Jemari Ronin menangkup kedua pipi Rurika sambil kedua ibu jarinya mengusap sesuatu yang meleleh dari mata gadis itu.
Rurika sendiri terkejut. Dia menangis? Dia … menangis?
Ini sungguh di luar dugaannya. Dia menangis ketika memikirkan perasaan Ronin? Kenapa bisa begitu? Kenapa dadanya mendadak saja terasa sesak ketika dia merasa bersalah pada Ronin, bahkan dia sepertinya ingin menghilang saja bersama Ronin agar tidak perlu merasa sepahit ini sekarang.
Ohh, tidak! Apakah dia mulai jatuh cinta pada lelaki itu di saat dia sedang mencampakkannya? Betapa ironisnya apabila ini terjadi.
"Aku … Ron … aku tak bisa. Aku benar-benar tak bisa. Hiks!" Rurika tak tahu bagaimana cara menghentikan air matanya dan itu terus saja mengalir meski hatinya berseru untuk menahan itu terjadi.
"Lulu, ada apa? Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi." Ronin membawa Rurika ke pelukannya saat dia semakin meniadakan jarak antara mereka.