"Ya ampun, aku sangat tegang!! Gila, wanita itu tak bisa menjaga mulutnya?! Memang kenapa kalau aku anak seorang petani?! Dasar!! Apa dia tak tahu kalau semua makan yang ia makan berasal dari tangan petani dan peternak!! Emangnya dia bisa mengolah lahan dengan jemarinya yang kurus itu?!" Jasmine mengomel kalap begitu masuk ke dalam mobil.
"Dia minta menantu seperti apa? Yang pintar bekerja? MEmangnya dia pergi bekerja?? Bisa aku tebak dia pasti hanya menghabiskan hari-harinya dengan bermain dan mempercantik diri!! Dasar nenek sihir!!" umpat Jasmine.
Leonardo tertawa dengan cuitan calon istrinya itu sembari mengemudi, acara makan malam kali ini jauh melebih i ekspetasi Leonardo. Jasmine dengan mudahnya membalik ucapan Melani. Jasmine memang wanita yang pandai, pandai mengumpat lebih tepatnya.
"Kau melakukannya dengan baik, well done, Baby!" Leonardo memberi tanda jempol.
"Ah, ini hal yang kecil, Leon." Jasmine tersipu saat Leonardo memujinya.
"Aku akan mengantarmu kembali ke apartemen. Beristirahatlah. Kau pasti sangat lelah."
"Tidak!! Jangan pulang dulu!! Kau harus memberiku hadiah!" Jasmine menahan lengan Leonardo agar tidak membelokkan setir mobil masuk ke ruas jalan lain menuju ke apartemen.
"Kau mau hadiah apa?" Leonardo mengerutkan dahi.
"Aku mau nasi Padang, lauk rendang dan sambal hijau! Aku lapar, Leon!! Tak tahukah kau betapa aku tersiksa harus menahan nafsu makanku tadi." Jasmine mengiba.
"Nasi Padang??" Leonardo membelalak.
"Iya, nasi Padang."
"Kau suka makanan itu?" tanya Leonardo hampir-hampir tak percaya.
"Iya!! Ayolah, Leon! Kita makan ya!! Ya!!"
"Baiklah. Aku akan membelikannya untukmu, tapi dengan outfit itu, apa kau yakin akan turun dari mobil?"
"Ah, benar!! Kalau begitu bungkus!! Bungkuskan untukku." Jasmine terus merenggek.
"Kesya, belikan aku nasi padang, lauk rendang, sambal hijaunya yang banyak." Akhirnya Leonardo menyerah, ia menyuruh Kesya membelikan Jasmine nasi padang dengan lauk rendang. Dari balik ponsel alis Kesya juga mengeryit menanggapi permintaan Tuannya itu. Nasi Padang?? Yang benar saja? Leonardo tak pernah menyentuh makanan dengan lemak tinggi karena takut kehilangan masa ototnya.
"Baik, Tuan Leon."
"Kirim ke lokasi kami sekarang." Leonardo mengirimkan share loc, mereka berada di pinggir jembatan jalan layang.
"Ah, pakaian ini tidak nyaman." Jasmine berkali-kali membetulkan pakaiannya agar tidak melorot.
"Aku suka, kau terlihat cantik saat memakainya." Leonardo mengelus lengan Jasmine dengan punggung tangan.
"Aha-ha-ha-ha," tawa Jasmine tersengal, wajahnya merona kemerahan.
"Pakai ini kalau kau merasa tidak nyaman." Leonardo melepaskan jas dan menyelimutkannya pada punggung Jasmine. Membuat wajah Jasmine kian menghangat.
El tak pernah memperlakukanku seperti ini, apa begini rasanya dicintai? batin Jasmine.
Jasmine menatap lamat ke arah Leonardo, benaknya terus membandingkan sosok Leonardo dengan mantan suaminya Rafael. Kehangatan yang diberikan Rafael dan Leonardo sangat jauh berbeda. Walaupun kata-katanya selalu keras dan kasar, Leonardo tak ayal selalu memberikan perhatian pada Jasmine.
Lamunan Jasmine dibuyarkan oleh kedatangan beberapa pengawal Leonardo. Mereka membawakan sebungkus nasi padang dengan lauk rendang dan beberapa botol air mineral. Jasmine langsung berbinar begitu bungkusan itu datang.
Cepat-cepat wanita itu turun dari dalam mobil calon suaminya dan duduk pada tepi jalan. Leonardo tercengang, ia bergegas mengikuti langkah Jasmine.
"Berdiri! Jangan duduk dipinggir jalan seperti pengemis!" Leonardo mencoba menarik lengan Jasmine, namun Jasmine menepisnya.
"Ayolah, Leon!! Punggungku sakit! Aku bosan menjadi wanita anggun dan sempurna, aku ingin menjadi diriku sendiri sesaat saja. OK!" Jasmine mengiba.
"Huft!! Terserah kau saja!" Leonardo mendengus kesal.
"Duduklah di sini! Aku suapin!" Jasmine membuka bungkusan nasi, ia mencuci tangan dengan air dari botol mineral sebelum memulai ritual makan malamnya.
Leonardo bergeleng, wanita ini tak ada habis-habisnya memberi kejutan. Leonardo menyuruh pengawal-pengawalnya berjaga di sekitar mereka. Sementara dia menyusul Jasmine duduk pada bahu jalan.
"Ya Tuhan ini enak sekali. Kau mau?" Jasmine menawarkan sebuah suapan.
"Tidak, lemak itu akan merusak masa ototku." Tolak Leonardo begitu melihat banyaknya lemak pada kuah rendang.
"Ayolah!! Sekali suap juga tak akan membuat lenciran ototmu menghilang!" Jasmine terkikih, "lagi pula, rendang adalah makanan paling enak sedunia! Jadi kau harus mencobanya! Ayo buka mulutmu!!" Jasmine menyuapkan sesuap nasi ke depan mulut Leonardo.
"Aaaakkkhhh ...!!!!" Jasmine berusaha menyuruh mulut Leonardo terbuka.
"Aaakkhh!!!" Ia mengulanginya lagi. Akhirnya karena kasihan Leonardo membuka mulut, dengan ragu-ragu ia melahap sesuap nasi di tangan Jasmine.
"Enakkan??! Kunyah pelan-pelan, rasa pedas, gurih, creamy santan, dan empuknya daging membaur menjadi satu dengan nasi pulen hangat. Sungguh kompleks level rasa yang membuat mulut meledak-ledak karena sensasinya." Jasmine tersenyum melihat wajah Leonardo menegang saat mengunyah nasi.
"Hahaha, ini minum dulu." Jasmine menyerahkan botol air mineral, Leonardo cepat-cepat menenggaknya.
"Kenapa? Apa tidak enak?" Jasmine makan sesuap lagi.
"Enak sih, tapi aku merasa bersalah saat memakannya."
"Kenapa? Lemak jahat lagi?!"
"Kau tidak sayang tu— emph!" Belum sempat Leonardo menyelesaikan kalimatnya Jasmine sudah kembali menyumpal mulutnya dengan satu suapan penuh nasi berlumur kuah rendang.
"Jangan banyak bicara dan makan saja." Senyum Jasmine.
"Dasar!" Leonardo bergeleng, tapi memakan juga suapan dari tangan Jasmine.
"Belepotan!" Jasmine mengusap nasi di dekat bibir Leonardo.
"Dasar wanita gila!" Leonardo terkikih.
Mereka menghabiskan nasi rendang ditemani bunyi kendaraan yang berlalu lalang dan juga bulan yang bersinar terang malam itu.
"Besok kita akan melihat-lihat gaun pengantin, Baby." Leonardo menuang air dari botol mineral agar Jasmine bisa mencuci tangannya.
"Uhuk!!" Jasmine tersedak suapan terakhir yang berada di dalam mulut.
"Kenapa mendadak sekali?" cerca Jasmine begitu bisa kembali bernapas.
"Pernikahan kita tinggal dua minggu lagi."
"Jadi kau serius? Secepat itu?" Jasmine terbelalak.
"Benar. Kesya sudah menyiapkan segalanya. Undangan telah tercetak."
"Kenapa tidak meminta pendapatku dulu?" Jasmine kehabisan kata-kata.
"Aku tidak butuh pendapatmu, bukahkan kau sebenarnya menolak pernikahan ini? Jadi Apa bedanya kau tahu atau tidak?" Leonardo bangkit dari tempatnya duduk. Jasmine menunduk sedih karena tiba-tiba ucapan Leonardo kembali dingin.
Ah, Dia benar, pikir Jasmine sesak, kenapa ia berharap untuk memilih seperti apa detail seluruh pesta pernikahannya, ditilik dari sisi mana pun Jasmine tidak berhak protes pada Leonardo.
"Kau cukup duduk dengan manis dan menjadi boneka pengantin yang cantik selama satu hari!" Leonardo meninggalkan Jasmine kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Dasar menyebalkan, sejenak baik sejenak jahat, sejenak hangat sejenak dingin. Maunya apa sih?? Dasar kelainan jiwa!" gumam Jasmine sebelum menyusul masuk ke dalam mobil Leonardo.
oooooOooooo
Wah gaun pengantin milik Jasmine kaya apa ya?? Nantikan, baby!
Jangan lupa votenya, terus jangan lupa di komen. Jangan lupa disemangatin authornya biar bahagia 💋💋💋💋
Lap yu