"Jadi pilih siapa? Papa yang marah atau mama yang marah?" tanya Mav.
"Tentu saja Mama yang marah. Papa menakutkan!!" Ily bergidik saat membayangkan kemarahan papanya. Sudah pasti mereka akan semakin di jauhkan. Mungkin Mav akan dikirim ke luar negeri. Atau bahkan dibuang di hutan belantara.
"Ya sudah, bawa kembali uangnya. Lagi pula aku punya cukup uang untuk hidup, Ily." Mav tersenyum dan mengelus rambut adiknya yang super lembut dan berkilau.
"Baiklah." Ily duduk dengan santai di samping Mav. Gadis itu menunggu dengan sabar sampai Mav selesai mengatur dentingan nada pada gitarnya. Lewat aplikasi ponsel yang mampu membantu mengetem senar gitar menjadi tepat tanpa harus pasang telinga. Sungguh kemudahan teknologi.
"Sudah benar?" tanya Ily, Mav mengangguk.
"Mainkan, Mav!! Mainkan untukku!"
"Ok."
Mav bermain gitar dan Ily bernyanyi, meski suara Ily tidak begitu bagus namun keduanya kompak saling mengiringi. Itulah yang selalu mereka lakukan saat sedih dulu.