"Sifat mu terlalu kekanak-kanakan, Uli. Apa yang harus ku katakan pada Arya kalau begini? Bukankah kalian baru memulai misi untuk saling mencintai? Lalu kalau kamu seperti ini apa misi itu akan bisa berhasil?"
Luhut berkata sambil menatap lekat wajah adiknya yang sedang tertunduk. Adik sematawayangnya itu sama sekali tidak berani menatap wajah Luhut.
Jantung Uli semakin bergemuruh. Keringat dingin bahkan sudah membasahi bagian punggung membuat kaos yang ia kenakan juga terkena imbasnya. Uli sudah seperti seorang yang habis berlari maraton.
Angin yang berhembus dari jendela dan juga pintu dapur sama sekali tidak bisa membuatnya merasa sejuk sedikit pun. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan dirinya sendiri.
Bagaimana mungkin Uli melupakan aturan dimeja makan?
Bagaimana mungkin Uli bersifat tidak senonoh pada yang lebih tua. Apalagi ini adalah Abang dan juga suaminya.
Bang, Luhut benar. Aku memang sudah keterlaluan! batin Uli.