Jadi begitulah awal mulanya Mav mulai menjual badannya. Mav berada di depan kafe untuk menjual badannya, dia mengenakan pakaian seragam khas Barista. Kaos hitam lengan pendek melekat ketat pada tubuhnya yang atletis. Lengannya terlihat lencir dan liat saat tertekuk menyangga setumpuk brosur di sikut lengan.
Blosur yang memuat menu di kafe dan juga potongan diskon saat menunjukkan kartu pelajar/ mahasiswa.
"Silahkan mampir di cafe kami!" Mav memberikan satu per satu lembar blosur. Para pejalan kaki yang menerima blosurnya terpana dengan ketampanan Mav.
"Apa kau selalu ada di sana?" tanya mereka.
"Tentu saja," jawab Mav sembari tersenyum manis, itulah yang diajarkan Sheryl tadi.
"Baiklah, kami pasti mampir."