuk ke dalam mode bertarung.

Vainz meletakkan satania di samping mayat beruang hitam yang dibawa skeletal Warrior sebelumnya.

"Satania, diam dan jangan pergi kemanapun."

Vainz mengatakan kalimat itu dengan nada sedingin es.

Tidak memperhatikan reaksi satania Vainz segera mengaktifkan tiga skill nya dan Bergerak secepat mungkin ke arah gerombolan orc dengan dua skeletal Warrior di belakangnya.

"[Dash]"

Kecepatan Vainz bertambah, jarak antara mereka menjadi semakin tips.

"[Firewall]"

Dinding api berbentuk lingkaran setinggi dua meter tiba-tiba muncul dan mengelilingi beberapa orc.

Itu akan memberikan sedikit waktu...

"[Burn Lance] [fire arrow] [fireball]"

Sebuah tongkat yang terbuat dari api muncul entah darimana di tangan kanan Vainz. Berikutnya panah api melesat dari tangan kirinya mengenai orc yang memiliki jarak paling dekat dengan Vainz.

Tidak cukup sampai disitu, sebuah bola api melesat dan mengenai kepala orc itu.

Ini benar-benar menghabiskan MP ku...

Vainz menunduk dan menusuk dada kiri orc di depannya.

Orc itu berteriak kesakitan saat melepaskan pedang di tangannya.

Tidak ingin kehilangan momentum itu, skeletal Warrior mengayunkan pedangnya dan memenggal kepala Orc itu dalam sekejap.

Seringai lebar muncul di wajah Vainz saat dia mendengar suara itu dan dia melepaskan beberapa fire arrow dan fireball pada beberapa orc berikutnya.

Tujuannya hanyalah untuk membuat mereka tidak bisa bergerak agar skeletal Warrior bisa membunuh mereka.

Level up Skeletal Warrior ku...!

Vainz menggunakan Dash dan menyayat beberapa orc sekaligus.

…. MP ku benar-benar terkuras.

Untuk sekarang aku hanya bisa menggunakan tombak ini, selain itu para orc yang berada di dalam firewall mulai bergerak huh...

Medan itu hanyalah tempat pembantaian.

Tidak ada yang bisa melihat darimana serangan api itu datang, namun mereka langsung terluka.

Satu-satunya yang bisa mereka lihat hanyalah dua skeletal Warrior, namun karena luka di tubuh mereka, para Orc tidak bisa bergerak dengan baik untuk menyerang dua skeletal itu.

Aku beruntung tidak ada yang berhasil menyerang dua skeletal itu.

Vainz menusuk kaki orc di depannya dan segera berlari ke orc selanjutnya.

Skeletal Warrior mengayunkan pedangnya ke arah leher orc yang sedang menekan luka bakar di kakinya.

Namun orc itu menghindar dan melancarkan serangan balik padanya.

Sebuah ayunan pedang yang besar dengan kekuatan yang pasti akan menghancurkan tubuh skeletal Warrior itu.

Namun, skeletal Warrior dengan mudah menghindari ayunan pedang itu, ini adalah pengalaman, serangan orc itu kuat, namun skeletal Warrior sudah melihat serangan seperti itu berkali-kali tadi malam.

Mengabaikan reaksi orc itu, skeletal Warrior maju dan menebas lehernya.

.

.

.

.

.

.

Hmm...

Vainz bergerak menjauh dan mengaktifkan skill nya.

Tiga lingkaran magic muncul di depan kakinya, sebuah tangan tulang terulur dari masing-masing lingkaran magic.

Tangan itu mendorong kebawah dan 3 skeletal Warrior lainnya segera menunjukkan wujud mereka pada tuan mereka.

"Ayo maju!"

Vainz berteriak (walaupun tidak ada yang bisa mendengarnya karena skill Silence)

-Kalian berdua, bantu mereka bertiga agar tidak ketinggalan level.

Dia memberikan perintah mental pada dua skeletal Warrior pertama dan mulai menyerang beberapa orc yang tersisa.

.

.

.

.

.

.

.

Tombak di tangan Vainz perlahan-lahan menghilang.

Itu wajar karena dia tidak bisa mempertahankan bentuk senjata itu tanpa MP.

Tiga skeletal Warrior yang baru ini benar-benar menguras MP.

Itu wajar mengingat stat mereka di LV 1, dua dari mereka bahkan hancur hanya karena kibasan tangan dari orc.

Namun itu adalah masa lalu.

Saat ini, mereka yang sedang berlutut di hadapannya bukanlah skeletal Warrior yang sangat lemah lagi.

Setidaknya mereka… cukup kuat di mata Vainz.

Race : Skeletal Class : Warrior LV 2

Physical Atk : 80 Physical Def : 82

Intelligence : 78 Magical Def : 76

Agility : 80

Skill :

Slash LV 8.>

Race : Skeletal Class : Warrior LV 2

Physical Atk : 76 Physical Def : 78

Intelligence : 74 Magical Def : 72

Agility : 76

Skill :

Slash LV 6.>

Race : Skeletal Class : Warrior LV 2

Physical Atk : 78 Physical Def : 80

Intelligence : 76 Magical Def : 74

Agility : 78

Skill :

Slash LV 7.>

Race : Skeletal Class : Warrior LV 2

Physical Atk : 78 Physical Def : 80

Intelligence : 76 Magical Def : 74

Agility : 78

Skill :

Slash LV 9.>

Race : Skeletal Class : Warrior LV 2

Physical Atk : 74 Physical Def : 76

Intelligence : 72 Magical Def : 70

Agility : 74

Skill :

Slash LV 5.>

"Dan kukira mereka bertiga tidak akan mendapatkan bagian dalam acara ini.."

Satu-satunya kelemahan mereka adalah senjata dan defense.

Mengandalkan stat saja itu percuma, walaupun defense mereka cukup tinggi… tulang tetaplah tulang.

Apakah ada skill dari class ini yang harus kudapatkan terlebih dahulu agar mereka bisa memakai senjata lain?

Vainz mengalihkan perhatiannya dari mereka berlima dan berjalan dengan santai menuju gubuk di depannya.

"Ini akan merepotkan, kita tidak bisa bersembunyi lagi... Satu skeletal Warrior akan menjaga satania dan sisanya akan kubawa ke desa itu."