Chereads / AKU INGIN MENJADI CANTIK / Chapter 6 - Aku Bukan Cinderella !

Chapter 6 - Aku Bukan Cinderella !

"Cinderella" julukan bagi mereka yang cantik dan aku tak pantas untuk itu, mengapa ? bukankah Cinderella sebelumnya hanyalah seorang Upik abu? Bukankah seebuah keajaiban yang merubahnya menjadi seorang putri? Lantas mengapa keajaiban tersebut hanya menghapiri Cinderella ? Apakah aku tak diizinkan utuk hal tersebut? Aku juga butuh sebuah keajaiban seperti Cinderella,sebuah keajaiban yang akan mengantarkanku menemui pangeranku.

Tersadar semua itu hanyalah cerita dongeng..

Dongeng Cinderella sudah berakhir ..

****************

Sebuah rubik dengan amplop berwarna magenta menghebohkan kelasku pagi ini seperti mendapat doorprize mendadak aku dikerumuni teman-temanku.

"Ayo buka Bell aku penasaran dengan isi amplobnya jangan-jangan kamu dikasih Angpao dadakan lagi " Kata Irene yang sudah sedari tak sabar membuka isi dari amplob tersebut.

"Ada apasih ribut-ribut?" Ciara yang baru saja tiba di kelas meyosor masuk melalui sela-sela kerumunan untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Ci kamu harus tau,tadi pagi pas aku baru tiba dikampus ada Gojek yang mengantar titipan untuk Bella dan kata om Gojek itu pengirimnya mengatas namakan "Pangeran tak bernama" " Jihan bercerita dengan penuh kegirangan.

"Ohya ? Wow Bell siapa dia ? Aku penasaran" Kata Ciara  yang dengan kegirangan bercampur rasa ingin tau.

"Memang apa isi paketnya ? " Tanya Ciara lagi.

Aku langsung menunjukan sebuah rubik dan amplob berwarna magenta yang belum kutengok isi amplobnya kepada Ciara.

"Ayo amplobnya dibuka, aku penasaran" Kata Jihan.

"Iya Bell,ayo buka.. kami juga penasaran dengan isi amplobnya jarang sekali dizaman ini ada yang mengirim amplob seperti ity" Sambung Nadine salah satu teman kelasku.

"Iya Bell ayo dibuka" Sahut beberapa teman-teman kelasku yang juga sudah ikut penasaran.

"Sydah .. sudah jangan dipaksakan kalau memang Bellanya tidak mau mungkin itu spesial dan dia ingin membuka amplobnya sendiri, kalian juga harus mengerti dengan privasi Bella yah teman-teman" Ciara mencoba menenangkan.

"Tidak apa-apa kok ,biar kita buka bersama-sama saja " Kataku sambil perlahan-lahan menyobek tutup Amplob Magenta ditanganku.

Sepucuk surat dengan tulisan yang tidak begitu cantik berdiam manis didalam amplob tersebut, segera kutarik keluar surat tersebut dan membaca isinya dalam hati.

"Phlia Isabella sejak kecil sampai sekarang kamu masih tetap Cinderellaku" Ucap Irene yang sudah berdiri dibelakangku dan ikut membaca isi surat itu seperti memberi pengumuman untuk seisi kelas.

"Ciieee Cieeee " Sontak beberapa teman-temanku menghantam gendang telingaku dengan nada-nada menggoda , aku mencoba menyembunyikan wajahku yang memerah karena tersipu malu.

"Tetapi dari siapa surat ini? Dia bahkan tak mencantumkan namanya dan Rubik ini, aku seperti pernah melihatnya tetapi di mana ?" Gumanku.

"Dan apa maksud dari suratnya?Cinderella ?sedari kecil?" Aku semakin kebingungan.

"Trappp" Aku terkejut.

Surat yang ada digenggamanku dengan cepat sudah berpindah tangan ke cowok berengsek yang selalu menggangu ketenangan hidupku.

"Cinderella apanya ? Sepertinya pengirim surat ini sudah salah minum obat" Kata Allan yang sedang memegang surat hasil rampasan dari tanganku dengan nada mengejek.

"Jangan bilang kamu terbawa perasaan karena dia menyebutmu Cinderella? kamu harus sadar diri" Lanjut Allan.

Perasaanku kini bercampuk aduk , tiba-tiba saja hatiku seperti teriris pisau aku sudah tak tahan dengan mulut pria berengsek ini.

"Iya aku sadar diri aku memang bukan Cinderella atau putri manapun jadi untuk surat seperti ini aku tak akan pernah terbawa perasaan , PUAS Kamu!" Bentakku seketika sambil bangkit berdiri menatap Allan dan meraih surat itu dari tangannya dengan jantung yang berdebar-debar karena menahan rasa sakit bercampur malu dan marah surat itu kusobek menjadi potongan-potongan kecil didepan Allan dan semua teman-teman kelasku.

"Cihhhh" Desis Allan dengan tatapan yang tak kumengerti, mungkin sekarang dia sedang tertawa puas didalam hatinya melihat diriku yang kewalahan dengan ucapannya

Aku tak ingin memperlihatkan kelemahanku ,dengan segala upaya aku menahan diri agar tak ada air mata yang berderai.

Ciara kemudian menepuk-nepuk pundakku mencoba menenangkanku dan memberi isyarat kepada teman-teman yang lain agar tidak membuat kerumunan di kelas.

Ciara kemudian memungut sobekan-sobekan tersebut dan memasukan semuanya kedalam amplob magenta tadi lalu meletakan didalam tasku bersamaan dengan rubik tersebut, aku masih berdiri menatap Allan dengan tatapan kosong dan tak kuhiraukan apa yang sedang terjadi

"Bella Bell" Suara seorang pria tinggi yang kukenal menyadarkanku yang masih berdiri terpaku.

"Richard " Aku terkejut.

"Kenapa melamun?" Tanya Richard.

"Ah tidak,aku cuman sedikit suntuk" Jawabku beralasan

"Kamu sendiri kenapa bisa ada di sini?" Tanyaku.

"Oh aku kesini untuk menjemput Ciara, kata Ciara Dosen kalian tidak masuk hari ini jadi Ciara minta tolong untuk menemaninya pergi melakuan Medical Chek-up" Jawab Richard.

Dalam hati aku merasa iri terhadap Ciara tak hanya cantik,body goals plus punya Sahabat tampan yang perhatian( Richard adalah sahabat baik Ciara sejak kecil dan sudah Ciara anggap sebagai kakak kandungnya).

"Oh begitu" Aku mengangguk tanda mengerti.

"Ya ampun aku baru sadar hari ini Pak Syam tidak masuk dan aku sudah diberi mandat untuk membagikan tugas tambahan yang Pak Syam titip di ruang dosen kepada teman-teman" Gumanku.

"Oo iya Richard aku harus pergi keruang dosen sekarang untuk mengambil tugas yang Pak Syam titip dan dibagikan kepda teman-temanku sebelum semuanya bubar" Kataku kepanikan, belum mendapat jawaban dari Richard aku mengambil tasku dan menarik tangan Irena yang sedari tadi berkicau tak jelas disampingku untuk membantuku.

"Ayo Ren bantu aku" Irene pun tersontak kaget namun berusaha mengikuti langkah kakiku meninggalkan kelas menuju ruang dosen.

"Bella jangan lupa pesan WAku dibalas yah" Teriak Richard dari dalam kelas.

"Bell sepertinya Richard benar-benar menyukaimu" Goda Irene yang sedang membantuku menyusun lembaran soal untuk dibawa kekelas.

"Ya ampun Irene,kamu jangan bicara yang tak masuk akal " Jawabku.

"Kan sudah kubilang aku tak akan pernah bermimpi menjadi Cinderella yang dipertemukan dengan pangeran tampan nan baik hati seperti Richard" Lanjutku.

"Apakah kamu masih memikirkan apa yang tadi Allan ucap kan? " Tanya Irene yang membuatku terdiam

"Kamu itu sebenarnya cantik cuman kurang dipoles saja,

jadi jangan terlalu dimasukan kehati ucapan pria berengsek itu. wajahnya saja yang tampan tetapi ucapannya sama sekali tak ada yang baik untuk dipuji" Irene mencoba menghiburku.

"Heemm .. aku tidak apa-apa Irene,dan berhenti menghiburku dengan sebutan cantik, aku juga sadar dan tau diri" Jawabku sambil tersenyum mencoba meyakinkan Irene bahwa aku baik-baik saja.

"Aku bukan bermaksud menghibur atau apa tetapi kenyataannya begitu,kamu hanya belum tau saja cara mengekspos wajah cantikmu" Kata Irene tanpa beban.

Aku hanya tersenyum membalas kata-kata penghibur dari Irene tadi.

"O iya Jihan dan Lucy pergi ke mana?karena tadi merasa blank jadi tidak kuperhatikan lagi mereka" Tanyaku pada Irene sambil menutup laci buku milik Pak Syam dan bergegas kembali menuju kelas untuk membagi lembar soal-soal tersebut.

"Mungkin bersama Ciara, ayo kita temui mereka sebelum mereka bergegas pulang"

----------------

Dilorong perbatasan antara toilet Pria dan Wanita

"Surat itu dari kamu kan?" Tanya Ciara pada sosok pria yang berdiri dihadapanya.

"Hmmm" Pria itu hanya berdehem mengangguk.

"Aku harap sampai kamu terus menyembunyikan semuanya jika kamu tidak menjaga tingkahmu dan terus seperti ini,pada akhirnya bella yang akan tersakiti" Jawab Ciara.

"Aku sedang menunggu waktu yang tepat dan aku pastikan akan terus melindunginya " Jawab Pria itu singkat.

"Waktu yang tepat untuk apa?" Tanya Ciara.

"Untuk mengatakan semuanya" Jawab Pria itu sambil menarik napas panjang dan segera berlalu meninggalkan Ciara.

Ciara hanya menatap Pria itu lalu bergegas pergi

----------------

Setelah membagi seluruh lembaran soal aku mengambil lembar bagian milikku,Ciara,Jihan da Lucy karena mereka sudah tidak ada di kelas.

Mataku tertuju pada lembar soal dengan nama  "Allan Ciels"

"Rasanya ingin kulempar saja lembar soal ini ke tempat sampah" Batinku.

"Jumadi" Panggilku,spontan pria itu membalikan badan mendengar panggilanku.

"Ini titip lembar soal milik Allan soalnya dia tak ada di kelas jadi kamu saja tolong berikan padanya"

"Oke deh Bell " Jawab Jumadi tanda mengerti.

"Jangan lupa lembar soal dan jawabannya dikumpul besok jam 3 sore yah di ruangan Pak Syam" Tambahku.

Jumadi mengangguk tanda mengerti

Aku segera mencari Ciara dan lainnya diparkiran sekolah dan untungnya mereka belum pergi.

"Teman-teman ini lembar soal milik kalian" Kataku sambil menyodorkan lembar-lembar soal tersebut ke pemiliknya.

Dengan tangkas mereka bertiga langsung menyambar tanganku dan mengambil soal milik mereka.

"Yah soal yang kita punya semuanga berbeda jadi kesempatan Copy Pasteku hilang begitu saja" Kata Jihan dengan nada pasrah.

Kamipun tertawa mendengar ucapan Jihan yang polos itu.

"Bell ayo pulang sekalian aku akan mengantarkan kamu dan Irene " Tawar Lucy,tanpa berkata banyak aku menganguk mengetujui.

"Kalau begitu aku duluan kedepan yah Richard sudah menungguku digerbang" Potong Ciara sambil menunjuk sebuah mobil hitam yang sudah terparkir menantinya digerbang sekolah.

"Bye Cii " Ucap kami berempat sambil mengayunkan tangan pada Ciara.

Setibanya dirumah langsung kulempar tubuhku keatas tempat tidur.

"Ah lelahnya" Batinku.

Segera kukeluarkan lembar soal milikku dan meletakanya di atas meja belajar,mataku tiba-tiba tertuju pada amplob magenta dan rubik tadi, kutatap rubik tersebut dan mencoba memutar-mutar untuk menyusun warnanya perlahan-lahan mataku terasa sayu dan inilah saatnya menelusuri mimpi disiang hari .

"Aku bukan Cinderella namun siapakah kamu pangeran tak bernamaku?"

"Jika ini nyata ... aku ingin sekali bertemu denganmu, banyak hal yang inginku tanyangakan" Batinku.