Akhirnya hari yang ditunggu tiba, tanggal 1 bulan 11 tahun ini pernikahan Jasmine dan Leonardo digelar. Pernikahan sakral mereka akan dilaksanakan pada sebuah kapal pesiar milik keluarga Wijaya. Seluruh kamar dan interior kapal di design khusus sesuai thema pernikahan ini. Para tamu undangan juga diperbolehkan menikmati suasana kapal dan lautan luas setelah mereka menempatkan diri pada kamar masing-masing.
Tamu undangan hanya berasal dari anggota keluarga inti, keluarga dekat, teman-teman Leonardo, beberapa orang kepercayaan Leonardo dan ayahnya. Beberapa orang keluarga Jasmine di desa juga terlihat hadir. Bersama dengan cru penyelenggara acara dan seluruh tim artis totalnya ada dua ratus lima puluh orang tamu undangan belum termasuk para kru kapal, pelayan, dan koki.
"Daebak!!" seru Ameera girang begitu memasukki kapal. Jasmine juga terperangah saat melihat semua kemewahan itu.
Ia bersama Rosie dan Ameera baru saja datang, pukul lima pagi saat Jasmine menginjakkan kakinya pada lambung kapal. Ameera terus berlari ke sekeliling sambil berdecak kagum melihat seluruh interior kapal, ia berlalu lalang dari buritan ke haluan kapal. Mengitari seluruh luas kapal sampai terenggah-engah.
Ameera tak berhenti tersenyum, ia memutuskan akan masuk ke seluruh ruangan di dalam kapal milik iparnya sambil berselfie ria dan mengupload nya pada semua media sosial milik gadis itu. Suruh teman-teman Ameera baik di kampung mau pun di sekolah barunya juga terperangah saat melihat story-story cantik nan mewah pada media sosial Ameera. Mereka berdecak kagum walaupun tak sedikit yang mencibir karena Jasmine telah berhasil mendapatkan hati dari seorang pengusaha kaya setingkat Leonardo.
"Ameera jangan berlari!" cegah Rosie.
"Waktunya sempit, Bu! Aku harus berkeliling dan foto di semua tempat!" Ameera berjalan mundur, tanpa sadar ia menabrak seseorang.
"Aduh!!" pekiknya.
"Hei!! Anak kecil, kau taruh di mana matamu sampai menabrak Tuan Lex?!" sergah seorang wanita yang mendampingi rombongan Lexandro.
"Ma—maafkan aku!" Ameera membungkuk, Jasmine menyusul adiknya dan bergegas untuk meminta maaf kepada calon kakaknya itu.
"Maaf, Kak Lex. Adikku terlalu bahagia sampai tak melihat jalan." Jasmine tampak panik, dia tak tahu sekejam apa Lexandro. Apakah juga sama arogan dan kejam seperti Leonardo ataukah malah lebih parah.
"Adikmu terlalu berani, Nona! Bagaimana kalau sampai Tuan Lex terjatuh?"
"Sudahlah, Clara. Jangan rusak suasana kebahagiaan ini dengan hal kecil. Lagi pula aku masih cukup kuat untuk berdiri kokoh walau tertabrak sekeras itu." Lexandro mencegah sekretarisnya memperpanjang masalah.
"Terima kasih atas pengertiannya, Kak." Jasmine membungkuk sedikit, ia juga menyenggol lengan Ameera agar ikut membungkuk.
"Maafkan saya!" ucap Ameera dengan gemetaran.
"Sudahlah, lain kali hati-hati." Lexandro kembali berjalan menuju ke haluan kapal. Beberapa pengikutnya berjalan di belakang. Jasmine sempat melirik ke arah pengawal setia Lexandro. Ia seperti tidak asing dengan wajah garang pria itu, tapi di mana? Di mana Jasmine pernah melihatnya.
"Nona Jasmine!! Ya ampun!! Saya mencari Anda, kenapa terpisah dari rombongan sih?!" Relia mengomel saat menemukan keberadaan Jasmine, Nonanya itu adalah bintangnya pada hari ini, tentu saja ia sangat panik saat tak menemukan Jasmine dalam rombongan mereka.
"Maaf, aku hanya ingin menghirup udara laut di atas kapal." Jasmine tersenyum.
"Baiklah, ayo Nona. Semua kru sudah menunggu Anda." Relia mempersilahkan Jasmine, Rosie dan Ameera agar berjalan di depannya.
"Apa Leon sudah datang?" tanya Jasmine menyelidik, ia cukup penasaran. Pasalnya semenjak mencoba gaun pengantin Jasmine sama sekali belum bertemu dengan Leonardo lagi. Hal itu membuat Jasmine menjadi gila karena rasa rindu yang membuncah. Ia merindukan Leonardo namun tak bisa mengungkapkannya, wanita itu memilih untuk menyimpan dan bahkan menyangkal perasaannya. Tak mungkin ia mulai jatuh cinta pada pria kejam dan arogan itu. Padahal sudah sangat jelas ia mulai mencintai Leonardo, perasaannya yang menggebu tak bisa lagi berbohong.
"Tuan Leon sudah berada di dalam kapal ini sejak semalam, beliau mengadakan pesta melepas masa lajang bersama dengan teman-temannya," jawaban Relia membuat dahi Jasmine mengeryit. Pesta lajang?? Jangan bilang mereka menghabiskan malam bersama alkohol, para wanita penghibur, dan penari telanjang?!
"Aku tahu yang Anda pikirkan Nona. Sudahlah! Semua pria memang begitu, jangan ngambek atau marah, Okay!"
"Tapi ... dia akan menikah denganku ..." Jasmine melirihkan kalimatnya, mungkin Leonardo berpikir Jasmine akan meninggalkannya setelah anak itu lahir, jadi ia tak pernah menganggap serius ikatan suci pernikahan ini.
"Sudah ayo!! Anda bisa terlambat merias diri!" Relia menarik tangan Jasmine dan menggiringnya ke kamar ganti.
Sebuah kamar luas dengan barang-barang khusus untuk mempelai tertata dengan rapi. Deretan make up, deretan korset dan linggerie, deretan perhiasan, deretan buket bunga, dan berbagai macam sepatu berjajar memenuhi ruangan. Jasmine terbelalak, ia tersenyum melihat semua ini telah dipersiapkan untuknya.
"Mari kita mulai!!" Ketua tim make up artis mendorong tubuh Jasmine —yang telah mendapatkan perawatan ekstra dari Ny Oh sehari sebelumnya— ke atas kursi.
Jasmine mulai mempersiapkan diri, ia duduk dikelilingi oleh beberapa orang penata rias, desainer gaun yang merancang gaun untuk nya pun ikut hadir. Para fotografer dan video shooting juga mengelilingi mereka, sibuk mengabadikan momen-momen morning ekspress. Mereka dengan kreatif membidik wajah cantik Jasmine dari berbagai macam sudut.
Tak lupa mengabadikan detai kecil dari pernikahan mereka. Mulai dari undangan, souvenir pernikahan —emas batangan 10 gram— sampai corsase dan buket bunga yang akan digunakan oleh Jasmine dan Leonardo pada nantinya.
Jantung Jasmine berdebar tidak karuan, ia tak pernah menyangka bahwa pesta sederhana yang dimaksud Leonardo akan tergelar semewah ini. Jasmine kira mereka hanya akan menandatangani surat pernikahan di sebuah catatan sipil dan makan siang bersama dengan keluarga besar dan kolega. Ternyata kekasihnya itu menggelar sebuah private party di atas kapal yatch pesiar pribadi milik keluarganya.
Relia juga terlihat sibuk mondar-mandir mempersiapkan segala macam kebutuhan yang dibutuhkan oleh Rosie dan Ameera. Mulai dari pakaian mereka sampai dengan make up, juga perhiasan apa yang akan dikenakan nantinya supaya mereka pun tampil cantik dan mampu bersanding dengan Keluarga Wijaya.
Tak hanya keluarga Jasmine, keluarga dari pihak Leonardo juga tak kalah sibuk. Mereka sudah bersiap dengan berbagai macam gaun mewah dan make up artis profesioal. Pesta pernikahan seperti ini juga merupakan ajang memamerkan kecantikan dan kekayaan. Jadi mereka tak akan melewatkan kesempatan dan detai sekecil apapun agar telihat bersinar.
Rencananya kapal akan berangkat berlayar pada pukul enam pagi, kemudian disusul sarapan di atas buritan di mana para tamu undangan akan menikmati sarapan pagi mereka sambil melihat lautan luas dan kalau beruntung ikan lumba-lumba yang berloncatan.
Selama tamu sarapan, kedua mempelai bersama dengan keluaraga akan bersiap untuk pemberkatan nikah. Pemberkatan nikah akan dilaksanakan pukul 2 siang pada ruangan chapel. Ruangan kecil di dekat haluan itu telah didekorasi sedemikian rupa elok dengan berbagai macam bunga- bunga segar. Chapel diatur menghadap ke arah barat tempat matahari nantinya akan tenggelam. Dinding-dinding kaca akan menyalurkan cahaya matahari berwarna Jingga masuk ke Chapel.
Setelah pemberkatan nikah berakhir, mereka akan melepaskan balon-balon sambil menikmati matahari tenggelam yang romantis di atas lautan. Menunggu pengantin bersiap untuk Resepsi pernikahan, mereka bisa mengobrol sambil menikmati hidangan ringan bersamaan dengan lautan jingga yang menelan sisa matahari. Pada puncak acaranya, akan ada resepsi jamuan makan malam dan juga pesta kembang api.
"Apa mempelai wanitanya sudah siap? Pemberkatan akan dimulai 15 menit lagi." Seorang pengarah acara masuk.
"Sudah, mempelai wanita telah siap!" Para kru make up hampir menangis saat melihat karya mereka di atas wajah cantik Jasmine.
Jasmine duduk dengan anggun di tepi ranjang. Menghadap ke arah jendela kamar. Furing tipis menutupi wajahnya. Dalam genggangam tangannya terdapat satu buket bunga mawar merah yang bersanding serasi dengan baby breath. Filosofi mawar meraah adalah cinta yang pekat, sedangkan baby breath adalah keabadian.
"Kami akan membantu Anda, Nona. Para tamu dan Tuan Leon sudah menunggu Anda di chapel." Relia menggandeng tangan Jasmine. Jasmine bangkit, ia agak lemas karena gerogi, jantungnya terus berdebar hebat. Ia seakan beru menjalani pernikahan pertamanya, padahal ini yang kedua.
Jasmine melangkah anggun pada selasar kapal menuju ke arah chapel. Relia dan beberapa tim gaun dan make up mengikuti dari belakang.
Di dalam ruangan, Leonardo sudah berdiri gagah dekat mimbar dalam balutan jas Armani hitam, lengkap dengan iner suit silver dan dasi lebar dengan bros dari emas pada pangkal atas dasi. Rambut Leonardo tersisir licin ke belakang. Hampir-hampir seluruh wanita di dalam ruangan mengagumi ketampanan sang mempelai pria. Decak kagum tak berhenti di situ saja, malah semakin riuh saat pintu depan bersiap untuk terbuka.
"Anda sudah siap, Nona?" Relia menatap Jasmine.
"Huffttt hahhh .....!" Jasmine membuang napasnya panjang-panjang.
"Baik, aku siap, Lia!" Jasmine tersenyum sedikit kaku, tangannya masih sedikit gemetaran karena tegang.
"Santai saja, Nona." Relia memberi kode, pelayan membuka dua daun pintu bersamaan. Seluruh tamu undangan menoleh, keluarga dari pihak Leonardo dan Jasmine ikut menoleh. Semua penasaran, semua ingin tahu.
Leonardo adalah salah satu manusia yang paling penasaran dengan wujud calon istrinya. Secantik apakah Jasmine dalam balutan gaun pengantin yang mereka pilih? Secantik apa wanita yang akan mendampingi hidupnya kelak?
ooooOoooo
Secantik apa Jasmine?? Apa Leonardo akan luluh dan melupakan dendamnya setelah melihat kecantikan Jasmine??