Chereads / Ganjar Dear Aisyah / Chapter 27 - Kabar baik untuk Ganjar

Chapter 27 - Kabar baik untuk Ganjar

Semenjak meninggalnya sang Ayah, Aisyah menempati rumah bersama sang Suami dan seorang asisten rumah tangganya dan seorang supir pribadi yang saat itu sudah hampir satu bulan bekerja di kediaman tersebut. Aisyah tampak senang dengan perhatian yang diberikan oleh Ganjar terhadapnya, Ganjar termasuk sosok suami yang bertanggung jawab dan sangat penyayang terhadap istri.

"Teh," panggil Aisyah lirih.

"Iya, Neng," jawab Marni sang Asisten rumah tangganya itu datang menghampiri Aisyah. "Ada apa, Neng?" tanya Marni dengan sikap ramah.

"Mang Ujang sudah dikasih makan belum, Teh?" tanya Aisyah.

"Sudah, Neng. Tadi Teteh antarkan makanan ke kamarnya." Marni menjawab lirih pertanyaan dari sang Majikannya itu.

"Oh, ya sudah. Aku kira belum," kata Aisyah tersenyum manis kepada asisten rumah tangganya itu.

Marni balas tersenyum dan kembali pamit untuk melanjutkan pekerjaannya di dapur.

"Ya Allah, tidak ada Bapak rumah ini sepi," bisik Aisyah dalam kesendiriannya itu.

Beberapa saat kemudian, ponsel Aisyah berdering kencang tanda ada panggilan masuk. Aisyah bergegas meraih ponsel yang ia simpan di atas meja. "Halo, Assalamu'alaikum," ucap Aisyah lirih.

"Wa'alaikum salam, Ay," jawab si penelpon itu dengan suara rendah hampir tak terdengar.

"Ini siapa?" tanya Aisyah penasaran.

"Tut, tut, tut." Panggilan tersebut terputus.

Aisyah mengerutkan kening dan kembali meletakkan ponselnya di tempat semula, hadir beberapa pertanyaan dalam benaknya. "Nomor baru, suaranya parau tak jelas?" gerutu Aisyah tampak penasaran dengan si penelpon tadi.

Aisyah belum mengetahui kalau yang menghubunginya tadi adalah Rara, yang saat itu sedang sakit keras. Rara mengalami depresi sehingga kondisi kesehatannya terganggu, semua diakibatkan pikirannya yang terlalu banyak berharap kepada Ganjar sehingga ia terpuruk semenjak Ganjar menikah dengan Aisyah.

Kabar tentang sakitnya Rara belum diketahui oleh Aisyah ataupun Ganjar. Zihan pun merahasiakan hal tersebut, karena sesuai permintaan dari Rara. Ia meminta Zihan untuk tidak mengatakan kondisinya kepada Aisyah atupun Ganjar.

Pukul 17:00, Ganjar sudah berada di rumah. Aisyah langsung mengatakan tentang telpon dari kontak yang tak dikenal itu. "Mungkin orang salah sambung, Neng," kata Ganjar lirih.

"Tapi suaranya terdengar seperti orang sedang sakit, A. Suara seorang wanita," terang Aisyah mengerutkan kening.

Ganjar tersenyum dan menyarankan untuk tidak membalas atau balas mengubungi kontak tersebut.

***

Enam bulan pernikahan, Ganjar mendapatkan kabar bahagia dari Aisyah. Sepulang dari klinik, Aisyah menelpon suaminya yang saat itu sedang berada di perkebunan. Aisyah memberitahu suaminya melalui pesan singkat.

"A, aku positif hamil," tulis Aisyah.

Ganjar tampak semringah setelah membaca pesan tersebut. "Ya Allah, terima kasih Ya Rabb." Ganjar langsung melangkah menuju ke arah mes untuk memberitahukan sang Ayah, tentang kehamilan Aisyah.

Dengan raut wajah berbinar-binar, Ganjar terus melangkah. Sikap Ganjar membuat para pekerja terheran-heran dibuatnya.

"Kang Ganjar kenapa, Min?" tanya salah satu pekerja yang sedang melakukan aktivitasnya di perkebunan tersebut.

"Mana ku tahu. Mungkin, Kang Ganjar sedang bahagia," jawab Amin lirih.

"Biasanya, kalau Kang Ganjar sedang senang dia suka memberikan sesuatu untuk para pekerja," ucap pemuda berkulit hitam itu penuh harap.

"Ah, kamu ngarep bonus terus," hardik Amin. "Ayo, kerja lagi!" sambung Amin.

Setibanya di saung, Ganjar langsung mengabarkan hal tersebut kepada Pak Edi yang kebetulan saat itu sedang mensortir bibit cabai rawit di beranda mes.

"Assalamu'alaikum," ucap Ganjar tersenyum-senyum.

"Wa'alaikum salam," jawab Pak Edi bangkit. "Kamu kenapa, Nak?" sambungnya mengerutkan kening.

Ganjar langsung memeluk sang Ayah penuh keharuan bola matanya berkaca-kaca, dengan lirihnya ia mengungkapkan kebahagiaan yang sedang ia rasakan saat itu. "Aisyah hamil, Pak."

Pria paruh baya itu tercengang dan memandang tajam wajah putra semata wayangnya itu. "Sungguh, Nak?" Pak Edi tampak ragu dengan apa yang dikatakan putranya itu.

"Iya, Pak. Tadi Aisyah SMS aku." Ganjar meyakinkan sang Ayah.

Pak Edi tampak bahagia dengan kabar tersebut, kemudian ia menyarankan putranya itu untuk pulang ke rumah. "Kamu pulang sekarang. Nanti, Bapak SMS Ibu!" perintah sang Ayah lirih.

"Iya, Pak." Ganjar langsung mencium tangan sang Ayah.

Kemudian, ia langsung berlalu dari perkebunan tersebut pulang dengan membawa sejuta harapan dan kebahagiaan. Sepanjang jalan, tak henti-hentinya Ganjar mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas anugerah yang telah diberikan untuknya dan juga istrinya.

Buah hati yang selama ini dinantikan oleh Ganjar dan Aisyah akhirnya datang juga dan apa yang ia harapkan dalam setiap kalimat doa yang diucapkan sudah Allah kabulkan.

Buah hati akan menjadikan kehidupan rumah tangga Ganjar dan Aisyah semakin berwarna lagi. Selain itu, kehadiran buah hati juga menjadi sarana kedua pasangan itu, untuk mencapai pahala dan ridha Allah SWT.

Namun, terkadang tak semudah itu mendapatkan seorang buah hati. Banyak pasangan yang sudah menikah harus rela menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan sang buah hati. Banyak yang menjadi kendala, seperti faktor kesehatan, kemandulan, dan lain sebagainya.

Tapi, intinya adalah hak mutlak Allah untuk memberikan atau tidak memberikan anak kepada seseorang.

Seperti yang tertuang dalam ayat Al-Qur'an di dalam Asy-Syura ayat 49–50. "Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa saja yang dikehendaki. Dan memberikan anak laki-laki kepada siapa saja yang dikehendaki. Atau dia meng anugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki). Dan, dia menjadikan mandul siapa saja yang dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

Setibanya di rumah, Ganjar langsung mengucapkan salam dan melangkah menghampiri sang Istri yang saat itu sedang duduk santai berbincang bersama Marni di teras rumah. "Aa, kok pulang, sih?" tanya Aisyah sembari meraih tangan Ganjar lalu menciumnya penuh kasih sayang.

"Aa disuruh pulang sama Bapak. Untuk memastikan, bahwa kamu memang sudah hamil," jawab Ganjar tersenyum-senyum.

"Iya, A. Kata Bidan usia kandunganku sudah 1,5 bulan." Aisyah balas tersenyum.

"Alhamdulillah," ucap Ganjar lirih.

Marni bangkit dan berkata lirih mengarah kepada Ganjar. "Kang Ganjar mau ngopi atau teh manis?" tanya Marni lirih.

"Kopi saja, Mar!"

Marni melangkah masuk ke dalam rumah untuk segera membuatkan kopi hitam kesukaan sang Majikannya itu.

Ganjar sedikit membungkukkan badan dan mengarahkan wajah ke perut sang Istri kemudian membaca salah satu ayat Al-Qur'an ia arahkan ke perut sang Istri.

"Rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a'yun waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa" (Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa). (QS al-Furqon [25]: 74).

Aisyah hanya tersenyum melihat sikap suaminya yang terus memanjatkan doa untuk kebaikan bayi yang sedang dikandungnya itu.

"Nanti kita USG ya, Neng!" saran Ganjar lirih.

"Belum waktunya, A. Nanti kalau usia kandungannya sudah matang!" jawab Aisyah lirih.

Beberapa menit kemudian, Marni datang membawa secangkir kopi hitam dan ia langsung meletakkannya di atas meja di hadapan sang Majikannya itu.

"Ini kopinya, Kang!" ucap Marni dengan sikap ramahnya.

"Terima kasih, Mar," jawab Ganjar lirih.

***

Dalam kisah Nabi Zakariya AS, sesungguhnya yang ia minta adalah keturunan yang saleh. Karena ia mengetahui ada keturunan yang tidak saleh. Maka, Nabi Zakaria berkata sebagaimana difirmankan Allah SWT, "Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub." (QS Maryam [19]: 6).