(Mengandung kata kasar, umpatan, konten dewasa. Bagi yang belum cukup umur dilarang membaca! Bagi pembaca diharapkan bijak dalam menanggapi!! Semua cerita ini hanyalah fiktif belaka.)
Semalam ....
Leonardo masuk ke dalam sebuah ruangan kamar suit yang sangat luas. Tiga orang pria sepantaran dengannya duduk sambil bermain kartu poker, dan seorang lagi sedang bercinta dengan Hilda di atas sofa.
"Baru kali ini ada pengantin pria yang menganggurkan wanitanya saat malam pertama." Ledek pria pertama, ia mengeluarkan kartunya.
"Kau bajingan gila kerja memang!" tukas yang lain. Mereka adalah empat orang teman dekat Leonardo. Dari keluarga kaya yang hampir sama berpengaruhnya dengan keluarga Wijaya.
"Kesya, tolong bagikan proposal kerjanya." Leonardo menyuruh Kesya membagi tawaran kerja. Kesya menaati perintah Leonardo dan bergegas membaginya.
"Argh!! Argh!!" Penyanyi cantik itu telanjang sambil mendesah hebat. Lawan bercintanya juga sama, ia mengerang begitu terpuaskan.
"Giliranmu, Billy!" Pria itu melepaskan persatuannya dengan Hilda dan kembali memakai celana.
"Rokok?" tawar Hansen, Jimmy mengangguk dengan napas terengah setelah bercinta, ia menyahut rokok dari tangan Hansen dan menyulutnya.
"Ayo!! Menungging!!" Billy menyuruh Hilda untuk mengganti posisinya.
"Kau tidak mau ikutan Leon?" tanya Arkash, pria terakhir yang ada di dalam ruangan itu.
"Aku punya istri yang jauh lebih cantik darinya," jawab Leonardo.
"Puft ... hahahaha!!! Dasar, sejak kapan Bajingan paling bajingan diantara kita bertobat?!" Hansen tergelak tak percaya.
"Paling juga cuma bertahan setahun! Aku bertaruh 1 tahun Leon akan meninggalkan istrinya!" Arkash meletakkan sebuah kunci mobil Ferari di atas meja.
"Melihat dari ucapan tegasnya. Aku bertaruh dalam satu tahun dia akan menjadi semakin bucin." Hansen mengelus dagu sementara melemparkan kunci mobil Porce.
"Aku mendukung Arkash!" Jimmy dengan mulut penuh asap melemparkan kunci mobil Lamborgini.
"Kau?? Bagaimana denganmu, Billy?"
"Aku yakin Leon bertambah bucin! Argh ...! Argh!! Shit aku mau keluar!! Lebih cepat sayang!!" Billy mengerang saat Hilda bergerak cepat di atas tubuhnya.
"Sudahi ledekkan kalian! Baca proposal itu dan tanda tangani." Leonardo mendengus kesal dengan sikap para konglomerat muda itu.
"Kau yakin akan mencalonkan diri sebagai Walikota? Cari penyakit! Urusan pekerjaan saja sudah membuat kepala pusing! Ngapain mikirin rakyat jelata?!" Hansen menenggak minuman keras.
"Benar, Leon. Kalau ini demi menghalangi proyek Lexandro. Dia benar-benar akan membunuhmu." Billy terengah, ia baru saja menyelesaikan pelepasannya.
"Dia tak akan berani, kami punya darah yang sama mengalir dalam pembuluh darah kami." Leonardo melipat tangannya.
"Wijaya Grup akan jatuh bila proyek itu gagal."
"So what?" tanya Leonardo.
"Itu milyaran dollar, Leon!! Lex bisa kehilangan perusahaannya!!" Jimmy menoleh pada sahabatnya.
"Untuk itulah aku meminta bantuan kalian. Hansen kucurkan dana pinjaman perbankkan, Jimmy jadilah pemenang tender pembangunannya, Billy bujuk ayah dan kakakmu Karina untuk menaikkan harga minyak industrinya. Dan Arkash, kau jadilah konsultan hukum utama mereka. Ketika pemerintah mencabut izin reklamasi teluk dan perusahaan Wijaya goncang. Sahamnya pasti menurun. Aku akan membelinya. Kalian akan membantuku masuk untuk merebut perusahaannya. Mudahkan, kalian bisa mendapatkan keuntungan dengan nilai besar, dan aku bisa menghancurkan Lexandro tanpa kehilangan anak perusahaan itu!" tutur Leonardo.
"Setuju! Asal Kesya tidur denganku malam ini! Aku tak mau menjadi giliran yang ke empat." Arkash langsung menarik tangan Kesya dan memandang Hansen yang telah bergerak untuk menggarap tubuh Hilda.
"Itu tergantung Kesya!" Leonardo melirik ke arah Sekretarisnya.
"Baik, Tuan Arkash. Apapun asal Anda membantu Tuan Leon!" Kesya bergelayut manja di leher Arkash.
"Baiklah, aku akan mengikuti tender Lexandro. Billy kau juga harus membantu Leon! Kau tahu sendiri seperti apa Lexandro memperlakukan kakakmu." Jimmy menyenggol lengan Billy, pria itu masih sedikit bingung. Lexandro juga merupakan bagian dari keluarganya saat ini, tapi dia juga tahu betapa tersiksanya Karina saat menjadi istri Lexandro.
"Pikirkan baik-baik, Billy! Setelah Lexandro jatuh, keluargamu tak akan lagi hidup tertekan dalam bayang-bayang kakakku." Leonardo menepuk bahu Billy.
"Akan aku pikirkan." Billy mengangguk.
"Hansen?!"
"Baiklah!! Aku akan mengucurkan pinjaman dana." Hansen menjawab sambil memaju mundurkan pinggulnya, menghentak masuk ke dalam tubuh Hilda yang sudah melemas karena nafsu ke tiga pria muda itu.
"OK! Aku pergi dulu." Leonardo meninggalkan ruangan tanpa basa-basi.
"Cih, dia bahkan tak berterima kasih!" decih Jimmy. Arkash tak menggubrisnya karena asyik bercumbu dengan Kesya.
"Yah, begitulah, Leon! Brengsek!!" Hansen tertawa sambil menceples pantat Hilda.
ooooOoooo
Sedikit dulu ya bae, nanti aku kasih micin agak banyak.
Wkwkkwkwkwkwk.... malam pertama disembunyikan dulu sama othor, biar pada greget penasaran. 🤣🤣🤣