Chereads / Inevitable Fate [Indonesia] / Chapter 14 - Diam-Diam

Chapter 14 - Diam-Diam

You know it's true .. Everything I do .. I do it for you

- Everything I Do, I Do It For You by Bryan Adams -

=============

Reiko sangat terkejut melihat ponselnya mendadak disodorkan oleh Nathan Ryuu di depannya. Bahkan, katanya tas kecilnya yang berisi dompet dan beberapa benda penting lainnya kini sudah ada di kamar dia. Mungkin diletakkan di sana oleh bu Meguro saat mereka sedang makan malam?

Namun, yang menjadi keheranan bagi Reiko adalah ... kenapa Nathan Ryuu bisa mendapatkan benda-benda miliknya yang berada di tempat tuan Yamada?

Percayalah, Nona ... yang namanya Ondera Ryuzaki itu bisa mendapatkan hal apapun jika dia ingin. Cukup dengan kata-kata maka terjadilah yang dia inginkan terjadi.

Alih-alih bertanya lebih jauh mengenai cara Nathan Ryuu mendapatkan barang-barangnya, Reiko justru dengan cepat memeriksa ponsel itu yang memang sudah tidak menyala karena tentunya kehabisan baterai.

Tapi dia sangat lega melihat benda itu lagi dan tidak melihat adanya goresan atau cacat di tubuh si ponsel. Setidaknya dia lega tuan Yamada tidak merusak ponselnya dikarenakan gagal mendapatkan Reiko.

Melihat Reiko kini sibuk memeriksa ponselnya, Nathan Ryuu lega dia menyerahkan benda itu usai mereka makan dan bukan sebelumnya. Setidaknya kalau ponsel itu diberikan sebelum makan, pasti Reiko akan mengabaikan makan malamnya.

Pemikiran jauh Nathan Ryuu memang jarang meleset, itulah kenapa dia menjadi pengusaha muda paling sukses di seluruh Asia saat ini.

"R-Ryuu ... bagaimana Anda bisa mendapatkan ini?" tanya Reiko penuh rasa penasaran sambil menatap lelaki di seberang meja, berharap mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Kenapa sesama teman harus menggunakan anda-saya? Pakai saja bahasa kasual padaku. Aku risih mendengar sesuatu yang formal darimu, Nanako." Nathan Ryuu segera mengoreksi Reiko.

"Ohh, um, baiklah, um ... yah, itu tadi ... bagaimana kau bisa mendapatkan barang-barangku?" Reiko mengulang pertanyaannya dengan cara sedikit berbeda kali ini.

"Bukankah tadi sudah aku katakan kalau ada seseorang mengatakan padaku bahwa itu adalah milikmu dan aku bawa ke sini." Nathan Ryuu masih bertahan dengan alasan itu.

Hati Reiko sedikit tak memercayainya. "Hanya begitu?"

"Ya, sesederhana itu."

"Apakah orang itu ... rekan kerjaku di konbini itu?"

"Um ... ya, bisa dibilang begitu."

Melihat Nathan Ryuu mengangguk-anggukkan kepala, Reiko tak memiliki kalimat lain untuk mendesak lelaki itu. Ya sudah, lebih baik dia percaya saja. Toh dia tidak rugi andaikan Onodera muda di depannya sedang berbohong. Yang terpenting, barang-barang paling penting dia selamat berada di tangannya kembali.

Ketika Reiko kembali ke kamarnya, benar saja, tas kecil dia sudah ada di meja nakas dekat tempat tidur. Dia segera meraihnya dan memeluk penuh rasa lega.

Namun, dia merasa sedikit aneh hingga keningnya berkerut. Sepertinya tas dia saat ini terasa lebih ... gemuk?

Segera saja tangan gadis itu membuka tas tersebut dan matanya terbelalak saat menyaksikan adanya segepok uang di dalam sana.

Tidak mungkin! Ini pasti mustahil! Mana mungkin uang itu dari tuan Yamada. Sungguh tidak akan dia percayai bahwa itu pemberian tuan Yamada.

Ini pasti ulah Nathan Ryuu! Reiko yakin itu.

Dia menghambur keluar dari kamarnya dan mencari lelaki Onodera di ruang makan, siapa tahu masih ada di sana.

Tapi, mendadak langkah Reiko terhenti setelah dia menjumpai lelaki itu ada di ruang tengah tepat ketika dia membuka pintu. Seketika, dia malu karena terlihat gadis sembrono yang suka bertindak buru-buru.

"Ohh, ada apa, Nanako?" Nathan Ryuu segera melipat lagi surat kabar yang ada di tangannya. Pandangannya teralih ke gadis yang muncul dari kamar.

"Umm ... ini ... kenapa tasku ...."

"Ada apa dengan tasmu? Apakah itu salah? Bukan tasmu?"

"Tidak, ini ... ini memang tasku. Ya, ini betul tasku, tapi ...."

"Tapi apa? Apakah rusak? Aku bisa bawa itu ke tukang tas jika memang rusak."

"Tidak, Ryuu. Ini ... ini kenapa uang ini ...."

"Hm? Uang? Uang apa?"

Kini malah Reiko yang terheran-heran sendiri. Kenapa mimik wajah Nathan Ryuu malah menampilkan kebingungan? Lelaki itu menampakkan raut seolah dia tidak tahu-menahu dengan keberadaan uang di dalam tasnya.

"Uang ini ... kenapa bisa ada uang di dalam tasku, yah?"

"Ohh, kalau kau menanyakan itu padaku, bagaimana aku bisa tahu, Nanako? Aku hanya mengambil tas dari tempat itu dan menyuruh bu Meguro meletakkannya di kamarmu saat kita makan. Apakah benar ada uang?"

Mau tak mau, Reiko harus percaya bahwa ternyata keberadaan uang segepok itu bukan perbuatan Nathan Ryuu. "Apakah ... ini gajiku yang dijanjikan tuan Yamada?" lirihnya setengah bergumam untuk dirinya sendiri.

Tapi karena Nathan Ryuu mendengar gumaman itu, ia pun menyahut, "Yah, mungkin saja memang itu dari mantan bosmu karena kau sudah bekerja di sana, ya kan? Berarti itu memang hakmu, Nanako. Terima saja. Itu sungguh pantas kau dapatkan setelah bekerja dan malah dirugikan di sana."

Masih dengan wajah bingung sendiri, Reiko mengangguk-angguk saja dan pamit kembali masuk ke kamarnya. Dia terus saja menebak-nebak kira-kira siapa yang menaruh uang itu? Rekan kerjanya? Atau tuan Yamada sendiri? Apakah lelaki itu pada akhirnya merasa bersalah karena melecehkan Reiko dan memberikan uang sebanyak itu sebagai gaji ditambah kompensasi atas perbuatannya?

Ya sudah, lebih baik Reiko berpikir begitu saja daripada kepalanya malah berdenyut hanya karena terus memikirkan teka-teki ini.

Di ruang tengah, Nathan Ryuu tersenyum dan kemudian dia menerima telepon dari salah satu anak buahnya. Ia segera berlalu dari sana untuk bicara secara pribadi di ruangannya. "Bagaimana?"

"Tuan, Yamada Shoichiro sudah ditetapkan sebagai tersangka dan kemungkinan sebentar lagi akan naik menjadi terdakwa." Anak buah di seberang sana memberikan laporan kepada Nathan Ryuu.

"Hm, bagus. Kalau bisa, buat dia mendekam sangat lama di penjara nantinya. Aku tidak ingin lelaki seperti dia berkeliaran bebas." Suara Nathan Ryuu terasa berat dan kejam seolah dia ingin mencincang Yamada Shoichiro untuk memuaskan hatinya karena pria tua itu telah menyakiti Reiko.

"Baik, Tuan. Dan ... apakah tas milik Nona Arata sudah diserahkan Zuko kepada Anda?"

"Sudah, itu sudah aku terima dari Zuko dan aku juga sudah berikan ke Reiko. Tugasmu bagus, Itachi."

"Sudah menjadi kewajiban saya mengerjakan yang terbaik untuk Anda, Tuan."

Kemudian, telepon disudahi. Wajah Nathan Ryuu menunjukkan rasa puas atas kinerja anak buahnya. Dia senang apabila semua hal terlaksana sesuai dengan rencana dia.