Hilman yang sudah menunggu Laila cukup lama, tidak ada tanda-tanda Laila akan keluar. Hari semakin gelap, cahaya dari dalam pun tidak ada. Ia tidak merasakan kehidupan di dalam rumah kecil itu. Ia juga sudah bosan menunggu dan menggedor pintu rumah itu.
"Laila ... apa segitunya kamu marah padaku? Sehingga kamu tidak mau memaafkan aku? Aku di sini sudah lama menunggu kamu untuk keluar dan temuiku di sini. Kenapa kamu tidak mau keluar, Laila! Aku ini masih suami kamu! Kamu ini masih sah sebagai istriku. Jangan karena aku yang mengusir kamu, kamu berpikir aku tidak memerlukan kamu lagi, yah! Jujur aku masih tidak rela kamu pergi dari rumah. Kembali lah padaku, Laila!"
Pria itu terus-terusan menggedor pintu dan karena saking kesalnya, ia mendobrak pintu dan membuat pintu itu roboh. Apalagi pintu yang terbuat dari kayu albasia itu mudah rapuh dan hancur. Ia langsung mencari keberadaan Laila dengan penerangan dari ponselnya. Karena di dalam sudah gelap, tanpa ada cahaya apapun.