Di suatu malam, dua anak sedang membawa sebuah buku keluar halaman rumah. Buku itu berjudul" Para Legenda Leac"
Kedua anak itu begitu antusias ketika membuka halaman berjudul"Legenda Leac tak diketahui" Salah satu dari mereka membacakan cerita tersebut untuk temannya,
Seribu tahun yang lalu,
Di sebuah benua, ada sebuah kota yang sudah hancur lebur dan rata dengan tanah. Di langit petang, dapat terlihat bahwa sedang terjadi pertarungan antara manusia dan Iblis.
Sebelum pertarungan itu berlangsung, Iblis sudah berkali-kali membuat ulah dan kali Ini manusia itu yang bertarung melawannya.
Manusia itu dapat mengunggulinya, dari kejauhan 100 Kilo Meter teriakan menggema iblis dapat terdengar. Semua orang tidak ada yang berani mendekat dari jarak itu, pertarungan Iblis dan manusia itu sungguh di luar nalar.
Semenit kemudian, Manusia itu menciptakan pedang cahaya raksasa, cahayanya begitu terang hingga menembus langit bagaikan tiang cahaya.
Tampak dari kejauhan, Sang Manusia melesatkan pedang cahaya menyebabkan gemuruh menakutkan bahkan udara ikut bergetar.
Pedang cahaya menimbulkan sebuah siluet berbentuk sabit melesat ke arah Iblis dengan kilat, dalam serangan sebesar itu iblis dapat menangkisnya tetapi terlihat kepayahan.
Sekali lagi sosok itu membuat pilar cahaya yang lebih besar dari sebelumnya dan segera melesatkan ke iblis. Iblis tidak dapat menghindar, tubuhnya langsung hancur saat terkena serangan sebesar itu.
Semua orang diliputi kebahagiaan melihat kemenangan berpihak kepada manusia itu, hanya saja sedetik kemudian tubuh sang Manusia mulai meluncur ke tanah.
Semua orang yang menyaksikan segera berlari menolong, akan tetapi tubuhnya secara misterius menghilang bahkan sampai kapanpun Manusia itu tidak pernah ditemukan.
Bahkan tidak ada yang mengetahui Ia adalah lelaki atau perempuan,
Untuk mengingat jasanya, Ia disebut Sang Leac Menghilang. Sang Leac juga dijadikan Legenda hingga dirinya dibuat cerita.
Pertarungan sang Leac membuat sejarah. Hanya dalam beberapa tahun kemudian, bumi gempar dikarenakan Iblis itu akan bangkit ditubuh manusia untuk kembali menguasai dunia.
Iblis dari dunia Ziast juga akan keluar dari dimensinya untuk menyerang Bumi, Hingga hari itu tiba hanya ada satu solusi yaitu menghancurkan Kristal Energi.
Dalam sebuah ramalan yang sudah lama ada, diceritakan juga bahwa Kristal harus dihancurkan untuk menghentikan kekacauan.
Dunia diliputi ketakutan, Manusia dan Elf segera bersatu untuk mendirikan tempat pelatihan Leac atau disebut juga sekolah.
Hanya saja, itu tidak berlangsung lama, kedua Ras kembali terpecah belah karena egonya. Banyak yang menganggapnya itu hanyalah sebuah bualan belaka, tidak sedikit juga Manusia maupun Elf menjadi jahat bahkan ada yang ingin menguasai dunia.
~Legenda Leac Menghilang~
Kedua anak itu adalah Swina dan Zura, mereka begitu bersemangat setelah membacanya, mereka kemudian berdiri untuk memperagakan Legenda Leac Menghilang.
Orang Tua mereka sudah terikat persahabatan sehingga mereka dijodohkan, tentunya diusianya itu mereka belum mengerti maksudnya.
Zura dan Swina berlari saling mengejar dengan riang, hari sudah semakin malam tetapi mereka belum menunjukkan tanda mengantuk. Kedua orang tua mereka bahagia melihat mereka bersenang-senang.
Swina tiba-tiba berhenti mengejar Zura karena melihat ibunya, Swina berlari kearahnya dan segera memeluk ibunya.
"Ibu, aku ingin mendengar cerita!!" Dia berkata dengan polos sambil menatap ibunya,
Siapapun pasti ingin mencubit pipinya dengan gemas seperti yang kini ibunya tengah lakukan.
"Coba minta bibi,nak" Ibu Swina bernama Lina berkata dengan gemas
Swina menurut, didekatinya seorang wanita cantik penuh perban di tangannya sedang duduk di kursi roda. Dia adalah Narumi, ibunya Zura.
Tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakitnya, hanya beberapa orang terdekatnya lah yang mengetahui penyebabnya tetapi Narumi menolak untuk membeberkannya.
Swina berjalan pelan kemudian menaruh kepalanya dipangkuan Narumi, Melihat hal itu membuat Narumi ingin mengelus kepalanya.
"Bibi, aku ingin mendengar cerita!" Ujar Swina, Zura yang mendengarnya ikut mendekat karena Ia juga suka mendengar cerita
"Zura juga mau!"
Mereka berdua kini saling berdekatan, Narumi tertawa pelan sebelum mulai membuka mulutnya untuk bercerita.
Mereka begitu antusias, beberapa kali mereka melontarkan pertanyaan untuk menjawab rasa penasaran mereka.
Malam pun semakin larut, Narumi akhirnya mengakhiri ceritanya karena melihat mereka telah menguap.
Narumi mengusap kepala kedua anak itu, Zura merasa heran dengan ibunya sehingga Ia bertanya,
"Ibu, ada apa?"
Tatapan polos Zura dengan warna mata hijau terang membuat dirinya begitu menawan di bawah cahaya sinar bulan, mata itu diturunkan dari ibunya sehingga siapapun yang mengenal ibunya pasti mengenal Zura nantinya.
"Saat dewasa nanti, kalian harus bersama ya!" Narumi tersenyum lembut, Mereka berdua mengangguk tanpa mengerti apa maksud perkataannya tadi.
Hanya dalam hitungan menit, Zura dan Swina sudah terlelap di pangkuan Narumi karena merasa nyaman dalam usapannya.
"Sudah larut ternyata" Ayahnya Swina alias Kruel berkomentar sambil melihat jam tangannya,
Melihat anaknya tertidur pulas, Lina harus menggendongnya perlahan karena Ia tidak tega membangunkannya.
"Kami pamit dulu, sampai jumpa Narumi, Roer!"
"Sampai jumpa juga, Nak Zura" Lina kemudian mengelus kepalanya pelan
"Apa kau tidak mau mencium keningnya?" Narumi bertanya
"Ehh...Mengapa?"
"Kau kan calon mertuanya"
"Kau ini...." Lina menghela nafas panjang setelah mendengarnya,
Narumi tertawa kecil, ditatapnya bulan purnama yang sedikit tertutup awan. Hembusan angin lembut terasa dingin, tetapi itu semua menimbulkan sensasi tertentu.
"Jadi nostalgia" Narumi mengelus kembali Zura yang ada di pangkuannya.
"Kau benar..." Lina mengikuti Narumi untuk melihat bulan purnama malam itu.
<--->
Beberapa tahun yang lalu,
Di sebuah padang rumput yang luas, empat sosok wanita terlihat sedang menikmati hasil buruan mereka di hadapan kayu yang sedang terbakar.
"Tidak kusangka, daging rusa ini sangat lembut" Wanita dengan baju petualang berkomentar, Ia memiliki rambut emas yang menambah kecantikannya malam itu.
Entah sejak kapan mereka terikat persahabatan, sudah lama tentunya. Dalam perjalanan kali ini, tujuan mereka adalah Benua Eranos.
"Aku tidak menerimanya, pisau kecil ini seharga 1 koin perak!" Salah satu wanita memainkan pisau ditangannya,
"Jika bukan karena terdesak, aku pasti akan memukulinya" Lanjutnya
"Sudahlah Narumi, jangan terlalu dipikirkan" Salah seorang wanita membalasnya sambil tersenyum canggung menanggapi wanita bar-bar dihadapannya.
"Lina, kau terlalu baik!"
Makan malam mereka dilanjutkan dalam diam, beberapa kali terdengar suara kemercik api yang menghiasi malam.
"Mengingat umur kita semakin bertambah, apakah kita akan selalu bersama?" Celetuk Merina menyebabkan ketiga sahabatnya langsung terdiam.
Narumi terenyuh, benar apa yang dikatakan sahabatnya itu. Suatu saat pasti akan ada saatnya mereka untuk berpisah.
"Aku akan pensiun ketika sudah menikah" Narumi berkomentar dan langsung melanjutkan makannya, ketiga sahabatnya terdiam sejenak karena terkejut.
"K-kau Narumi!!???"Merina, salah satu wanita itu keheranan
"Kau punya sisi lain ternyata, aku kira selamanya kau akan barbar!"
"Kawan, aku tidak menduganya!"
"B-b...bagaimana pun aku tetaplah seorang wanita!" Ucap Narumi terbata-bata, wajahnya memerah menanggapi hal itu.
Ketiga sahabatnya tertawa bersama, semenit kemudian mereka nampak tenang dengan wajah sendu.
"Sudah lama sejak pertama kali kita bertemu"Ucap Merl pelan
Mereka semua jelas mengingat saat pertama kalinya mereka bertemu di sebuah penginapan di benua Verna. Tidak butuh waktu lama, mereka langsung akrab.
Sejak saat itu, mereka memutuskan berpetualang bersama. Mereka ber empat menjadi terkenal setelah melawan para orang jahat maupun monster hebat, tidak sedikit juga ras demon yang dikalahkan.
Mereka semua dikenal sebagai Quad Angel karena paras mereka sangat cantik, terlebih Merl dan Merina adalah ras elf.
"Aku ingin anak kita juga bersama nanti, bagaimana menurutmu Lina?" Ucap Narumi
"Setuju, tapi aku juga ingin anak kita menikah nantinya!" Jawab Lina
"Lalu apakah akan mengadakan pernikahan manusia dengan elf?" Tanya Merina
"Itu semua tergantung anak kita saja!" Narumi membalas
"Tapi Narumi, apakah ada pria yang mau mencintai wanita bar-bar sepertimu?" Kata Merl sambil tertawa
"Jangan sebut aku bar-bar,Hmm...!"
Mereka bertiga kembali tertawa melihat tingkah laku Narumi, Narumi adalah wanita paling galak diantara mereka tetapi yang paling perhatian untuk mereka.
Terbukti saat Narumi selalu memperhatikan sahabatnya tetapi dirinya akan bersifat sebaliknya dengan orang lain.
Lina kemudian menatap bulan, diikuti ketiga sahabatnya. Mereka menengadah sambil memegang lutut masing-masing.
"Bulannya cantik sekali...." Pikir mereka serempak
Hembusan angin lembut terus mengusik tubuh mereka, Membuat mereka perlahan didera rasa ngantuk yang berat sehingga tanpa mereka sadari mereka tertidur dengan saling menaruh kepalanya.
<--->
Jangan lupa tinggalkan Like, karena semakin banyak Like semakin banyak pembaca, semakin banyak pembaca semakin semangat authornya, semakin semangat semakin bagus karyanya!
Nah, Like! :3 jangan lupa juga untuk share ya