Terdengar suara air turun dengan deras jatuh kebawah. Air itu jatuh mengalir ke sebuah sungai. Ada juga suara dari kicauan burung-burung yang saling bersahutan. Angin semilir yang berhembus membuat tanaman-tanaman ikut bergoyang. Tidak jauh dari situ terlihat beberapa lelaki bertubuh kekar sedang berdiri di dalam air sungai. Mereka sedang tidak mengenakan pakaiannya. Pakaian mereka di letakkan begitu saja di atas batu besar yang terletak di tepi sungai. Sementara seorang pria yang tidak kalah bertubuh kekar dari mereka duduk di sebelah batu besar itu. Pria itu memilih duduk pada batu yang paling besar di tempat itu. Dia memperhatikan kumpulan pria itu dari tempat duduknya.
"Kalian harus fokus pada mangsa kalian!" Teriak pria itu kepada kumpulan lelaki di dalam sungai itu.
Mereka mendengar suaranya, tapi hanya menatap ke bawah kaki mereka. Mereka berdiri saling berjauhan. Tanpa ada pergerakan sama sekali. Walaupun arus air sungai itu mengalir cukup deras, mereka berusaha agar tidak goyang sedikit pun. Tiba-tiba salah satu dari mereka membungkuk dengan cepat. Dia berhasil mendapatkan mangsanya. Seekor ikan yang cukup besar sedang meronta-ronta di dalam genggaman tangannya. Agar tidak terlepas, pria itu memegang ikan itu dengan erat dengan kedua tangannya. Tidak lama, kawannya yang lain juga melakukan hal yang sama. Setelah masing-masing dari mereka sudah berhasil menangkap ikan-ikan itu, mereka segera keluar dari dalam sungai. Mereka berjalan menuju pria yang sedang duduk di atas batu. Pria itu adalah pemimpin mereka. Namanya adalah Xander, tapi mereka menyebutnya dengan sebutan Mr.X. Dia adalah pemimpin dari sekelompok pembunuh ini. Ya, benar! Mereka semua adalah pembunuh bayaran. Semua ini berawal dari persahabatan Mr.X dan Mark. Mereka berdua sudah saling mengenal dari remaja. Mr.X dan Mark merupakan anak yang nakal semasa remaja. Tapi bagaimana pun kenakalan dan kejahatan yang mereka lakukan, mereka berdua belum memiliki catatan kriminal sama sekali. Itu karena mereka berhasil membunuh para korbannya tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Semua korban yang mereka bunuh di rekayasa sehingga terlihat seperti kecelakaan.
"Aku akan mencari kayu bakar." Ucap salah seorang dari mereka, lalu ia berlari kecil memasuki hutan.
Mereka mengumpulkan ikan hasil tangkapan mereka di atas tumpukan rumput. Ikan-ikan itu saling menggelepar di atas tumpukan rumput itu.
"Biar aku saja yang akan membersihkan ikan-ikan itu." Pria yang sedang mencoba untuk mengeringkan celananya yang basah menawarkan diri.
Sedangkan pria satunya lagi sedang menyiapkan tempat untuk membakar ikan-ikan itu. Sementara Mark berjalan menuju Mr.X yang masih duduk di atas batu. Dia menyodorkan minuman kaleng bersoda yang mereka bawa.
"Kenapa kemampuan menangkap ikan mu semakin berkurang sekarang?" Mr.X meraih minuman itu, lalu ia meneguknya.
"Hei, itu karena ikannya datang dari arah mereka terlebih dahulu. Sementara aku berdiri paling belakang dari mereka." Mark mencoba membela diri sebelum meminum minuman bersoda itu.
Mark memperhatikan wajah Mr.X. Wajah temannya ini sangat tegas. Beberapa bulu halus tumbuh di sekitar rahangnya. Dia juga memiliki tatapan mata yang tajam, tidak heran kalau dia ahli dalam kecepatan saat membidik sasarannya. Kalau saja tadi Mr.X ikut bergabung bersama mereka, pasti mereka akan mendapatkan lebih banyak ikan dari hasil yang mereka tangkap sekarang. Karena saat Mr.X menangkap ikan itu, ia akan langsung melemparkannya ke daratan sementara ia mulai menangkap ikan lainnya lagi.
"Apa yang sedang kau pikirkan X?" Tanya Mark kepada temannya.
"Tidak ada. Aku hanya memiliki firasat yang buruk. Makanya kau harus banyak berlatih untuk mengasah keterampilan mu." Mr.X melotot ke arah Mark.
Entah kenapa tiba-tiba dia merasakan akan ada sesuatu hal yang akan datang kepada mereka. Dia tidak terlalu peduli dengan tiga orang pengikutnya. Karena mereka bertiga sudah sering keluar masuk penjara, tapi berbeda dengan Mark dan dirinya. Dia juga tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya, karena kalau pun harus masuk penjara tidak masalah baginya. Tapi tidak dengan Mark, dia tahu kalau saat ini Mark memiliki seorang kekasih. Dia ingin Mark bisa hidup bahagia bersama dengan kekasihnya kelak tanpa ada catatan kriminal.
"Siap Boss!" Ucap Mark sambil memberikan hormat kepada temannya itu.
"Ayo kita makan! Sepertinya ikan-ikan itu sudah matang." Mark menarik tangan Mr.X saat mulai mencium aroma ikan bakar yang tercium olehnya.
Mereka berlima mulai memakan ikan bakar itu beramai-ramai. Beberapa dari mereka menceritakan hal yang lucu. Sontak saja itu membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak, tapi tidak dengan Mr.X. Dia hanya menanggapi lelucon itu dengan senyuman yang sangat tipis. Dia tidak pernah sekalipun tertawa mungkin itulah sebabnya ia di kenal sebagai pria yang kejam. Mark sempat menyebutnya sebagai mayat hidup atau pun Zombie karena tidak memiliki ekspresi pada wajahnya. Setelah merasa kenyang mereka mulai memakai kembali baju yang tadi mereka tanggalkan. Mereka berjalan menyusuri jalan keluar dari hutan itu. Masing-masing dari mereka menaiki sepeda motor yang memiliki kecepatan di atas rata-rata. Setelah mereka sudah duduk di jok motornya masing-masing, mereka berlima mengendarai motor itu untuk kembali ke kota.
***********
"Kenapa sunyi sekali tempat ini?" Xander bertanya kepada salah satu pengikutnya.
"Mr.M sedang ada di ruangannya. Sementara A1 (read: e wan) dan A2 (read: e tu) sedang mempersiapkan diri mereka." Jawab pengikutnya itu sambil menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Panggil aku kalau mereka sudah berada di sini!" Mr.X berlalu memasuki kamar mandi setelah mendengar jawaban dari orang yang ia ajak bicara.
Setelah selesai mandi Mr.X melilitkan handuknya di pinggang. Dia baru mandi di jam seperti ini bukan karena bangun terlalu siang, tapi dia tadi menghabiskan banyak waktu di ruangan Gymnasium yang berada di dalam tempat ini. Dia sangat rajin melatih fisiknya. Itu terbukti dari banyaknya otot-otot yang menghiasi seluruh tubuhnya. Bahkan setelah ia memakai pakaiannya sekali pun tidak dapat menyembunyikan otot di dadanya.
"Mr.X, mereka sudah berada di meja makan." Pengikutnya tadi memasuki kamar Mr.X.
"Ya. Aku akan kesana." Mr.X melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya, lalu ia mengenakan celananya.
Pengikutnya segera keluar dari kamar itu. Setelah selesai mengenakan pakaian dalamnya, Mr.X mengambil jeans dan kaos bewarna hitam untuk melengkapi pakaiannya. Dia berjalan meninggalkan kamar itu tanpa merapikan handuk yang tergeletak di lantai ataupun tempat tidurnya. Toh nanti akan ada wanita tua yang merapikan itu semua. Bukankah ia membayar wanita itu untuk melakukan pekerjaan seperti ini. Mr.X segera menghampiri meja makan. Mark sedang memperhatikan ponselnya, sementara A1 (read: e wan) dan A2 (read: e tu) sedang membaca beberapa file. Tidak lama pengikutnya yang berbicara dengannya tadi berjalan mendekati meja makan ini dengan membawa beberapa roti yang sudah di ia panggang.
"A3 (read: e tri) kenapa milik ku bewarna hitam begini? Aku kan sudah mengatakan kalau aku tidak suka terlalu hitam begini." Mark mengambil sepotong roti lalu menggigitnya.
"Maaf kan saya Mr.M, tadi saya meninggalkannya sebentar." Pria yang di panggil A3 (read: e tri) itu menundukkan kepalanya.
"Sudahlah M, kau jangan terlalu cerewet seperti wanita! Sekarang jelaskan pada ku, job apa saja yang sedang kalian tangani!" Ucap Mr.X kepada Mark tanpa menyebutkan nama lengkapnya.
Mark dan Xander menyembunyikan nama mereka. Hanya mereka berdua yang mengetahui nama lengkap mereka masing-masing. Sementara trio A (read: e) sama sekali tidak tahu nama mereka. Mereka berlima menyembunyikan identitas mereka masing-masing. Seperti trio A yang juga memakai nama samaran. A one, two dan three mendapatkan panggilan itu berdasarkan dari urutan mereka bergabung. A1 yang pertama kali bergabung bersama Mark dan Xander. Kemudian di ikutin oleh A2 dan terakhir A3. Dan arti singkatan dari nama A itu adalah Assassins.
"Kita di tugaskan untuk membunuh seorang mafia yang sekarang jadi buronan polisi. Klien kita tidak ingin kalau mafia itu sampai tertangkap polisi. Maka kita harus segera menghabisinya sebelum polisi menemukannya." Mark menjelaskan dengan serius.
Karena kliennya takut kalau sampai mafia itu tertangkap polisi, maka semua informasi apapun tentang transaksi yang selama ini mereka lakukan pasti akan di ketahui oleh pihak kepolisian. Walaupun kliennya tahu kalau mafia itu tidak akan membocorkannya tapi polisi pasti akan tetap melakukan apapun agar mafia itu mau membuka mulutnya. Karena selama ini polisi sudah lama mengincar kliennya. Polisi-polisi itu sebenarnya masih penasaran siapa sesungguhnya pemimpin dari organisasi gelap itu. Bukankah sebelum mendapatkan kepala dari mangsanya, maka mereka harus menangkap ekornya terlebih dahulu? Dan sebelum ekornya tertangkap maka klien mereka akan memotong ekornya terlebih dahulu agar mereka bisa terlepas dari kejaran polisi.
"Lalu siapa yang akan menangani kasus ini?" Tanya Mr.X setelah berhasil menelan makanannya.
"Dari data yang aku terima, buronan ini cukup lihai dalam hal persembunyian. Dia juga jago dalam hal berkelahi. Hanya saja sekarang polisi sudah melakukan operasi gabungan yang kemungkinan besar akan berhasil menangkapnya. Jadi aku meminta A1 untuk menanganinya." Mark melirik A1 sekilas.
Mark memilih A1 karena dia mengetahui semua letak tempat persembunyian yang biasanya di tempati oleh para mafia. Karena dulu sebelum A1 masuk ke dalam penjara dia pernah menjadi anggota mafia, jadi dia mengenal beberapa mafia yang kebanyakan adalah rivalnya. Menurutnya A1 pasti dapat melakukan pekerjaan ini tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
"Lalu tugas apa yang kau berikan kepada A2?" Mr.X sedari tadi melihat A2 masih fokus dengan filenya.
"A2 akan menyelinap masuk kedalam rumah Mr.George." Sebelum Mark selesai menjelaskan misi yang akan di lakukan oleh A2, Mr.X segera membanting gelasnya hingga pecah.
Seketika keempat orang di dalam ruangan itu terkejut dengan amukan Mr.X.
*ToBeContinued*