Liza akhirnya berpamitan kepadaku untuk pulang, karena memang sudah larut malam. Dia berpesan kepadaku agar aku tak lupa menghubunginya walau hanya sebentar. Karena mau menghindar sepertinya sudah tak mungkin. Aku sudah ketahuan oleh Liza, mau beralasan pun percuma sebab Liza pasti sudah memberi kabar kepada dia tentang kondisiku yang sedang baik-baik saja dan tidak sedang ada kesibukan. Kami berpelukan dan cipika-cipiki lalu dia mencium tangan Ibuku. Dia kemudian meninggalkan rumahku dengan memacu mobilnya.
Aku segera menghubungi Arman. Karena memang tadi dia berpesan untuk memintaku mengabari dia jika aku sudah senggang. Dia ingin menelfon aku.
"Hallo, Arman ... Aku sudah menelfonmu," ucapku polos.
"Iya, Liza sudah chat aku bahwa dia di rumahmu dan sedang berbicara denganmu. Kamu kenapa, Nez?"
"Tidak kenapa-kenapa," tukasku singkat.
"Jangan bohong, aku merasakan bahwa ada yang berbeda dengan kamu, Liza juga mengatakan demikian barusan," tebaknya akan sikapku.