Rintikan hujan membuat pagi terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Matahari pun seakan enggan untuk kelur menampakan dirinya. Lebih memilih bersembunyi di balik awan kelabu.
Ameera menuangkan secangkir teh panas dan mengoleskan mentega pada roti tawar. Ia menyodorkannya pada Victor.
"Makanlah, Vic. Semalam kau tak makan sesuap pun." Ameera menghela napas panjang, ia seakan sedang mengasuh seorang bayi bongsor yang sedang mogok makan.
"Thanks." Segigit kecil masuk ke dalam mulut Victor.
"Aku sudah memperketat penjagaan di ICU. Aku pastikan tidak ada yang bisa masuk selain dokter dari Wijaya. Semua dokter akan diganti, semua pengawal juga akan di ganti. Karena kita tidak tahu, mana yang setia dan mana yang mengikuti Agus." Ameera menggigit rotinya.
Lagi-lagi helaan napas terdengar panjang dari Victor. Ia begitu tertekan. Bahkan ia tak tahu siapa lagi yang harus dipercaya.
"Kau bisa percaya pada Nicho." Ameera menunjuk pria yang baru saja datang.