"Pangeran, apa luka anda baik-baik saja?" tanya Nightingale sambil membalut luka majikannya dengan perban.
"Entahlah, baru pertama kali ini aku merasakannya." jawab laki-laki itu.
Nightingale berpikir kalau itu hal yang wajar karena majikannya adalah bangsawan. Sehingga terluka karena bertarung bukanlah keseharian mereka. Terlebih dirinya yang terpukau dengan keahlian majikannya. Dia tak pernah menyangka jika majikan yang dia layani adalah ahli sihir walau hanya memiliki dua puluh persen talenta penyihir.
Bahkan majikannya adalah penyihir yang ahli menghindar saat merapal sihir di pertarungan. Apalagi tak hanya ahli dalam menghindar dan membuat jarak, tapi bisa menggunakan sihir rendah menjadi sihir yang kuat juga menggunakan sihir tak dikenal.
"Apakah ini anugrah dari para dewa, jika iya sebaiknya Pangeran selalu seperti ini dan menjadi penyihir," batin Nightingale dengan perasaan senang.
Disisi lain, laki-laki itu masih mengingat pertarungannya dengan gerombolan Goblin tadi. Dirinya merasakan hal aneh saat darah keluar dari tubuhnya. Baginya itu tak terasa sama sekali dan malah seperti air yang tumpah ditubuhnya. Berjalan dengan luka parah sampai ke mansion pun bukan hal susah baginya.
Itu membuatnya parnasaran dengan identitas dirinya yang sebenarnya. Sebelum dia kembali muda pun dirinya tak mengetahui identitas aslinya dan hanya tahu jika dia anak kecil yang dirawat penyihir.
"Aku bisa merasakan kelelahan, namun kenapa aku tak bisa merasakan rasa sakit?"
"Sebenarnya apa yang tidak aku ketahui mengenai diriku?" batinnya sambil menatap lukanya.
Karena tidak tahu akan kepastiannya, dia kembali fokus perihal para Ragnarok. Saat dirinya bertarung dengan gerombolan Goblin, Nightingale tanpa sadar menggunakan kemampuan Ragnarok of Beast. Walau tak terlalu mencolok namun sudah cukup menjadi tanda bahwa Ragnarok of Beast akan bangkit sebentar lagi. Maka dari itu rencana untuk meninggalkan mansion dipercepat.
Dengan keadaannya sekarang kekuatan Ragnarok of Beast bukan hal yang bisa ditangani. Satu-satunya cara adalah dengan menemukan seorang Ragnarok yang lain. Ragnarok itu dikenal sebagai benteng berjalan oleh sang kehancuran karena pertahanannya yang kuat. Dialah yang disebut dengan Ragnarok of Robust.
Dalam buku dikatakan bahwa Ragnarok of Robust merupakan anggota terlemah ketiga, namun pertahanannya merupakan yang terbaik. Bahkan Ragnarok terkuat kesulitan untuk menghancurkan pertahannya. Terlebih dia merupakan Ragnarok paling rasional dibandingkan yang lain. Maka dari itu laki-laki itu ingin segera menemuinya sebelum terlambat.
"Nightingale, persiapkan semua barang-barang milikmu untuk besok." kata laki-laki itu.
"Barang-barang?"
"Kita akan meninggalkan mansion ini dan pergi ke Geillon."
laki-laki itu menjelaskan seluruh rencananya pada Nightingale dan untuk soal Ragnarok dirinya masih belum bisa memberitahunya. Mulai dari dirinya akan memutuskan hubungan dengan keluarganya sampai menjadi petualang. Nightingale pun mematuhinya tanpa bertanya. Baginya selama bisa melayani majikannya maka ikut keluar dari wilayah bangsawan adalah hal sepele.
Keesokan harinya Nightingale membawa barangnya keluar lebih awal untuk menunggu majikannya. Tapi saat keluar dari pintu mansion sudah ada majikannya yang menunggu.
"Selamat pagi Nightingale," sapa laki-laki itu dengan nada lembut dan tersenyum hangat.
Melihat senyuman dari majikannya membuat Nightingale terdiam beberapa saat. Seakan dirinya terhipnotis oleh pesona itu.
"Selamat pagi juga Pangeran," balas Nightingale dengan wajah yang memerah.
Setelah mereka berkumpul mereka pun mengucapkan selamat tinggal dengan mansion itu dan pergi menuju Geillon. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kota tersebut setidak dua minggu perjalanan. Jalur yang dilewati pun lumayan berbahaya seperti Tebing Neruoba, Gurun kerdil Voin, dan Hutan Malam Teiri. Ketiga tempat itu setidaknya menjadi rumah para monster peringkat F sampai D.
Selama awal perjalanan keduanya tidak bertemu monster karena laki-laki itu telah mengatur jalur yang akan dilewati. Dengan kemampuan Eye of Horus miliknya cukup mudah dalam memprediksi keberadaan para monster. Terlebih para monster peringkat bawah tidak pandai dalam menyembunyikan hawa keberadaannya. Walaupun begitu keduanya tidak boleh mengurangi kewaspadaan akan bahaya.
Matahari mulai terbenam dan langit mulai gelap, keduanya pun berniat untuk beristirahat. Nightingale menyiapkan makanan dan majikannya menata tenda mereka. Sesekali laki-laki itu menatap ke arah Nightingale. Saat ini dia baru menyadari kalau ada hal yang dia tak sadari sebelumnya.
Dia menyadari kalau Nightingale lebih tinggi dibandingkan dirinya. Setidaknya tinggi badan Nightingale mencapai dua meter lebih.
"Nightingale, kalau boleh tahu berapa tinggi badanmu?" tanya laki-laki itu sambil menyusun tenda.
"Tinggi badan saya, sebelumnya saya pernah mengukur dan kalau tidak salah itu mencapai dua ratus tiga puluh sentimeter." jawab Nightingale.
"Apa dunia ini sedang bercanda, sejak kapan manusia menjadi sangat tinggi seperti ini?" batin laki-laki itu.
Namun saat Nightingale bilang bahwa dirinya dan sang majikan adalah orang terpendek itu lebih mengejutkan. Dari perkataannya laki-laki itu baru menyadari bahwa tinggi orang-orang setidaknya mencapai tiga sampai empat meter. Dan para Dwarf sendiri tingginya tidak terlalu berbeda dari laki-laki itu.
"Pertumbuhan anak-anak di era ini benar-benar mengejutkanku." batin laki-laki itu.
Setelah tenda sudah siap dan makanannya matang, keduanya pun makan malam bersama. Sambil memakan masakan Nightingale, laki-laki itu memikirkan sesuatu. Dirinya berpikir untuk bertanggung jawab tentang penyegelan para Ragnarok. Namun tak terpikirkan apa yang harus dia lakukan itu.
Lalu dirinya teringat masa mudanya dahulu. Diri merupakan orang yang sangat menyukai perempuan. Bahkan dahulu dia berpikir akan menikahi beberapa perempuan jika dunia tak kacau seperti saat ini.
"Nightingale, apa kamu mau menjadi istriku?" tanya laki-laki dengan nada serius.
Nightingale yang mendengarnya seketika membeku dan diam. Tak lama kemudian dirinya mulai salah tingkah karena perkataan majikannya.
"Kamu tidak perlu merasa terpaksa, lagipula mungkin aku berniat menikahi beberapa orang dan kamu boleh menolaknya," kata laki-laki itu sambil memakan makan malamnya.
"Setidaknya berikan aku waktu dua bulan untuk berjuang, jika selama itu aku gagal maka aku tidak akan memaksamu."
Mendengar perkataan itu dengan nada serius membuat Nightingale berpikir keras. Dahulu majikannya merupakan orang yang buruk dan sangat kasar. Namun sekarang dia berubah menjadi orang yang lebih baik dan baik hati. Tapi itu bukan masalah utamanya, karena status sosial adalah masalah utamanya.
Nightingale merupakan rakyat jelata yang secara kebetulan dijadikan pelayan orang keluarga majikannya, sedangkan majikannya merupakan bangsawan. Tentu itu membuat sedikit kebingungan. Majikannya melihat Nightingale kebingungan pun menunjukkan sebuah kertas. Disana tertuliskan bahwa sang majikan telah memutuskan hubungan dengan keluarganya.
Laki-laki itu berkata kalau dirinya sama seperti Nightingale yaitu rakyat jelata. Dia berkata kalau tidak perlu berpikir keras tentang status sosial karena kini mereka sama. Dia juga berkata bahwa dirinya akan mencintai Nightingale sebagai penyihir dan bukan bangsawan. Dia juga meminta agar sebutan pangeran itu ditiadakan.
Nightingale pun berkata kalau dia akan memberikan kesempatan itu, namun tak akan menghilangkan sebutan pangeran. Karena satu kata itu itu cukup berarti untuk dirinya.
"Kata itu sangat berharga, karena itu merupakan awal mula saya jatuh cinta pada anda." batin Nightingale.
Saat laki-laki itu kecil, kepribadian buatannya bersikap layaknya anak pada umumnya. Bahkan sangat baik hati terutama dengan Nightingale. Karena itu Nightingale mencintai majikannya sejak dulu. Namun saat beranjak dewasa majikannya dipengaruhi oleh teman-temannya dan bersikap buruk.
Nightingale memang mencintai majikannya namun dia tak suka jika dipandang hanya sebagai pemuas nafsu. Maka dari itu dia sakit hati dan mencoba melupakan perasaan itu. Dan tiba di waktu saat ini, perasaan itu mulai mekar layaknya bunga di musim semi.