Sebuah ruang makan luas di atas kapal pesir telah disulap epik menjadi ballroom tempat Leonardo dan Jasmine akan menggelar acara resepsi. Bunyi suara musik orkestra menggema sampai ke seluruh kubah kaca ballroom.
Berbagai macam makanan berjajar di atas meja panjang. Mulai dari kudapan manis warna warni sampai hidangan mewah semacam caviar. Berbagai jenis minuman pun menghiasi meja, mulai dari soda, juice, air putih, sampai minuman beralkohol kelas tinggi. Kue pengantin raksasa menjulang tinggi di samping panggung orkestra. Para pemain musik classic itu tanpak bersemangat membawakan lagu-lagu guna menghibur para tamu undangan. Hilda, seorang penyanyi papan atas menyanyikan lagu-lagu cinta dengan merdu dengan suaranya yang indah.
Suara indah berpadu dengan musik, menyuguhkan nada-nada yang harmonis di telinga para tamu undangan. Di dalam ballroom para tamu bebas bercengkrama, mengobrol, berdansa, dan menikmati hidangan santap malam. Para pelayan sibuk berlalu lalang, melayani tiap keinginan dari para tamu.
Para pengawal keluarga Wijaya menempatkan diri di sisi ruangan untuk mengawasi keamanan Tuan mereka masing-masing. Tak luput pengawal Lexandro, pria berperawakan tinggi besar, tegap, dan berkulit hitam itu terus mengawasi sekeliling dengan seksama. Namun sebenarnya itu hanya kamuflase, pria tegap itu mengamati Mike. Pentolan pengawal Alexandro yang berdiri di seberang ruangan. Pria itu mengamati gerak gerik dan tingkah laku Mike yang kaku, amat sangat kaku malahan. Seperti patung, berdiri tegap tanpa ekspresi, pandangannya kosong.
"Kau mengamati paman Mike seperti ingin menerkamnya, Paman." Tiba-tiba sebuah suara membuat pria itu menghentikan aksinya.
"Bocah tau apa? Kalau tidak mau terluka sebaiknya diam saja," ujarnya.
"Kato!" Kato mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan pria bermata satu itu. Wajah garangnya terlihat mengerikan saat menatap penuh tanda tanya pada pria muda di sampingnya.
"Bima," jawabnya singkat.
"Aku dengar Anda adalah seorang pensiunan tentara." Kato bersandar pada dinding sambil meminum sampanye.
"Tak seharusnya pengawal meminum alkohol saat menjaga Tuannya." Bima enggan menjawab pertanyaan Kato dan memilih untuk pergi dari sana.
"Ah, pria kolot yang aneh." Kato menghabiskan isi dalam gelas dan menaruhnya di atas nampan yang berada di tangan pelayan yang kebetulan lewat di depannya.
"Padahal aku hanya ingin belajar bela diri darinya," tutur Kato.
Kato kembali menatap ke arah Leonardo dan Jasmine yang berdiri di dekat kue tar mereka. Sepertinya prosesi potong kue baru saja berakhir. Mereka berdua berkeliling membagikan potongan kue raksasa itu ke beberapa tamu yang masih belum menikah. Ada mitos bila menerima kue dari tangan sang pengantin maka mereka bisa menyusul menjadi pengantin suatu saat kelak.
Setelah kue selesai dibagikan. Beberapa kolega dan saudara memberikan ucapan selamat, sesekali keduanya menyanggupi permintaan foto dari para tamu. Leonardo bergabung dengan rombongan temannya setelah berfoto, bercanda ringan. Sementara Jasmine hanya mengundang seorang teman, dia adalah Siska, teman sekantornya dan satu-satunya teman dekat Jasmine selama merantau di ibu kota.
"Kau cantik sekali Jasmine!! Seperti putri dalam negeri dongeng!!" Sisca berteriak saat memeluk Jasmine.
"Like a Cinderella yeah??" Jasmine tersenyum simpul.
"Tapikan kebahagiaan ini tidak berakhir saat jam 12 malam!! Malah semakin malam akan semakin bahagia dan panas." Sisca menggoda Jasmine, bukankan malam ini malam pertama mereka sebagai sepasang suami istri? Tentunya akan panas dan menggairahkan.
"Jangan keras-keras!" Jasmine hampir membekap mulut Sisca.
"Ah jangan malu begitu, Jas! By the way, selamat, Jasmine, dan terima kasih sudah mengundangku. Aku jadi mengenal banyak nasabah kaya raya di tempat ini," gelak Sisca sambil mengecup pipi Jasmine.
"Kau datang sendiri? Di mana suamimu?" Jasmine celingukan tak ada pria di dekat Sisca.
"Untuk apa aku mengajaknya? Kesempatan ini hanya datang sekali, aku harus menggaet seorang pria kaya dan mengajaknya menikah, sama sepertimu." Sisca tidak bermaksud menghina Jasmine, namun Jasmine seakan tertampar dengan ucapan Sisca. Ia terdiam sesaat. Entah kenapa ia jadi merasa mengkhianati suaminya yang belum genap 100 hari meninggal.
"Oke, nikmati pestanya." Jasmine tersenyum kecut.
"Kau juga, jangan lupa menikmati malam panjang penuh gairah! Kau harus mengerahkan seluruh kemampuanmu bergoyang agar Tuan Leonardo puas!!" Sisca menepuk bahu Jasmine sebelum meninggalkannya. Wajah Jasmine menghangat, apa malam ini Leonardo akan menghampiri dan menyentuhnya? Pikiraannya mulai dipenuhi dengan fantasi liar.
"Ah, apa yang kupikirkan?" Jasmine menepuk pelan wajahnya yang menghangat.
Tak lama Leonardo kembali dari bercakap dengan teman-temannya. Ia menggandengan tangan Jasmine dan mengajaknya duduk untuk menikmati makan malam juga.
Jasmine bersiap menyantap menu makan malam yang didominasi oleh banyak hidangan laut. Jasmine duduk dikelilingi oleh keluarga, sudah menjadi adat juga bahwa orang tua dari kedua mempelai akan makan dalam satu meja, saling mengenal dan mengakrabkan diri. Di sebelah Jasmine duduk Ameera dan juga ibunya, sedangkan di sebelah Leonardo duduk ada ayah dan juga ibunya. Ameera tampak girang dan terus mengabadikan tampilan piring setiap kali makanan fine dining itu dihidangkan. Kelakuan Ameera membuat Jasmine merasa malu dan kesal. Apalagi Melani cukup terganggu dengan suara bidikan kamera dari ponsel adiknya itu.
"Ck," decak Melani tak kalah kesal.
"Cukup, Ameera, kenapa kau bersua foto setiap kali makanan itu datang?!" Jasmine menghentikan kelakuan Ameera.
"Aku belum pernah makan makanan secantik ini, Kak. Aku harus membuat kenangan dan memamerkannya pada teman-teman di desa," ucapan Ameera langsung membuat Melani tertawa lepas.
"Sudah biarkan gadis itu memfoto semua makanannya. Mungkin dia tak akan punya kesempatan untuk menikmati makanan mewah seperti ini lagi. Dan biarkan dia memamerkan kekayaan yang bukan miliknya itu," sindir Melani.
Jasmine mencoba untuk memberikan pengertian kepada Ameera. Ameera menunduk dan memasukkan kembali ponselnya pelan-pelan ke dalam tas tangan dan mulai menikmati makanannya dengan tenang.
Leonardo tidak menghiraukan kelakuan adiknya, ia memilih untuk berbincang dengan sang ayah sambil sesekali menyesap wine dan menscroll ponsel pintarnya. Kesya telah memberikan detail laporan pada Leonardo perihal masalah reklamasi teluk yang menyeret nama Lexandro. Ia memberikan nama-nama korban dan juga profil mereka.
"Leon, kau tidak makan?" Jasmine terlihat heran, suaminya terus menatap layar benda tipis itu dan langsung menyembunyikannya begitu Jasmine bertanya. Kelakuannya lantas membuat Jasmine heran dan curiga.
"Aku masih kenyang," jawab Leonardo singkat.
"Ah, begitu." Jasmine tak lagi bertanya, ia memilih untuk menyimpan rasa ingin tahunya.
"Ayo kita berdansa." Leonardo mengalihkan perhatian, ia mengulurkan tangan, Jasmine tersenyum dan menerima tangan itu.
Keduanya berjalan ke depan stage, di tengah ruangan besar itu beberapa pasangan yang juga sedang berdansa menghentikan tarian mereka dan mengijinkan Raja dan Ratu sehari itu untuk mengambil alih tempat.
Music mengalun lembut, Jasmine melingkarkan lengan nya pada leher Leonardo sementara tangan Leonardo menangkaup pinggangnya. Mereka berdua bergerak seiring dengan irama musik, bergerak lembut maju mundur, sesekali ke kanan dan ke kiri. Hentakan kaki mengikuti beat lagu yang sedang dimainkan.
Jasmine menatap lekat pria dihadapannya saat ini. Ia bertanya di dalam hatinya apakah benar ia mulai mencintai pria ini? Apakah benar ia punya debaran yang sama seperti saat bersama dengan Rafael dulu. Leonardo memandang Jasmine heran, seakan mulai menyadari apa yang dipikirkan istrinya ia langsung tersenyum dan mengecup bibir sang istri.
"Sekarang kau resmi menjadi milikku, Jasmine, tak akan ada yang akan memisahkan kita. Meski maut sekali pun."
Jasmine mengeryitkan alisnya bingung, bukankah Leonardo berencana akan melepaskannya setelah setelah anak ini lahir?
DOR !! DOR!! DOR!!!
Jasmine menoleh, Bunyi kembang api yang di tembakkan ke atas langit malam membuat Jasmine mengalihkan pikirannya. Ia tak lagi mengindahkan ucapan Leonardo, dan memilih untuk menikmati malam yang indah itu berdansa berdua dengan suaminya sambil menatap bunga api yang merekah begitu cantik pada langit malam ini.
Semua tamu undangan menghambur keluar menuju dek kapal. Mereka memenuhi haluan untuk melihat pesta kembang api di akhir pengujung acara. Semua mata terperangah dengan kecantikan letusan bunga api yang membanjiri langit malam. Berpendar-pendar saat bayanganny terpantul pada bola mata, hijau, merah, kuning, putih, ungu, biru, pink, dan banyak warna lainnya.
Jasmine masih melingkarkan lengannya pada leher Leonardo. Sementara matanya berbinar terpesona dengan indahnya pesta kembang api yang terlihat dari kisi-kisi kubah kaca kapal. Leonardo tak melihat ke arah kembang api, karena ia sibuk menatap wajah cantik istrinya. Baginya, wajah itu jauh lebih cantik dan indah dari ribuan bunga api yang meledak di atas sana.
"Mi volas vin, Baby!" lirih Leonardo.
ooooOoooo
Follow IG @dee.meliana
Ikutan give away yuk, cuma review bintang lima aja hlo. Masih ada kesempatn sampai akhir bulan maret 2021.
Jangan lupavote pakai powerstone dan juga berikan komentar terbaik kalian. Berkali-kali juga boleh. 🤗🤗
Makasih juga buat yang selama ini sudah kasih vote dan juga memberikan semangat. Belle sayang kalian, maaf ya kalau nggak sempet balas satu per satu 💋💋💋💋💋