"Siapa nama suamimu?" desak Vanessa ingin tahu. Ia berharap bukan nama yang ia kenal yang lolos dari bibir Jasmine.
"Namanya ... Leon, Leonardo Wijaya," jawab Jasmine. Wajah Vanessa memucat begitu mendengar nama itu disebut.
"Kenapa tiba-tiba wajah Ibu memucat?" Jasmine merasa tidak enak.
"Tidak, a-aku hanya ... hanya lelah karena terlalu banyak pasien. Mungkin secangkir cafein akan membuatku kembali bersemangat. Ayo, Jasmine kita ke kedai kopi." Vanessa bangkit dengan segera melepaskan snelli dan menggantinya dengan cardigan rajut berwarna coklat.
"Baiklah." Jasmine mengekor.
Keduanya bercakap ringan dan terhenti pada sebuah kedai kopi yang tak jauh dari klinik. Setelah memesan hot americano dan caramel latte, kedunya melanjutkan obrolan. Jasmine banyak bercakap dan menceritakan tentang kehidupannya sebelum mengenal Leonardo.
"Perasaan dari tadi Jasmine terus yang bicara, Bu. Giliran Ibu yang membagi kisah, apa Ibu punya suami? Anak?" tanya Jasmine ingin tahu.