Chereads / Inevitable Fate [Indonesia] / Chapter 34 - Bertemu Pemuda Lainnya

Chapter 34 - Bertemu Pemuda Lainnya

Everybody wants to be loved

Don't give up because you are loved

- You Are Loved (Don't Give Up) by Josh Groban -

=============

"Nah, apakah kalian ingin aku buatkan takoyaki paling enak di dunia?" tanya Ichinose Yuza pada Runa dan Reiko saat kedua gadis itu mendapatkan waktu rehat dari Bu Sayuki. "Aku gratiskan untuk kalian!"

"Huh, masih saja kau menggunakan trik kuno itu, dasar playboy!" tuding Runa sambil mencibir jenaka ke Yuza.

Dua mata Ichinose Yuza membulat dengan alis terangkat tinggi-tinggi saat lelaki muda itu berkata, "Playboy? Hei, sejak kapan aku menjadi playboy?!" pekiknya pelan dengan gayanya yang meyakinkan.

"Sejak lama!" Lalu Runa menjulurkan lidahnya mengejek Yuza.

"Tunggu! Tunggu! Ini tidak benar!" Yuza menyangkal. "Aku tidak pernah bermain-main dengan perempuan dan juga tidak pernah mempermainkan perasaan mereka. Aku selalu menjunjung tinggi setiap perempuan." Gayanya semakin meyakinkan dengan tangan berada di dada dan dagu mendongak seraya mata terpejam seolah dia adalah orang suci yang sedang disalahpahami.

"Tak usah berlagak inosens, Yuza-kun!" sergah Runa. "Teman-temanku di sini sudah menceritakan keahlianmu dalam merayu mereka."

"Ch-chotto[1]! Chotto matte!" Ichinose Yuza segera saja berseru. "Aku tidak pernah merayu siapapun selama ini, selain hanya ... mengundang mereka untuk membeli takoyaki aku, dan itu sah saja sebagai pedagang, kan?" Ia memandang bergantian pada Runa dan Reiko.

"Jangan percayai ocehan pemuda busuk ini." Tiba-tiba terdengar suara dari dekat Yuza.

Segera saja Yuza menoleh ke samping dan dengan cemberut, dia berkata, "Hei, ossan[2]! Jangan mulai menfitnahku, oke!"

"Ossan apanya! Umurku ini tak jauh denganmu, bocah busuk!" Pria yang ternyata ada di lapak sebelah takoyaki milik Yuza pun memprotes.

Reiko cukup terkejut ketika Yuza memanggil pria itu dengan sebutan ossan, karena itu cukup tak sopan untuk orang Jepang. Tapi kadang juga dipakai hanya untuk ledekan ke teman dekat. Apakah kedua pria itu akrab?

Runa yang mengetahui keheranan dari Reiko pun menjelaskan, "Dia adalah Kashimoto Shingo (dibaca: Shin-go atau mudahnya sih: Shinggo), pemilik lapak okonomiyaki."

Mendengar penjelasan dari Runa, Reiko pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Sementara itu, Yuza dan Shingo sedang sibuk berdebat tak penting di depan kedua gadis itu.

"Dan mereka biasa seperti itu," bisik Runa sambil tertawa kecil menjelaskan kenapa dua pria itu terus berdebat tak jelas mengenai apapun.

"Ohh, ternyata begitu. Sepertinya mereka kawan akrab dan dekat, yah Ru-chan!" tebak Reiko.

"Kami tidak akrab!" Dua pria itu bersama-sama menjawab Reiko. Runa malah terkikik geli sementara Reiko tersenyum canggung.

"Sudah, sudah, lebih baik kalian meladeni pembeli saja, terutama pembeli secantik kami, oke!" Runa mengedipkan satu matanya ke Yuza dan Shingo secara jenaka untuk meredam keributan tak penting dua pria muda itu.

"Oke, akan aku buatkan takoyaki terenak di dunia, melebihi enaknya okonomiyaki pula!" Ichinose Yuza segera bergerak di depan alat pembuat takoyaki di depannya dan dengan cekatan dia mulai menuang tepung cair dan mulai mengisi dengan daging dan kaki gurita kecil dan membolak-balikkan adonan di alat tersebut.

"Kau pikir takoyakimu itu enak, heh? Itu sama busuknya dengan kau, bocah!" Kashimoto Shingo tak ingin kalah dan mulai juga menuangkan adonan dasar okonomiyaki ke atas wajah datar lebar di depannya, lalu menuangkan kubis dan wortel, dan kemudian menaruh daging dan terakhir menaruh telur mentah sambil menunggu sebentar sebelum membalikkan adonan itu dan kemudian melakukan ini dan itu sebelum membungkuskan dua okonomiyaki kecil kepada Runa dan Reiko.

Yuza juga sudah selesai dengan takoyakinya dan dia menyodorkan dua bungkus pada Reiko dan Runa.

Kedua gadis itu menerima dua macam panganan itu secara bersamaan.

"Berapa untuk yang ini, Shingo-san?" tanya Runa sambil bersiap membayar.

"Tidak usah, Runa-san!" tolak Shingo. Itu karena tadi dia sudah sempat mendengar bahwa Yuza akan menggratiskan takoyakinya.

"Huh! Mencoba berlagak keren, yah ossan?" ledek Yuza.

"Kau yang bisa berlagak sok keren!" balas Shingo. Lalu dia beralih lagi ke Runa untuk berkata, "Anggap saja ini hidangan perkenalan untuk kalian berdua. Sepertinya Runa-san sudah lama tidak ke pasar ini, kan?"

"Ahh! Ternyata Shingo-san menyadarinya!" Runa seketika merona dan tersipu sekejap, tak menyangka kalau Shingo mengetahui sampai sejauh itu.

"Ohh ... itu ... hanya kebetulan saja tahu." Shingo menggaruk belakang kepalanya.

Yuza mencibir melihat adegan itu. "Sekarang siapa yang playboy, ya kan?" sindirnya sambil melirik Shingo dan Runa, bergantian.

"Aku bukan playboy sepertimu!" bantah Shingo. "Aku tidak melulu sok menggratiskan dagangan setiap ada wanita cantik menghampiri. Aku menggratiskan itu karena aku mengenal Runa-san dan dia lama tidak muncul di pasar."

"Pfftt! Ossan selalu memiliki alasan, ya kan?" ejek Yuza.

"Kau!" Shingo mendelik kesal.

"Ya ampun, sampai kapan kalian berhenti ribut? Padahal lapak kalian bersebelahan, tapi kerap saja ribut begini, ck ck ck ... apa tidak malu pada pembeli?" Runa menasehati mereka. Shingo dan Yuza terdiam.

Tak lama, Bu Sayuki memanggil dua gadis itu, tanda bahwa mereka sudah harus mulai kembali bekerja. Runa dan Reiko pun pamit pada Shingo dan Yuza serta tak lupa mengucapkan terima kasih atas makanan gratis yang mereka dapatkan dari dua pemuda itu.

Pada malamnya usai dari pasar, Runa sibuk mengoceh mengenai Kashimoto Shingo dan sesekali menyelipkan tentang Ichinose Yuza pula. Reiko mendengarkan dengan telaten.

Sesudah Runa terdiam sambil tersenyum riang, Reiko pun bertanya pelan, "Ru-chan, apakah kau ... sebenarnya menyukai Shingo-san?"

--------------

[1] chotto matte adalah arti bahasa Jepang dari: "tunggu sebentar" atau "tunggu dulu". Biasanya dipakai ketika mereka ingin mengonfirmasi sesuatu atau menyanggah ucapan teman. Bisa juga dipakai ketika mereka ingin orang lain untuk menunggu dan tidak meninggalkan mereka (ketika berlari atau berjalan). Bentuk singkatnya biasanya adalah: chotto, dan ini dipakai untuk teman yang sudah akrab.

Apabila pada orang yang lebih senior atau lebih formal, bisa mengatakan: "chotto matte kudasai" yang berarti: "tolong tunggu sebentar".

[2] ossan ini bisa diartikan panggilan untuk orang paruh baya, dan ini cukup kurang ajar/kasar di Jepang sana kalo memanggil pakai cara ini. Mungkin kalo di sini, seperti bilang: "oi, tua!". Biasanya untuk ledekan saja, sih!