Setelah kejadian itu, Echa menjadi bisu, apapun yang di perintah Nathan ia selalu menuruti nya, dia benar- benar menjadi gadis yang penurut.
Namun, hal itu bukan membuat Nathan senang. Meskipun sekarang Echa benar- benar menuruti perkataan nya, gadis itu terlihat seperti anjing peliharaan yang selalu memenuhi perintah tuan nya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Karena merasa frustasi menghadapi gadis yang kian tak mau bicara, akhir nya Nathan keluar menemui sahabat nya Ricard. Ia ingin mencurahkan semua perasaan yang ia alami belakangan ini.
"Apa yang terjadi ? Tidak biasa nya kamu ada waktu luang untuk keluar seperti ini ?" tanya Ricard penasaran.
"Aku bingung dengan perasaanku,"
"Maksud mu ? Coba jelaskan !"
"Aku pernah cerita padamu, bahwa aku menyuruh seseorang untuk menyelidiki Adik tiriku diam- diam,"
"Ya benar, memang nya kenapa ?"
"Kamu ingin tau apa hasil penyelidikan itu ?"
"Apa ?"
"Hasil nya mengatakan, Adik tiriku sering gonta ganti pacar dan sering tidur dengan lelaki, bisa di bilang dia seorang gadis yang menjual diri nya."
"What ? Gila ! Apa beneran seperti itu ?" Ricard kaget bukan main mendengar pernyataan sahabat nya.
"Tapi seperti nya itu tidak benar, karena_" Nathan sulit melanjutkan kata- kata nya, ia menghela nafas panjang.
"Karena apa ?" Ricard semakin penasaran di buat nya.
"Karena aku sudah mengetes nya, dan ternyata dia masih perawan saat aku menidurinya secara paksa beberapa hari yang lalu." Nathan mengacak rambut nya frustasi.
"What ? Yang bener ? Gila kamu ? Kau meniduri Adik tirimu ?" Ricard kembali terkaget.
"Entahlah, saat itu aku benar- benar marah pada nya, dan kebetulan aku mabuk saat itu, tanpa ku sadari aku telah menidurinya."
"Apa yang membuatmu marah ? Hingga kamu melakukan hal tak senonoh pada anak di bawah umur ?"
"Malam itu dia tidak pulang, dan ternyata dia menginap di rumah seorang lelaki,"
"Dia menginap di rumah seorang laki-laki. Terus apa masalah nya ? Kenapa kamu marah ?"
"Kamu masih mempertanyakan nya ? Dia menginap di rumah seorang lelaki, sedangkan dia seorang wanita." ucap Nathan dengan wajah di penuhi emosi.
"Masalah nya itu, kamu bilang kamu membenci nya ? Kamu bilang kamu tidak perduli pada nya ? Kamu bilang ingin balas dendam, dan menghancurkan hidup gadis itu. Lalu kenapa kamu sekarang jadi perduli, dan malah mengkhawatirkan gadis itu ?" ujar Ricard menjelaskan kebingungan nya.
"Siapa yang perduli pada nya ?"
"Terus barusan itu apa ? Kamu marah karena Echa menginap di rumah seorang lelaki, itu nama nya apa kalo bukan perduli dan khawatir ? Seharus nya kamu acuhkan saja, toh itu akan menjadi lebih mudah untuk menghancurkan hidup Echa, dan balas dendam mu dengan mudah akan berjalan dengan mulus tanpa halangan dan rintangan lagi." Ricard menjelaskan panjang lebar, dan membuat Nathan terdiam memikirkan di setiap perkataan sahabat nya yang memang benar ada nya.
"Nathan, kamu cemburu ya ?" lanjut Ricard menyelidik.
"Apa ? Tidak mungkin !" Nathan sontak terkejut dengan pertanyaan sahabat nya.
"Aku yakin kamu mulai tertarik dengan gadis kecil itu," ujar Ricard sembari mengelus-elus dagu nya, mengekpresikan bahwa dia tidak percaya dengan pernyataan Nathan barusan.
"Aku ? Tertarik pada gadis kecil itu ? Tidak mungkin !" Nathan terus mengelak.
"Lihat saja 1 bulan ke depan, aku yakin, perasaan benci mu itu, akan berubah menjadi cinta. Kalau aku salah, potonglah lidah ku. Ingat ! Kita sudah kenal dari kita masih di rahim Ibu, aku bisa melihat semua tentang mu, selama ini kamu hanya suka main- main dengan wanita, kau hanya membutuhkan seorang wanita untuk melampiaskan kesepian dan nafsumu, dan kau langsung membuang nya setelah berhubungan sex satu malam. Namun, kali ini kamu beda, kamu benar- benar merasa khawatir, dan marah saat gadis itu bersama laki- laki lain. Dan kamu tau itu tanda apa ? Itu tanda bahwa kamu cemburu, dan sebelum nya kamu tidak pernah seperti ini." Ricard terus menjelaskan panjang lebar, membuat Nathan semakin terpojok dalam kebingungan nya.
"Jangan bicara omong kosong. Aku tidak mungkin menyukai gadis itu." Nathan yang keras kepala terus mengelak.
"Baiklah, baiklah. Semakin kamu memikirkan nya, maka akan membuatmu semakin bingung. Dari pada pusing mikirin gadis itu, bagaimana kalau malam ini kita panggil para wanita cantik dan sexy, kita bersenang-senang, aku akan membayarkan nya untukmu. Oh ya, kamu juga bisa mengetes nya, sebenar nya kamu ada perasaan atau tidak pada Echa," Ricard membuat ide yang sebenar nya sangat buruk bagi orang di luar sana, tapi hal itu sudah menjadi hal yang wajar bagi kedua pria dewasa berusia 30 tahun yang kini terlahir dan besar di Italia.
"Maksud mu ?"
"Tidurlah dengan wanita lain malam ini, dan rasakan, apakah ada perbedaan nya saat kamu tidur dengan Echa, jika kamu merasa sama saja, berarti aku salah telah menyangka bahwa kamu tertarik pada Echa. Tapi jika kamu merasa berbeda, kamu merasa Echa lebih istimewa, berarti kali ini, kamu benar- benar sedang jatuh cinta,"
"Baiklah. Kalau begitu panggilkan wanita tercantik dan terseksi untukku."
"Oke. Aku akan panggilkan seorang model yang sekarang sedang naik daun, aku yakin dia tidak akan menolak pria setampan dan semapan dirimu."
"Ku serahkan semua nya padamu."
"Mau di hotel mana ?"
"Terserah kamu saja,"
"Ok. Bagaimana jika di hotel Bluerose milikmu saja. Karena hanya hotelmu itu yang paling mewah di sini,"
"Tidak masalah, asal kau yang memesan kamar, dan ingat jangan sampai memakai namaku, aku tidak ingin mencemarkan nama baik ku."
"Baiklah, baiklah. Atas nama siapa ?"
"Terserah kamu. Asal jangan nama ku."
"Ok."
Setelah menyelesaikan percakapan di antara mereka, akhir nya kedua nya pun pergi berlalu meninggalkan bar yang kebetulan milik keluarga Ricard.
________________________
Seperti yang sudah di rencanakan, malam itu Nathan segera menuju hotelnya "Bluerose".
Disana, di sebuah Coffee di hotel itu, terlihat Ricard sudah duduk di kelilingi empat wanita cantik dan sexy. Nathan melangkah dan duduk di kursi yang masih kosong.
Tanpa di minta, dua dari empat wanita tersebut langsung bergelayut manja di sebelah Nathan yang baru saja datang.
"Mereka berdua adalah model paling populer saat ini, di sebelah kanan mu Reva, dan di sebelah kirimu Martha. Pilihlah salah satu, aku sudah memesankan kamar untukmu." Ricard melemparkan sebuah Cardlock pada Nathan.
"Oke."
Merekapun melanjutkan berpesta sebelum melakukan sesuatu dosa besar yang sudah menjadi kebiasaan bagi Ricard dan Nathan ketika mereka di Italia.
Minuman keras adalah obat penawar stres bagi kedua pria tampan itu, dan wanita adalah mainan mereka, seorang wanita adalah mainan yang hanya bisa di pakai satu kali yang kemudian di buang begitu saja.
Di mata mereka, wanita bukan lah manusia, mereka hanyalah sekelompok jal*ng pemuas nafsu birahi lelaki yang mau membayar nya mahal.
To Be Continued...