"Bibi... Bi," panggil Adrian kepada asisten rumah tangganya.
"Iya Pak. Ada apa Pak? Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya minta tolong Bibi besok masak makanan yang enak-enak dan yang banyak ya. Karena besok ada tamu spesial yang akan datang ke rumah ini."
"Siap Pak. Nanti saya masakan."
"Uang belanjanya nih Bi kalo kurang. Nanti kalo masih kurang juga langsung bilang sama saya aja ya Bi."
"Iya, siap Pak. Ini mah udah lebih dari cukup. Mau masak serestoran juga bisa ini mah, hehe."
"Bibi bisa aja. Yaudah, makasih ya Bi. Kalo gitu saya balik lagi ke atas."
"Iya, Pak. Bapak ga mau di buatin minuman atau cemilan gitu?"
"Ga usah Bi. Saya udah mau langsung tidur. Makasih."
"Siap Pak kalo gitu."
Kemudian Adrian pun kembali ke kamarnya. Setelah itu Adrian langsung beristirahat. Karena besok dia harus mengurus semua persiapan pernikahannya dengan Nesya.
******
"Hallo Ric. Lu udah dimana?"
Adrian menelepon Eric kembali. Saat ini Adrian pun sedang sarapan dan akan segera menjemput Nesya di kontrakannya. Sebelumnya Adrian menelpon Eric terlebih dahulu untuk memastikan semua persiapan hari ini.
"Masih di rumah. Sebentar lagi berangkat. Emang lu udah berangkat?"
"Belum si. Gua baru mau ke rumah Nesya sekarang. Gua takut lu lupa aja, haha."
"Enak aja. Lu tuh yang tukang lupa, haha."
"Haha. Alamatnya sesuai yang lu kirim semalam itu kan?"
"Iya. Tau kan lu daerah situ?"
"Tau si kayanya. Yaudah ya. Gua mau jemput Nesya dulu."
"Oke kalo gitu."
Adrian pun menyudahi sarapan paginya dan segera pergi untuk menjemput Nesya di kontrakannya.
"Maaf Pak. Mau tanya boleh?" tanya salah satu asisten rumah tangga yang ada di rumahnya.
"Iya. Mau tanya apa Bi?"
"Tadi Bapak sebut-sebut nama Nesya. Itu cewek Bapak? Apa nanti dia yang akan ke rumah ini?"
Asisten rumah tangga Adrian memang tingkat keingin tahuannya tinggi terhadap majikannya itu. Namun tetap saja di jawab oleh Adrian dengan sangat sabarnya.
"Iya Bi, benar. Dia itu calon istri saya. Makanya masaknya yang enak ya Bi. Sambut dia sebaik mungkin."
"Akhirnya Bapak mau menikah juga. Siap Pak kalo gitu nanti akan saya siapkan semuanya dengan baik."
"Makaksih Bi. Kalo gitu sekarang saya berangkat dulu."
"Iya Pak. Hati-hati Pak."
"Makasih Bi."
Adrian berangkat ke kontrakan Nesya untuk menjemputnya. Jarak dari rumahnya menuju ke kontrakan sekarang tidak begitu jauh. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kontrakan Nesya. Setelah menempuh waktu kurang lebih selama 20 menit, sekarang Adrian sudah tiba di depan kontrakan Nesya.
"Nesya. Permisi."
Tidak lama kemudian Nesya keluar dari dalam kontrakannya.
"Iya, Mas."
"Kamu udah siap?"
"Udah kok Mas."
"Yaudah yu langsung berangkat aja."
"Ayo."
"Kakak kamu mana?"
"Ada di dalam. Kenapa Mas?"
"Kakak kamu ajak juga dong. Kan kakak kamu itu keluarga kita yang paling dewasa gitu. Kita pasti butuh pendapat darinya. Dan kak Farah juga harus cobain baju untuk dia."
"Oh gitu. Sebentar ya Mas, aku bilangin kak Farah dulu. Mas Adrian masuk dulu aja."
"Ga apa-apa. Saya tunggu di sini aja."
"Oh gitu. Sebentar ya Mas."
"Iya."
Nesya pun kembali masuk ke dalam kontrakannya dan memberitahukan ke kak Farah jika dirinya juga ternyata harus ikut dengan Nesya dan Adrian kali ini. Tidak lama kemudian Nesya dan kak Farah keluar dari kontrakannya. Karena mereka berdua tidak mau dipandang lama dandan hanya keluar rumah saja.
"Maaf ya Adrian jadi nunggu. Kakak kira kamu cuma pergi berdua aja sama Nesya."
"Iya ga apa-apa kok kak. Salah saya juga lupa bilangin ke Nesya kalo kak Farah juga ikut."
"Iya ga apa-apa."
"Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang aja gimana?"
"Iya, ayo."
Kini Adrian, Nesya, dan kak Farah berangkat ke butik baju yang sudah di kirimkan alamatnya oleh Eric. Di sana juga sepertinya sudah ada Eric yang mereka semua.
Perjalanan dari kontrakan Nesya menuju butik itu ternyata lumayan jauh. Adrian juga sempat terjebak macet di jalan. Namun kini mereka semua sudah sampai di butik itu. Dan benar, ternyata di sana sudah ada Eric yang menunggu kedatangan mereka.
"Ric. Sorry ya lama. Gua kejebak macet tadi."
"Santai. Gua juga belum lama-lama banget nunggu di sini. Hai Nesya, kak."
"Iya, hai," jawab Nesya dan kak Farah.
"Yaudah yu langsung masuk aja. Tadi gua juga udah ketemu sama desainer kenalan gua. Dia ada di dalam."
"Yaudah yu."
Kini mereka semua masuk ke dalam butik itu dan akan bertemu dengan salah satu desainer kenalan Eric.
"Mba... Ini dia teman saya yang saya maksud tadi. Namanya Adrian. Dan calonnya namanya Nesya," jelas Eric kepada desainer itu Sambil memperkenalkan Adrian dan Nesya.
"Hallo. Perkenalkan, nama saya Jenny," sapa desainer itu.
"Hallo, Adrian."
"Nesya.
"Farah."
"Wah, cantik banget ya calon mempelai wanitanya. Calon mempelai prianya juga ganteng. Cocok, hehe."
"Makasih."
"Jadi gimana nih? Kalian cari gaun pernikahan yang seperti apa?"
"Kalo saya si gimana calon istri saya aja, hehe. Kamu mau yang seperti gimana Nes?"
"Aku juga gimana Mas Adrian aja."
"Aduh, lucu banget ya calon pengantin tuh. Masih suka malu-malu gitu. Kamu aja, kamu aja, gitu, hehe."
"Hehe. Aku si sebenarnya pingin gaun yang warna putih aja Mas, supaya terlihat lebih suci dan sakral aja gitu."
"Boleh. Terus apa lagi?"
"Ga tau. Aku bingung, hehe."
"Saya punya nih gaun warna putih. Kayanya cocok buat kalian berdua. Mau di liat dulu?"
"Boleh."
"Ayo marih ikut saya."
Jenny pun mengajak Adrian dan Nesya pergi untuk melihat sebuah gaun yang dia maksud. Yang diikuti juga oleh kak Farah dan Eric.
"Ini dia. Gimana? Cantik kan gaunnya. Pakaian untuk mempelai prianya juga bagus."
"Gimana?" tanya Adrian.
Namun Nesya kelihatannya juga kebingungan untuk menjawab pertanyaan Adrian barusan.
"Di cobain aja dulu. Boleh kok. Nyobain gratis, hehe."
"Yaudah kalo gitu kita cobain dulu ya."
"Iya. Silahkan."
Adrian dan Nesya pun masuk ke ruang ganti masing-masing. Mereka akan mencoba pakaian pernikahan mereka. Tidak lama kemudian Adrian dan Nesya kembali keluar dengan pakaian yang sangat indah.
"Wahh, cantik dan tampan sekali calon pengantin."
"Kamu cantik banget Nesya," ucap Adrian.
"Lu ganteng banget sumpah Yan."
Semua orang yang melihatnya langsung terkagum dan memberikan pujian kepada mereka.
"Gimana kamu? Kamu suka ga sama gaunnya?" tanya Adrian memastikan.
"Suka Mas."
"Yaudah kita ambil yang ini aja ya berarti?"
"Iya, boleh."
"Sebentar tapi. Kayanya ada yang kurang. Saya coba benarkan gaun wanitanya dulu ya supaya lebih cantik lagi."
"Iya."
Desainer itu pun memperbaiki gaun yang di pakai oleh Nesya. Seperti di bagian pinggang, belakang dan yang lainnya yang menurut dia kurang enak di pandang mata.
"Udah selesai. Kalo gini kan jadi terlihat lebih cantik."
"Terus jadinya lagi kapan ya setelah di perbaiki gini? Soalnya saya mau menikah minggu depan." tanya Adrian.
"Tenang aja. Lusa juga udah selesai kok."
"Baguslah kalo gitu. Yaudah kalo gitu sekarang giliran kak Farah yang cari baju untuk kakak. Eric juga kalo mau boleh, sekalian buat istri dan anak lu. Ajak aja lagi mereka ke sini."
"Serius lu?"
"Ya serius lah Ric."
"Yaudah kalo gitu, haha. Thanks ya Yan."
"Iya, sama-sama."
Setelah selesai memilih gaun yang akan Nesya gunakan dan pakaian yang akan di gunakan oleh Adrian, sekarang saatnya kak Farah yang memilih baju untuk dirinya sendiri. Karena Adrian mau jika kak Farah juga terlihat cantik di acara mereka berdua.
"Gila si. Gua mau cari baju yang paling mewah dan mahal pokoknya," ucap kak Farah di dalam hatinya.
"Kak Farah kenapa?" tanya Eric.
-TBC-