-HYOGA-
Aku mengatupkan bibirku dan melihat ke seberang ruangan ke bar, tempat Prengky dan Prandika Partridge mengobrol sambil menunggu minuman lagi.
"Aku lebih suka aku tidak melihatnya," kataku jujur, meneguk wiski pertamaku karena aku masih dehidrasi dari semua Fuzzy Bandung minggu lalu.
Prety sama sekali tidak menerima berita itu dengan baik. Dia mengoceh dan mengoceh untuk waktu yang lama sebelum menyadari bahwa Aku tidak akan berubah pikiran. Dia bilang dia kecewa padaku. Dia bilang aku akan mengecewakannya. Semua hal yang Aku takut dengar sepanjang hidup Aku.
Tapi dengan cara yang aneh, aku merasa mati rasa. Menyaksikan Mercy pergi begitu menyayat hati, hal lain tidak ada artinya jika dibandingkan.
Aku menenggak sisa gelasku sekaligus.