Leonardo merokok sambil bersandar pada mobil sport berwarna hitam. Mobil keluaran Eropa dengan seri khusus yang hanya diproduksi beberapa buah saja di dunia. Leonardo rela merogoh kocek yang tidak sedikit demi mobil hitam kesayangannya ini.
Tak lama, rokok yang dihisapnya mulai susut, lintingan tembakau berubah menjadi abu. Hisapan terakhir mengepulkan asap putih tebal naik ke atas kepala, sekejap kemudian tersapu oleh angin.
"Sepertinya sudah saatnya aku masuk." Leonardo menginjak puntung rokok dan mengendurkan dasinya.
Di dalam rumah mungil itu, Jasmine tengah berjuang melepaskan diri dari kungkungan pria tak dikenal yang berusaha memperkosanya. Pria itu mengaku sebagai pembeli rumah, namun tergiur dengan tubuh dan wajah cantik Jasmine, muncul niat jahat di dalam hatinya untuk merundung wanita yang baru saja berstatus janda itu.
"Brengsek!! Lepaskan!!" Jasmine memberontak, ia menggigit tangan sang pria.
"Akh!!" Pekiknya kesakitan. Jasmine tak menyia-yiakan kesempatan ini. Dengan cepat wanita itu melingsut pergi.
"Kurang ajar!!" Pria itu tak tinggal diam, ia menjambak rambut Jasmine dan menariknya. Jasmine yang kesakitan terpaksa menghentikan langkah. Pria itu menariknya sampai terjatuh di atas ranjang. Dengan cepat ia berhasil mengunci kedua kaki Jasmine dan berusaha menindihi wanita itu.
"Tidak!! TOLONG!!!" jerit Jasmine pilu.
BRAK!!
Tiba-tiba saja ada yang menarik tubuh pria tua itu, membuatnya terpental ke belakang lantas menghantam dinding. Leonardo menatapnya dengan tajam, singa itu menggeram marah dan menunjukkan taringnya yang tajam. Siap mengkoyak siapa saja yang berani menyentuh bunga miliknya.
"Le—Leon?!!" Jasmine terpekik tak percaya, cepat-cepat ia membetulkan pakaiannya yang koyak.
Leonardo menatap Jasmine dan juga pria itu secara bergantian. Timbul amarah di dalam hatinya. Dia hanya menyuruh pria itu untuk menggoda Jasmine, bukan menyentuhnya. Leonardo mengumpat dalam hati, esok ia pasti akan menyuruh Kato mencincang pria ini dan memeberikannya pada anjing.
"Bajingan!" Leonardo mengangkat tubuh pria tua itu, mencengkram kerah pakaiannya sampai tercekik.
"To ... tolong lepaskan saya, Tuan!" gagapnya ketakutan.
Jasmine meringkuk ketakutan di sudut ranjang. Matanya berkaca-kaca, membuat Leonardo semakin merasa bersalah. Bukan ini yang ia inginkan, ia hanya ingin berperan sebagai seorang pangeran yang seolah-olah menyelamatkan sang putri dari penjahat kejam, muncul di depan Jasmine bak kisah dalam dongeng indah penghantar tidur.
Setelah desahan panjang, akhirnya pria itu melepaskan buruannya, menyusutkan amarah agar bisa segera memeluk Jasmine, memberikan wanita itu rasa aman.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Leonardo.
"Ba—bagaimana kau bisa ada di sini??" Jasmine menyilangkan tangan di depan dada, menjaga jarak dengan Leonardo. Baginya pria ini tak jauh berbeda dari pria barusan, sama-sama bajingan.
"Apa aku perlu alasan untuk menemuimu?" Leonardo menyeringai, ia mengangkat dagu Jasmine.
"Pergi dari rumahku, aku tak mau bertemu denganmu." Jasmine mengusir Leonardo, ia memeluk lututnya.
"Cih, apa itu sikap yang baik pada penolongmu, Nona?!" Leonardo berdecih, ia tetap tenang dan menunggu Jasmine menjawab dengan kasar sama seperti biasanya.
"Lalu kau mau aku melakukan apa? Menyuguhkan minuman dan camilan? Menganggapmu tamu? Maaf Tuan Singa yang terhormat, kita tak cukup dekat untuk saling bertukar sapa apalagi saling bertamu." Jasmine membuang muka, enggan menatap Leonardo.
"Benarkah? Padahal aku bahkan tahu di mana letak tahi lalatmu, berapa jumlahnya, dan bagaimana bentuknya," ucap Leonardo, Jasmine langsung melotot galak pada Leonardo dan memukulnya dengan bantal.
"Pergi kau!! Pergi dasar pria brengsek!!" Jasmine terus memukul kepala Leonardo dengan bantal, satu-satunya senjata yang ia punya.
"Cukup!!" Leonaardo mencekal kedua pergelangan tangan Jasmine, membuat Jasmine meringis karena kesakitan.
"Sudah kubilang kau adalah milikku, milikku seorang." Leonardo mencium daun telinga Jasmine, membuat wanita itu spontan menoleh karena risi.
"Aku tak menemui satu bulan karena ingin memberimu waktu untuk bersedih, Baby! Bukan karena aku bosan dan ingin melepaskanmu." Leonardo mengunci kedua tangan Jasmine di belakang tubuhnya sementara tangan yang lain mencekal dagu Jasmine agar wanita itu menatapnya.
Benar saja, Jasmine menatap Leonardo dengan jeri. Wanita itu tampak ketakutan, terluput dari lubang buaya ia masuk ke kandang singa.
"Apa kau yang membunuh suamiku?" tanya Jasmine lirih.
"Tidak, suamimu mati karena kecelakaan," jawab Leonardo, memang benar bukan Leonardo yang membunuh Rafael. Mobil yang menabrak dan membunuhnya.
"Hiks ... hiks ..." Tangis Jasmine.
"Jangan menangis, aku tak suka melihatmu menangis! Apa lagi menangisi pria lain!" tukas Leonardo. Tangannya berpindah dari dagu, menyelip pada cela antar kancing kemeja kotak-kotak, masuk perlahan untuk meremas dada Jasmine. Jasmine menggoyangkan tubuhnya, berusaha memberontak.
"Ah, Mi volas vin, Jasmine." Leonardo berbisik panas pada telinga Jasmine.
"Ini hal yang salah, Leon!" Jasmine bergetar karena sensasinya.
"Aku tak pernah menginginkan seorang wanita sama seperti aku menginginkanmu. Sihir apa yang kau gunakan padaku?" Leonardo merebahkan tubuh Jasmine di bawah tubuhnya. Menatap Jasmine lamat-lamat, Jasmine menelan ludahnya dengan berat.
"Aku tak melakukan apapun!! Lepaskan aku, Leon! Aku bukan wanita yang pantas untuk kau cintai." Jasmine mendorong tubuh Leonardo kuat-kuat, mengerahkan seluruh kekuatannya.
"Kata siapa kau berhak menentukan pantas atau tidak pantas? Bukankah cinta ini milikku, dan perasaan ini ada di dalam hatiku. Kalau aku saja tak bisa mengendalikannya, apa lagi dirimu!!" teriak sang singa.
Mata Jasmine berkaca-kaca.
"Salahkah aku bila aku mencintaimu? Salahkah aku bila menginginkanmu menjadi milikku?" Leonardo mengecup pergelangan tangan Jasmine, menghirup aroma manis dari parfum milik wanita itu. Wajah Jasmine menghangat, seumur hidup ia tak pernah mendapatkan pengakuan cinta yang begitu indah. Rafael hanya mengungkapkan cinta saat Jasmine memintanya. Benarkah ungkapan cinta Leonardo begitu tulus sampai bisa menggetarkan hati Jasmine yang terluka?
"Leon ...," lirih Jasmine.
"Bencilah aku seumur hidupmu bila harus!! Aku tidak peduli, selama aku bisa memilikimu." Leonardo mendaratkan ciumannya ke atas bibir Jasmine, melumatnya dengan cepat, dalam, dan penuh gairah. Cukup sudah dia menahan diri selama satu bulan, nafsunya, hasratnya, dan keinginannya untuk menyentuh Jasmine tak lagi terbendung.
Melihat wajah canatiknya penuh dengan peluh.
Mendengar desahan merdu lolos dari bibirnya.
Menyentuh halus dan lembut kulitnya.
Mencium aroma manis pheromon dari balik tengkuknya.
Merasakan manisnya saliva saat lidah bertemu lidah.
Membuat Leonardo enggan menghentikan sentuhannya. Kelima panca indranya tak lagi terkontrol, sekujur tubuhnya tak mau menuruti akal sehatnya.
Cinta ini terlalu memabukkan, terlalu susah untuk dikendalikan.
Hasrat ini terlalu besar, terlalu susah untuk dibendung.
Nafsu ini terlalu memuncak, terlalu susah untuk ditahan.
Kelima indranya menginginkan Jasmine, menginginkannya tiap inci tubuh wanita itu.
Leonardo melepaskan seluruh pakaiannya di depan Jasmine. Memamerkan tubuhnya yang kekar dengan hiasan tato kepala singa. Jasmine hanya mampu pasrah. Menikmati persatuan yang perih dan panas itu dengan campuran air mata, yang meleleh turun tiap kali ia memejamkan matanya menahan hentakan pinggul Leonardo menghujam masuk ke dalam tubuhnya.
"Jes, Baby. Mi amas Vin!!" (Ya sayang, aku mencintaimu.)
ooooOoooo
Waw, langsung membucin aku Leon 🤭🤭🤭
Vote please with po wer st one
Review bintang lima dan komennya Bellecious 💋💋💋