Chereads / Liburan Terselubung / Chapter 2 - Kenikmatan Tak Berdasar

Chapter 2 - Kenikmatan Tak Berdasar

.

.

Sasya pov

Ku rasa keputusan yang ku ambil telah benar. Aku tak akan mundur lagi dan sekarang kak Bagas berada di atasku.

Sungguh.. sebenarnya aku sangat gugup.

Apalagi kak Bagas menatapku secara intens seperti ini.

"Kenapa lo? Jangan mikir kalo lo mau kabur?" Ujar kak Bagas curiga.

Kaki ku menggesek ke kakinya, lenganku melingkar manis di lehernya.

"Kenapa aku harus kabur?" Tanya ku pelan.

"Karena sebenernya lo ga suka sama gua." Jawabnya tepat sasaran.

Aku menghela nafas, sebelum aku membalikkan posisi kami.

"Aku tak akan kabur." Ucapku berusaha meyakinkan dia. "Aku janji." Tambahku saat melihat dia masih ragu.

"Baguslah.. karena apapun yang gua denger saat itu juga. Gak bisa berubah." Bisik kak Bagas.

"Ohh..! Lihat siapa yang berbicara." Tanpa sadar aku melenguh saat pinggangku diremas olehnya.

Dia hanya terkekeh, sungguh... suaranya sexy sekali.

Ku dengar petir kembali menggelegar. Aku semakin merapatkan tubuhku dengan kak Bagas.

Jika dipikir lagi, tubuhku rasanya pas sekali saat aku berada di pelukannya.

Kak Bagas, andai aku jatuh cinta padamu terlebih dahulu. Aku pasti takkan merasakan sakit seperti ini.

. . .

Sinar matahari membuat tidurku kurang nyaman, apalagi kurasakan pelukan ini semakin mengerat saja.

Tunggu..

Pelukan? Bukannya aku tidur sendiri?

Seketika aku membuka mataku lebar. Menengok kebelakang, melihat siapa orang yang memelukku semalaman.

"KAK BAGAS!" tanpa sadar aku teriak.

Dia menggeliat, bangun dan menatapku kesal.

"Gak perlu teriak, gua belum budeg." Ujarnya kesal sebelum masuk ke kamar mandi.

Ck! Menyebalkan sekali.

Aku pun beranjak bangun, namun rasa sakit di selangkanganku membuat aku terduduk kembali.

Ada yang aneh, aku merasa tak mengenakan apapun. Dan benar saja, saat aku membuka selimut yang sedari tadi aku pakai.

AKU TAK MENGENAKAN APAPUN! OMG!!!

Bagaimana ini bisa terjadi... aku meremas rambutku kasar.

Flashback on..

"Tolong aku." Ucapku pada kak Bagas.

"Gua harap lo ga nyesel Sya." Balas kak Bagas, stelahnya aku merasa tubuhku terhempas.

"Ini yang lo minta, gua nolong lo." Ucapnya dengan nada rendah. Tak ada alasan lagi untuk mundur, keputusasaan membuat ku begini.

Suara desahan dari laptop kak Bagas bagai pengiring musik kami. Satu persatu bajuku terlucuti dengan mudahnya.

"Mulai sekarang, lo milik gua Sya. Cuma milik gua." Bisik Kak Bagas saat ia berhasil merobek selaput daraku.

"Ss-sakit!!!" Teriak ku parau. Kak Bagas? Dia tak perduli!

"Maaf, harusnya aku tak langsung masuk." Ucapnya tanpa nada sesal sedikitpun. Sungguh.. dia itu iblis atau manusia?!

"Kkak.. ssakit bodoh." Desisku.

"Kau mengataiku?" Tanyanya. Aku? Masa bodoh.

"Sakit!"

"Nanti juga bakalan nikmat, lo cukup nikmatin. Sebut nama gua oke?" Titah kak Bagas sambil memulai menggerakan pinggulnya perlahan.

"Yyah.. ughh.."

Aku tak tau apa ini harus ku sebut kenikmatan atau penyiksaan. Rasanya tubuhku terasa remuk, tiap kali kak Bagas menghujamku dengan senjata miliknya.

"Sigh... aku tak menyangka kau masih perawan heh.."

Diam kau sialan.. ingin sekali aku mengumpatnya seperti itu. Namun, aku cukup tau diri. Aku yang meminta kak Bagas membantu ku.

Kak Bagas semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Sesekali kak Bagas berhenti dan setelahnya dia menghentakku dengan keras dan kasar.

Aku menggigit bibirku.

"Aaah.. nggh.. nghhaaa. Ba-gash.." Desahku tak tahan.

Ku cakar punggungnya demi pelampiasan yang ku rasa. Saat aku mencakar punggungnya, kak Bagas malah menambah kecepatannya.

"Ohh.. ahh.. in-nih... ss..sangath nikmat!" Katanya menggeram.

Nafasku tersengal, aku berusaha mengimbangi permainan kak Bagas.

Otakku kosong.. bahkan seharusnya aku menangis.

Kamipun mencapai puncak kenikmatan.

Flashback off

"Kenapa lo? Lagi inget-inget yang semalem heh?" Ujar kak Bagas tiba-tiba.

Tubuhnya yang habis mandi hanya menggunakan handuk di pinggangnya. Enam kotak yang indah dan wajah yang rupawan. Siapa yang mampu menolak?

"Diam kau.!" Teriakku kesal padanya, hei aku ini per-wanita! Tentu saja aku malu kalau dia membahasnya secara frontal.

"Bodo amat!" Ucapku kesal, dengan langkah dihentak. Seakan melupakan rasa sakitku diselangkangan. Aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

.

.

.

"Jadi lo berhasil kak?" Tanya Nara saat Bagas sampai di dapur.

"Jadi dong, gua gak nyangka dia masih virgin." Jawab Bagas santai.

"Dia emang norak sih. Beranggapan kalo tuh virgin buat calon suaminya kelak." Ujar Nara diselingi gelak tawa setelahnya.

"Btw, thanks ya. Berkat lo gua bisa dapetin dia." Ujar Bagas setelah meneguk jus nya.

Nara tersenyum miring. "Ya, santai aja kali. Lagian gue gak mau ada yang ganggu hubungan gue sama Dimas."

"Meski lo makan temen sendiri?"

"Apa peduli gue?"

Mereka tertawa, menikmati keberhasilan Bagas menyingkirkan Sasya yang menurut Nara mengganggu jalan percintaannya.

Miris sekali.

Tawa mereka reda, terdiam saat Farsha dan vika bergabung, disusul Dimas, Gio dan Erick.

Sedangkan Sasya? Dia sibuk menenangkan dirinya agar tidak mengamuk kepada kedua kakak adik itu.

"Ternyata mereka sudah merencanakan ini." Batin Sasya.

Hancurlah sudah hidupnya..

Next chapter...