Chereads / MI VOLAS VIN (I Want You) / Chapter 18 - PANIC

Chapter 18 - PANIC

Suasana tenang pada ruang kerja mewah itu berubah riuh. Jasmine memberontak dan menimbulkan suara gaduh, yah, segaduh apa pun suaranya tak akan terdengar sampai di luar ruangan karena dindinnya kedap suara.

Leonardo menatap Jasmine lamat-lamat, wanita yang belakangan ini selalu bermain nakal di dalam benaknya itu tiba-tiba hadir tanpa perlu usaha ekstra untuk menculiknya. Rencananya Leonardo akan menemu Jasmine begitu segala urusan kantornya selesai, tapi tak disangka malah wanita itu datang sendiri.

Keringat yang membasahi anak rambut Jasmine membuat Leonardo semakin bergairah atasnya. Matanya yang bulat berhiasakan manik-manik hitam terlihat semakin berpendar karena rasa takut. Begitu menariknya pesona sang bunga di hadapan singa jantan ini.

"Ready, Baby? I'll give you something good, and make you scream to beg for more and more!!" Leonardo menyeringai, ia mengikat pergelangan tangan Jasmine dengan dasinya. Jasmine menatap jeri pada pria itu, bergeleng pelan penuh rasa takut.

"Hentikan!! Lepaskan aku!" Jasmine meronta.

Leonardo mengecup leher Jasmine, keringat dingin bercampur aroma parfum. Leonardo menyeringai lalu menggigit pelan daun telinga Jasmine sebelum berkata, "Mi Volas Vin, Jasmine."

"Lepaskan aku brengsek!! Aku kemari untuk mengakhiri hubungan kita!! Argh ...!! Lepaskan!!" Jasmine mendorong tubuh kokoh Leonardo dengan tangannya yang terikat.

"Kita tidak ada hubungan apapun, Baby!!"

"Makanya!! Lepaskan aku, aku sudah bersuami. Jangan mengirimiku hadiah atau pun bunga!! Aku tak mau dia salah sangka." Jasmine melotot galak pada Leonardo, membuat pria itu semakin panas akibat terbakar rasa cemburu. Apa yang kurang darinya bila dibandingkan lelaki pengangguran misterius itu? Rafael tak bisa memberinya penghidupan layak, tapi Leonardo bisa, bahkan tak hanya layak, hidup dalam kemewahan dan gelimang harta.

"Marahlah, kau justru terlihat semakin cantik dan menggairahkan." Leonardo menarik tangan Jasmine ke atas kepalanya sendiri.

"LEON!!" jerit Jasmine, ia mencoba memberontak dari terkaman singa itu dengan sisa tenaganya.

"Estu mia, Jasmine!! Aku bisa memberimu segalanya." Leonardo menyesap bibir Jasmine, membuat wanita itu bergeleng dengan luapan air mata. (Jadilah milikku.)

"Tidak!!" Jasmine terus bergeleng, ia tak bisa melawan tenaga Leonardo yang terlampau besar. Dengan mudahnya Leonardo merobek kemeja Jasmine, kancingnya berhamburan. Memperlihatkan dua buah tonjolan sintal dan kencang yang bisa membuat pria mana pun menelan ludahnya. Leonardo terkesima sekaligus geram, memang selain cantik Jasmine punya tubuh yang indah, sayang sekali tubuh itu bukan milik Leonardo.

"Ach!!" pekik Jasmine.

"Ya, menjeritlah, Baby." Leonardo menyesap dalam-dalam dada Jasmine, panas dan menjijikkan, Leonardo sengaja memberikan tanda merah di beberapa tempat di sekitar dada.

"Brengsek!! Iblis sialan!! Lepaskan aku!" Jasmine mencoba melepaskan diri, lagi-lagi, tak ada yang bisa ia lakukan, bergeser sedikit pun tidak. Justru Leonardo malah semakin bersemangat untuk mempermainkan tubuhnya. Menghujani tiap inci kulit mulus Jasmine dengan ciuman dan jamahan.

"Jes, ฤuu ฤin, Baby!!" (Ya, nikmati saja.)

Leonardo meraba pantat menuju ke paha dan menarik naik kaki Jasmine lewat siku kaki. Tangannya bergerak kasar untuk merobek stocking hitam yang dikenakan wanita itu.

"Stop!! Hentikan!! Henโ€”" Leonardo membungkam mulut Jasmine dengan lidahnya. Menautkan milik keduanya sambil bergerak penuh gairah, saling bertukar saliva. Hasrat memiliki yang membuncah mulai memetikkan nafsu yang tak terbendung.

"Bukankah ini enak? Kau juga menikmatinya bukan?" Leonardo terkikih pelan, tangannya bermain cukup lihai di balik rok Jasmine.

"Argh!!" Jasmine merancau, benar kata Sisca , Leonardo sangat ahli memuaskan seorang wanita. Sekuat apa pun Jasmine menahan diri untuk tidak mendesah, bibirnya tetap saja meloloskan rancauan kenikmatan itu.

Leonardo mendaratkan tubuh Jasmine di atas sofa. Jasmine mencoba meringkuk, tapi lagi-lagi, Leonardo mencegahnya. Kecupan basah mendarat di leher Jasmine, terus turun, turun ke dada, turun ke perutnya yang ramping, lalu turun sampai di bawah pusar, dan turun lagi.

"Argh ... tidak, Leon!! Jangan!!" Suara Jasmine semakin melemas saat Leonardo mulai menyesap area sensitifnya.

Leonardo menyeringai, masih terus melanjutkan ritual bercinta dengan wanita yang dipujanya belakangan ini. Rasanya sangat berbeda, bahkan jantungnya berdebar cepat karena keindahan perasaan. Tanpa ia sadari, Leonardo sepertinya telah jatuh pada pesona bunga itu, jatuh cinta kepadanya.

"Baby, kenapa kau tidak lagi melawan? Apa kau sudah pasrah?" Goda Leonardo saat tak lagi mendapati gerakkan meronta pada tubuh lawan bercintanya itu.

.... Hening. Tak ada jawaban, Leonardo bergegas mengangkat wajahnya.

"Baby?!" Leonardo terperangah, wajah Jasmine pucat pasi dan penuh keringat. Cepat-cepat pria itu bangkit, menepuk pelan pipi mulusnya.

"Jas ... Jasmine. Jangan membuatku takut!! Bangun! Jasmine!!" Leonardo menepuk dan menggoncang tubuh Jasmine beberapa kali, tak ada respon, Jasmine kehilangan kesadarannya karena rasa lelah.

"Sialan!!" Leonardo mengambil jas dan menyelimutkannya pada tubuh Jasmine.

Pintun kayu besar terbuka dari dalam, Leonardo membukanya dengan sidik jari. Di luar Kato dan Kesya menatapnya heran.

"Aku kira bakalan lama, Tuan?" Kato kembali tercengang, tak biasanya Leonardo bermain sangat cepat.

Wajah Leonardo terlihat panik, dengan segera ia berseru pada Kesya, "panggilkan aku dokter Kesya!!! Dokter wanita!! Jangan pria!!"

Padahal Leonardo selalu berpikir bahwa Jasmine hanya lah sebuah mainan, tapi kenapa? Kenapa Leonardo bahkan tak rela bila pria lain melihat tubuh mainannya itu?

"Baโ€”baik, Tuan!!"

"SEGERA!!!" teriak Leonardo.

Leonardo bergegas menghampiri tubuh Jasmine yang terkulai lemas di atas sofa. Panik, takut, dan khawatir membaur menjadi satu.

"Baby, bangun!!" seru Leonardo.

ooooOoooo

Follow Ig @dee.Meliana

Vote

Comment

๐Ÿ’‹๐Ÿ’‹๐Ÿ’‹