Malam itu Tama, Kirana, Denok dan Limbur sudah tiba di Villa Putri. Malaikat maut yang menuntun jalan mereka pun sudah kembali ke tempatnya. Hari itu semua merasa kelelahan. Dan dari wajah Kirana ia nampak begitu kesal sekali dengan Tama.
Setelah memasuki kawasan Villa, Kirana meminta mereka semua untuk beristirahat, tidak perlu bekerja lagi malam ini.
"Limbur, kau tidak usah jaga di pos satpam, aku akan memagari Villa ini dengan sihir sehingga tidak akan ada yang bisa masuk ke Villa ini termasuk malaikat maut", kata Kirana.
"Baik tuan putri"
"Denok, kau juga! Jika besok kau masih mengantuk, tidak perlu bangun pagi - pagi untuk membuat sarapan, kita semua membuat sarapan masing - masing", lanjut Kirana.
"Baik tuan putri"
"Dan kamu, si bodoh yang menyebalkan itu, segera masuk kamarmu, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi hari ini ataupun besok!!!", teriak Kirana.
"Ba.. baik.. Putri", kata Tama.
Mereka semua sudah berpencar dan menuju kamar masing - masing. Sepertinya kali ini kesalahan yang dibuat Tama sudah sangat besar sehingga Kirana enggan melihat wajah Tama di hari itu dan besoknya.
Sambil berjalan menuju kamarnya, Tama bertanya - tanya dalam hatinya apakah yang harus ia lakukan untuk membuat Kirana memaafkannya. Ia tidak bisa melihat Kirana dengan wajah yang begitu membencinya.
Hand phone yang diberikan penjaga pintu alam baka sudah ada ditangannya. Tetapi entah mengapa dia masih enggan untuk menelpon Nadia, padahal tujuannya mengambil hand phone itu karena ingin berkomunikasi dengan Nadia.
Kirana sudah ada di dalam kamarnya. Ia berbaring di kasurnya sambil memandangi langit - langit di atas kamarnya.
"Sepertinya aku tidak bisa tidur dalam keadaan kesal, aku harus pergi ke gazebo untuk melihat bintang", kata Kirana.
Begitu pun dengan Tama, ia juga tidak bisa tidur karena terus memikirkan Kirana yang sedang merajuk. Tama memutuskan untuk keluar dari kamar dan pergi melihat - lihat suasana malam di Villa.
"Aneh ya, padahal aku hantu. Tapi di malam hari aku malah tidur dan di siang hari aku bekerja seperti manusia", ucap Tama.
Saat sedang berjalan sambil menghirup udara malam, Tama melihat Kirana yang sedang tidur di sebuah gazebo kecil di dekat kamarnya. Tama bertanya - tanya dalam hatinya apakah ia harus datang ke Kirana atau tidak. Sesungguhnya ia ingin datang ke Kirana dan memastikan bahwa Kirana baik - baik saja, tetapi ia masih ada rasa takut akan kemarahan Kirana.
Tetapi akhirnya Tama memutuskan untuk datang ke gazebo yang ditiduri Kirana. Tama memandangi wajah Kirana yang sedang tertidur pulas.
"Sepertinya wanita ini sangat kelelahan, ia bahkan menyusul ku hingga ke pintu gerbang alam baka", ucap Tama di dalam hatinya.
Tanpa disadari, Tama berbaring di samping Kirana dan memeluknya hingga pagi pun tiba.
****
Pagi pun telah tiba, Denok baru saja bangun dari tidurnya. Ia langsung bergegas membuatkan sarapan untuk penghuni Villa meskipun Kirana sudah melarangnya untuk bekerja pada hari ini. Setelah ia selesai memasak, ia langsung membagi makanan itu untuk dibawa ke kamar masing - masing penghuni Villa.
Sebelum membawa nya ke kamar masing - masing penghuni Villa, Denok terlebih dahulu mencicipi makanan yang ia masak. Saat ia sedang mencicipi masakannya, tiba - tiba Limbur lari tergesa - gesa menemui Denok, hingga Denok terkejut.
"Neng, neng .. ada pertunjukan bagus nih, ikut abang yu", kata Limbur.
"Ikut kemana? Dangdutan, nggak ah, aku lagi sibuk", kata Denok.
"Bukan, itu ada yang bobok bareng di gazebo dekat kamar putri"
"Hah?"
Denok terkejut hingga menjatuhkan sendoknya.
"Kalau gitu ayo mbur kita liat", kata Denok dengan wajah yang seperti sedang berbunga - bunga.
Denok dan Limbur bergegas pergi ke gazebo dekat kamar Kirana, namun Kirana dan Tama masih tertidur pulas. Tama masih memeluk Kirana dari semalam, sepertinya mereka tidak sadar jika malam itu mereka tidur bersama.
Denok dan Limbur datang mendekat ke Kirana dan Tama.
"Wah ternyata pasangan hot ini sudah mulai berani bobo bareng di luar", kata Denok.
"Ssssttt, nanti mereka bangun, kita ganggu lagi", kata Limbur.
Mendengar perkataan Denok dan Limbur, Kirana pun terbangun, tetapi ia masih memejamkan matanya.
"Denok, kamu disini ya, kenapa badanmu berat sekali dan keras seperti ini", kata Kirana.
"Itu bukan aku putri, aku disini".
Kirana langsung membuka matanya dan melihat ke arah Denok dan Limbur.
"Selamat pagi pasangan ter hot kami, yuk kita sarapan dulu", kata Denok.
"Loh kalian disitu, ini .. ini .. siapa?", Kirana menoleh.
Saat Kirana menoleh, wajah nya dan wajah Tama pun menempel dan ia langsung berteriak, lalu mendorong Tama.
"AAAAAAAA..... arwah cabul", teriak Kirana.
Tama terbangun dengan spontan, dan ia malah seperti orang yang ingin menghajar sesuatu.
"Siapa.. siapa yang mengganggu putri akan aku hajar", kata Tama sambil berdiri.
Kirana langsung turun dari gazebo.
"Kamu yang mengganggu ku malah tanya siapa yang ganggu, aku sudah bilang jangan muncul di hadapanku tapi malah tidur disampingku", teriak Kirana.
"Anu.. itu.. tidak sengaja", kata Tama.
Kirana terlihat sangat kesal, ia mengajak Denok untuk mengantarnya ke kamarnya. Sementara itu Tama masih ada di gazebo, ia terduduk lemas dan ditemani oleh Limbur.
"Gimana mas semalam, hot gak? eaaaa", goda Limbur.
"Apanya yang hot, aku gak ngapa - ngapain", kata Tama.
"Masasih pria tampan dan wanita cantik bobo bareng tapi gak ngapa - ngapain"
"Aduh mas Limbur, emangnya saya gila, yakali saya ngapa - ngapain putri nanti saya dikirim ke alam baka lagi sama dia"
"Hmmmm yasudah deh kalau gak mau ngaku"
Limbur pergi meninggalkan Tama yang masih duduk di gazebo.
"Ya ampun, gak percayaan amat ya, apa jangan - jangan orang jaman dulu bebas melakukan ini itu tanpa ada batasan harus menikah dulu", kata Tama dengan kesal.
Akhirnya Tama pun kembali ke kamarnya.
****
Nadia masih ada di kosan Ara. Sementara itu Devan pergi ke danau untuk menemui Tama. Devan sudah menunggu cukup lama tetapi ia tidak melihat tanda - tanda para penghuni Villa yang akan keluar dari danau, dan suasana hari itu sangat panas meski ia menunggu sambil duduk dibawah pohon yang ada di pinggir danau.
Devan menelpon Kirana dan mengatakan bahwa ia ada di danau untuk mencari Tama, tetapi kali itu ia malah di caci maki karena Kirana sedang kesal dengan Tama. Kirana menolak untuk menyampaikan keberadaan Devan kepada Tama.
Denok mendengar percakapan Kirana dan Devan, ia merasa kasihan dengan Devan jika harus terus menerus menunggu di tepi danau, akhirnya ia memberitahu Tama bahwa Devan sedang menunggunya di tepi danau.
Tama bergegas menuju ke tepi danau. Di sana sudah ada Devan yang sudah bercucuran keringat di wajah serta tubuhnya.
"Lo lama banget ya bro, gue udah mandi air keringet begini baru datang", kata Devan.
"Sorry bro, gue baru dikasi tau mba Denok, lagian tumben aja elu datang kemari", kata Tama.
"Nadia noh, ada di kosan Ara. Kemarin dia nyari - nyari lu sampe kerumah lu"
"Yang bener lu bro?"
Tama langsung lemas mendengar Nadia yang datang ke rumahnya. Apakah Nadia mulai curiga dengan Tama.