Jasmine lebih memilih diam meski ratusan bahkan ribuan pertanyaan berkecambuk di dalam hatinya, rasanya begitu canggung berdua dalam satu mobil bersama Rafael.
Kalau dipikir, dahulu mereka bahkan tak malu bila harus saling bertelanjang di depan mata. Tak malu saling berbagi kamar mandi meski mereka buang air sekali pun. Kini bahkan Jasmine enggan untuk melirik ke arah Rafael. Tak hanya merasa canggung, namun juga merasa kesal karena telah dibohongi selama ini.
"Kenapa diam saja? Kau tak secerewet biasanya?" Rafael memecah keheningan, berusaha mencairkan juga suasana yang canggung itu. Tak nyaman bila harus berkendara selama delapan jam sambil melihat wajah Jasmine yang tertekuk bak kertas pembungkus kacang goreng.
Lagi pula, Jasmine yang ia kenal begitu cerewet, manja, dan sangat menggemaskan. Apa Rafael tak akan bisa melihat wajah imut itu lagi? Jujur ia merindukan kecerewetan Jasmine dan juga sikap kekanakkannya saat masih menjadi istri Rafael dulu.