Tiba-tiba, Neyan merasakan tubuhnya terangkat dari tanah. Ternyata pria itu menggendongnya. Neyan berusaha berpegangan pada bahu pria itu agar ia tidak jatuh.
Tenaga pria itu cukup besar untuk membawanya ke kursi. Neyan berbaring di atas kursi kayu yang keras, lalu pria itu mengangkat kakinya ke sandaran kursi tersebut.
Neyan merasa nyaman dan tidak ingin bergerak saat ini. Angin berhembus membuat pohon-pohon di sekitarnya menjadi bergemerisik, dan suaranya sangat indah.
"Apa kamu bisa mendengar suaraku?" tanya pria itu. "Siapa namamu?"
"Namaku Neyan."
"Ah, kamu bisa menjawab. Kalau kamu sudah merasa lebih baik, biar aku antar ke dokter. Sepertinya terdapat luka di punggungmu. Apa kamu baru saja mengalami kecelakaan?"
"Tidak," jawab Neyan dengan suara yang lemas.
"Oke. Siapa namamu tadi?"
Neyan mengerutkan dahinya. "Bagaimana mungkin kamu tidak mengenal putri kerajaan?"
"Putri?" Pria itu terkekeh. "Kamu ini sedang berhalusinasi ya. Tidak ada putri di sini."