Semenjak menemukan surat dan juga cincin peridot di atas meja belajar Vanessa satu bulan yang lalu. Wajah Alexandro tak pernah terlihat cerah. Pria itu selalu berwajah masam dan tertekuk. Tak hanya itu, ia juga sering mengurung diri di dalam kamar rahasia untuk membuat kerajinan perhiasan dari pada memikirkan Vanessa atau berdebat dengan sang istri.
Alexandro merasa geram, ia tak pernah menyangka bahwa Vanessa akan meninggalkannya demi laki-laki lain. Padahal baru dua minggu Alexandro menahan diri untuk tidak bertemu dengn Vanessa karena Melani. Namun wanita itu sudah mengkhianati cinta mereka.
"Sialan!! Memangnya pria mana yang jauh lebih baik dariku?!" Alexandro merasa sangat kesal, harga dirinya tak mengijinkan wanita itu pergi sembari membandingkannya dengan pria lain.
"Menyebalkan!!" Alexandro kembali teringat dengan isi surat Vanessa. Emosinya tersulut, amarah menguasai hati Alexandro, membuatnya tak mampu berpikir jernih.
PRANG!