Arya kembali kekamar saat jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Membersihkan diri kemudian merebahkannya tepat disamping Uli.
Uli yang memang sejak tadi berbaring menghadap ke kanan membuat Arya tanpa sengaja menatapnya. Memperhatikan wanita yang telah menjadi istrinya itu.
Dari deru nafasnya yang terdengar teratur bisa dipastikan bahwa Uli sudah tidur pulas dengan mulut sedikit menganga.
Tetasan air mata yang keluar karena kecewa tadi belum sepenuhnya mengering. Disudut mata masih terdapat genangan. Hidung yang tidak terlalu mancung itu juga tampak memerah.
"Kenapa dia menangis?" tanya Arya dengan suara cukup pelan. Takut mengusik tidur Uli.
"Apa dia tidak menyukai keputusanku untuk menikahinya?"
"Bukankah dia sendiri yang tidak ingin menjadi janda?"
"Dia juga ingin aku membawanya ke kota."
"Apa yang telah aku perbuat sampai dia menangis seperti ini?"
"Atau jangan-jangan dia menyesal menikah denganku? Tapi mengapa?"