Institut Teknologi Bandung (ITB) memiliki istilah "On-G campus" dan "Off-G campus". Istilah "On-G campus" merujuk pada Kampus ITB Ganesha sedangkan kampus-kampus ITB di luar itu disebut sebagai "Off-G campus".
Miya Tamama, mahasiswa tahun kedua jurusan matematika.
Miya mengayuh sepedanya sambil menikmati pemandangan pagi hari yang cerah, angin sepoi-sepoi membuat rambut Miya sedikit berantakan.
Sahabatnya yang bernama Karina sedang menunggunya dan ketika melihat Miya datang ia bersembunyi di balik tembok. Miya memarkir sepedanya. Lalu mengambil ponselnya di dalam tas.
"Di mana kamu? Aku sudah sampai" ucap Miya sambil nge-vm (voice mail whatsapp) Karina.
Karina tersenyum mendengar vm Miya. Ketika Miya sibuk mencarinya, ia mengendap-endap menghampiri Miya. Diam-diam Miya tersenyum karena sebelumnya ia telah melihat Karina yang berdiri menunggunya.
Ketika Karina ingin mengejutkan Miya dari belakang, Miya berbalik mengejutkannya terlebih dahulu.
Karina terjatuh. "Bagaimana kamu tahu kalau aku di belakangmu?"
Miya mengulurkan tangan, "Aku sudah melihatmu tadi."
Miya tersenyum melihat Karina cemberut dan membantu Karina membersihkan pakaiannya. Lalu mereka masuk sekolah bersama-sama.
*****
Tamama Tirta, mahasiswa tahun kedua jurusan seni rupa.
Roy, sahabat Tirta tersenyum-senyum melihat ponselnya tanpa melihat jalan dan hampir menabrak mahasiswa lain. Untung saja Tamama datang dan segera menarik kerah baju Roy dari belakang.
"Ada apa?" Tatap Roy yang tidak sadar hampir menabrak orang lain.
Tamama menggeleng melihat kelakuannya. "Simpan ponselmu, perhatian jalan!" perintah Tamama dengan wajah dingin. Lalu Tamama lanjut ke sekolah bersama Roy.
***
(Ruang Matematika)
Bunyi bel berdering.
Dosen masuk dan memulai pelajaran. "Kita lanjutkan pelajaran dari kelas sebelumnya. Kita bicarakan tentang …. " penjelasan dosen panjang lebar.
Karina melemparkan kertas di meja Miya. Miya menatapnya. Karina memberi isyarat agar membacanya. Miya membukanya.
"Kepalaku sakit mendengar Pak Ali hanya bicara dari tadi." Isi surat.
Miya kembali menatapnya dan menyuruh fokus. Karina menggeleng dan memberi isyarat bahwa dia akan tidur. Miya mendesah.
***
Di kelas seni rupa, Roy sedang menggambar pemandangan di sore hari. Karena tema kelas hari ini tentang keindahan.
Roy diam-diam mengintip Tamama yang duduk di sampingnya. "Apa yang dia lukis?" Tatap Roy bingung melihat kertas Tamama masih bersih tanpa coretan apapun.
Tamama yang sedari tadi menutup mata, ia membuka mata dan mengukur kertas dengan jarinya. Lalu ia mulai melukis.
"Wah, orang jenius memang berbeda dengan orang biasa!" gumam Roy.
***
Bel berdering.
Karina mengajak Miya makan. Ketika keluar kelas tujuan mereka bertolak.
"Kamu mau kemana, Kantin IWK (Kantin GKU Barat) kearah sini!" tunjuk Miya.
"Hari ini kita ganti makan di tempat lain, ikuti aku!" Karina menarik tangan Miya.
***
Semua mahasiswa melihat lukisan Tamama. "Wow" itulah kata yang keluar dari mulut mereka. Roy memberi jempol pada Tamama.
"Seperti biasa tidak ada yang bisa mengalahkanmu," ucap Roy. Tiba-tiba perut Roy berbunyi. Ia tersenyum dan mengajak Tamama makan.
***
"Disinilah kita makan," tunjuk Karina.
"Kantin Barrac?" baca Miya, "Kenapa kita harus jauh-jauh kemari hanya untuk makan?"
"Hari ini aku ingin makan ramen," manja Karina sambil mengoyang-goyang tangan Miya.
Miya mengangguk. Karena mereka sudah disana Miya mengajak Karina masuk daripada waktu mereka terbuang.
***
Di dalam kantin, Karina mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ia kenal.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Miya yang berdiri mengantri di depannya.
Karina menggeleng. "Kamu pesankan buatku juga, aku akan mencari tempat duduk dulu!" ucap Karina.
Beberapa menit kemudian, kedua tangan Miya memegang mie, di tangan kanannya ada ramen yang satunya mie ayam. Ia celigukan mencari Karina.
"Miya" panggil Karina yang duduk di pojok. Dia memilih duduk disana karena di tempat itu Karina bisa melihat wajah orang yang ia kagumi.
Miya memberikan ramennya padanya. Tangan Miya memerah karena membawa dua ramen sekaligus, apalagi masih panas. Dia menyembunyikannya dari Karina, agar tidak membuatnya khawatir.
Tamama dan Roy masuk. "Kamu ingin pesan apa, kalau aku hari ini ingin makan ramen, bagaimana denganmu?" ucap Roy dengan nada cepat.
Tamama berhenti. "Seperti biasa" jawabnya. Roy mengangguk mengerti lalu menyuruh Tamama mencari tempat duduk.
Karina tidak bersemangat saat makan karena Tamama belum juga datang. Miya terus memandanginya sambil mengerutkan dahi.
"Apakah ramennya tidak enak? Bagaimana kalau kamu mencoba milikku."
Karina menoleh padanya. Lalu ia melihat Tamama duduk di tempat biasa. Karina kembali bersemangat sambil memakan ramennya. Miya menggeleng bingung.
"Mie ayammu sudah datang!" ucap Roy. Lalu Roy kembali lagi untuk mengambil ramennya.
***
Di asrama, ponsel Miya terus berdering. Bibi menelponnya sudah 10 kali.
***
(Kantin Barrac)
Karina terus saja senyum-senyum tidak jelas sambil memakan ramennya, padahal ramennya sudah habis. Miya menatapnya aneh.
"Tadi dia cemberut, dan sekarang dia menjadi gila!" batin Miya.
Miya menghentikan tangan Karina. "Ramennya sudah habis, apa kamu masih kurang?"
Karina menggeleng sambil tersenyum. Miya mengajak Karina pergi. Karina menggeleng.
"5 menit … tunggu 5 menit lagi perutku masih harus mencerna makanannya, okey." pinta Karina.
Miya mengangguk, lalu pergi mengembalikan piringnya dulu.
Ketika Miya melewati meja Tamama. Tamama tidak sengaja menyenggol gelasnya. Miya segera mengangkat kakinya untuk mengurangi kecepatan gelas dan membuat gelas berjalan dari kakinya sampai jatuh ke tanah, supaya gelas itu tidak pecah.
***
(Kelas Matematika)
Satu jam kemudian, Miya dan Karina sedang pelajaran. Karina terus saja menatapnya.
Miya meliriknya. "Apa ada sesuatu di wajahku?" ucap Miya sambil tetap fokus mendengarkan penjelasan dosen.
Tiba-tiba Karina merengek, membuat semua mahasiswa menoleh padanya begitu pula dengan dosen.
Dosen menghampirinya dan bertanya apa yang terjadi, mengapa ia menangis, apakah pelajarannya sangat susah.
Karina menjawab bahwa ia patah hati. Semua orang tertawa mendengarnya. Miya dan dosen mengerutkan dahi. Miya minta maaf dan meminta dosen melanjutkan pelajarannya, ia pamit membawa Karina untuk mencuci muka.
***
(Ruang Seni)
Tamama terusan menatap kuasnya. Sudah hampir 30 menit dia seperti itu sejak tadi. Roy merebut kuasnya.
"Apa apa sesuatu di kuas ini? Kenapa kamu menatapnya sangat lama?" ucap Roy.
Tamama merebutnya kembali. "Bukan urusanmu," kata Tamama dingin.
"Baiklah, kuas itu bukan urusanku. Tapi aku memiliki kabar penting yang harus kuberikan padamu."
Tamama mengabaikannya. "Mamamu menelfonku," ucap Roy membuat Tamama mulai memperhatikannya.
"Bibi bilang dia telah mengatur kencan buta untukmu dan kau menolaknya. Oleh karena itu, Bibi menyuruhku untuk membawamu kesana. Bagaimana menurutmu?"
Tamama menolak, ia tidak suka pergi ke acara seperti itu. Roy mengerti tapi jika Tamama tidak datang, Bibi pasti akan terus mengatur kencan untuknya.
***
Miya dan Karina kembali ke kelas. Dosen menyuruh mereka segera duduk dan fokus mendengarkan pelajarannya, tegas dosen. Semua mahasiswa tertawa. Karina menunduk malu.