Suasana yang sedang kami rasakan, tidak! tidak! Lebih tepatnya yang aku ciptakan. Mereka semua merasakan masalah yang aku timpakan kepada mereka bertiga. Kami di kejutkan oleh kedatangan Pak Sapto, satpam kami yang biasa berjaga-jaga di depan.
"Mbk Inez, ada yang nyariin mbak." Beliau mengatakan itu sehingga kami semua mengarahkan pandangan kami kepadanya.
Aku segera menyeka air mataku dan mengusapnya. Liza memberikan aku tissue agar wajahku tan tampak lusuh bekas air mata.
"Siapa ya, Pak?" tanyaku heran. Karena aku memang tak merasa ada janji dengan seseorang dan bahkan tidak ada chat masuk yang memberitahukan siapakah yang mencariku.
"Wah kebetulan saya enggak nanya mbk, cuma nyari Mbk Inez aja katanya," sahut beliau.
"Cewek apa cowok Pak?" tanyaku masih menyimpan kegalauan.
"Cewek cantik Mbak," jawabnya semakin membuat aku kebingungan. Mana ada aku berteman dengan cewek selain teman kerjaku ini? Siapa dia dan ada perlu apa mencari aku?.
"Iya Pak terima kasih, nanti aku segera kesana. Aku enggak merasa dicari atau mengenal seorang cewek selain kamu Liz, siapa ya?"
"Temui saja, Nez ... Nanti kan bakal tahu sendiri, aku ikutan ngintip boleh?" balas Liza kepadaku.
"Ya, ayo kesana Liz, aku bingung juga siapa cewek itu?" jawabku sambil menggandeng tangan Liza.
Aku berpamitan untuk menemui cewek yang katanya menungguku di ruang tamu. Sebenarnya aku berjalan sambil memendam tanya. Siapa dia? Siapa dia?. Liza segera mundur selangkah dari aku ketika posisi kami semakin dekat dengan ruangan yang aku tuju.
Aku sendirian mulai memasuki ruangan itu.
"Deg?!" Jantungku segera berhenti berdetak ketika aku melihat dari samping seorang wanita yang dengan gaya rambut yang tak asing itu. Dia sedang asyik membaca koran yang memang tersedia disitu. Setiap hari memang rutin pula koran diantarkan ke kantor kami.
"Hai Inez, kamu pasti masih ingat aku, kan?" Ucap wanita itu sambil segera berdiri dan tangannya diarahkan kepadaku untuk bersalaman denganku. Aku ya akhirnya meraih tangannya bersalaman juga.
"Ehm ... Bagaimana kamu bisa datang kesini? Kamu kok tahu kantor kerjaku?" tanyaku masih dalam keadaan yang syok
"Ya, aku kebetulan mencari informasi tentang di mana kerjamu, dan aku berhasil menemukannya," jawabnya enteng dan tersenyum manis itu.
"Ada perlu apa mencari aku?" tanyaku masih dalam keadaan kaku dan masih berdiri. Aku lirik Liza berusaha menguping pembicaraanku dan memperhatikan aku dengan setengah bersembunyi.
"Ayolah, kamu tegang sekali. Boleh kan kita ngobrol sambil duduk santai dulu sebentar?" balasnya santai. Eh enggak salah nih? Yang punya kantor itu aku. Malah dia yang mempersilahkan ke aku? Hei jadi ketawa garing kan aku?
"Ehm ... Aku masih jam kerja, jadi aku tak bisa berlama-lama menemuimu." balasku.
"Santai saja, Nez ... Aku takkan lama," bantahnya dan aku segera duduk di sofa itu.
"Kita sudah bertemu, tapi belum sempat berkenalan, kan? Namaku Laura, apa Royan sudah mengatakan namaku padamu?". Aku menganggukkan kepala.
"Aku tidak akan menyita banyak waktumu. Aku hanya ingin menanyakan, apa benar kalian dijodohkan? Maksudku ... Bukan Royan yang mengenalmu sendiri?"
"Iya, Ayahku teman dari orang tua dia,"
"Berarti dia enggak bohong, aku kira dia bohong, dan meninggalkan aku karena dia tertarik dengan gadis lain, ternyata karena perjodohan? Berarti dia mencintaimu atau tidak?" tanyanya.
"Aku tak tahu, aku saja baru mengenalnya," jawabku apa adanya.
"Lalu ... Kamu? Apakah kamu sudah jatuh cinta padanya?" Wanita ini lebih memperjelas pertanyaannya.
"Apa urusan kamu mengorek tentang aku, aku tidak mencintainya, yang jelas aku sudah memiliki cowok, kami saling mencintai sudah lima tahun lamanya dan bahkan aku belum putus darinya. Hanya saja aku tak bisa berbuat apa-apa karena memang keinginan orang tua yang tidak bisa di cegah," balasku kuperjelas agar aku segera meninggalkan wanita ini. Aku tak ingin berlama-lama dengannya.
"Ooh ... Begitu, aku hanya ingin mengatakan kepadamu. Bahwa aku masih sangat mencintai Royan, tapi rupanya kamu gadis yang lebih beruntung dari aku. Sehingga perjodohan bisa menyatukan dia denganmu. Aku hanya ingin dengar saja yang sebenarnya dari versi kamu. Karena aku tidak yakin dengan semua ceritanya." Laura menunduk dengan rasa yang sangat sedih. Ya, meskipun aku tak mengenal dia, tapi aku bisa melihat rasa sedihnya sebagai perempuan yang sudah dicampakkan oleh orang yang dia cintai.
"Kalau kau mau mengejar dia silahkan saja, Aku malah ingin menghentikan perjodohan ini tapi tak bisa. Oh iya, aku tak bisa lama-lama ya? Aku harus bekerja." pamitku tak ingin berlama-lama terhanyut dengan suasana yang dia ciptakan. Aku sendiri saja sudah pumya setumpuk masalah.
"Oke, senang bertemu denganmu, maaf mengganggu waktumu ya? Sekarang aku tahu kalau dia berkata sebenarnya, sampai ketemu lagi ya, Nez," balasnya sembari berpamitan kepadaku. Aku pun mengangguk dan melambaikan tangan merasa kasihan juga, wanita itu cantik, modis, dan sepertinya juga kaya. Kenapa bisa mengemis cinta kepada Royan sampai mengorbankan tubuhnya dan perasaannya. Aku enggak bangetlah seperti itu.
Liza segera menghampiriku untuk mencari tahu lebih detail tentang apa yang tadi dilihatnya. Mungkin dia kurang begitu jelas dalam menguping dan mengintip tadi.
"Aku tahu, kamu minta cerita lebih jelasnya kan?" tuduhku to the point.
"Iya, kenapa dia menangis begitu setelah ketemu kamu? Dia siapa Nez?"
"Ih kamu enggak bisa diandalkan dalam hal penyelidikan, sepertinya saja menguping dan mencerna semua yang ada, nyatanya enggak tahu apa-apa?" celetukku sewot.
"Lhah, emang jauh banget jaraknya Bambang!, mana bisa telingaku sepanjang itu, ngomongnya juga pada berbisik-bisik gitu." Dia memukul pelan pundakku sambil menampilkan bibir mencucunya. Ayo kita ke teman-teman dulu, sekalian aku ceritakan disana, biar akunya enggak ngulang lagi ditanyain.
Kami berjalan beriringan lagi menuju ruang kerjaku lagi. Aku mau menceritakan serta menjawab pertanyaan Liza tadi bersamaan.
"Siapa yang nyariin kamu, Nez?" Arman lebih dulu menyampaikan tanya kepadaku.
"Dia wanita yang aku ceritakan kepada kalian itu? Yang semalam aku temui saat aku dinner."
"Waaah keren, dia langsung kesini lho paginya? Nyariin kamu, berarti wanita itu sangat-sangat suka pada calonmu itu, sampai nemuin alamat kantor kita dan sendirian kesini lho," seloroh Ardy.
"Kalau kasihan ambil dah, Dy ... Dia cantik kok, tapi ya gitu, bekas orang, hehehe," Liza turut berkomentar tentang wanita itu.
"Apa yang dia katakan kepadamu?" lanjut Arman.
"Dia hanya mengatakan kalau dia masih mencintai Royan, dan ingin tahu saja apakah aku mencintai Royan juga. Ya aku bilang enggak dong? Aku sama sekali gak ada rasa buat dia. Aku juga bilang aku masih punya pacar sampai sekarang. Aku benar kan?" imbuhku.
"Ya, tentu kamu benar. Siapa tahu dia bisa membantumu untuk menemukan solusi tentang hubunganmu dengan Royan selanjutnya ini," balas Liza menenangkan hatiku. Ya ... Semoga saja kehadirannya bisa membuat aku bisa terpisah dari Royan. Aku juga tak tahu sih apa Laura punya rencana apa setelah ini? Karena dia tadi aku potong pembicaraannya. Iya juga ya? Harusnya aku menanyakan dia ya tadi? Apa dia punya rencana untuk Royan dan aku.