Aroma kaldu yang gurih, minyak wijen, dan bawang tumis membaur menjadi satu. Menggelitik hidung dan membuat perut keduanya kerocongan. Setelah letupan rebusan matang, mereka berdua duduk di belakang pintu beranda untuk menikmati sarapan pagi.
Sheryl dengan telaten menyedokkan sup ke dalam mangkok Mav sebelum ke mangkoknya sendiri. Mereka menikmatinya bersama ditemani suara gemericik hujan.
"Irisan cabe?" tanya Sheryl.
"Boleh." Mav suka pedas kok, meski tak selevel ILy.
"Hati-hati, panas dan pedas, kau bisa tersedak, Mav." Entah kenapa Sheryl ingin terus memperhatikan Mav, ia tak ingin ada sesuatu hal yang salah menimpa Mav.
"Kau juga." Mav tersenyum. Keduanya mulai berani berbagi perhatian.
Keduanya menikmati seluruh isi panci sampai habis. Tak terasa seluruh isinya telah berpindah ke dalam perut Mav dan Sheryl. Keduanya terlalu kenyang dan malas untuk berdiri. Jadi masih memilih untuk leha-leha di lantai.
"Kenyangnya!" seru Sheryl.