Hilman dan Laila berjalan beriringan bersama dengan Pramono. Malam itu udara berhembus dengan kencang. Membuat hawa dingin menembus kulit. Mukena yang dikenakan Laila berkibar-kibar diterpa angin.
"Kamu nggak dingin, Laila?" tanya Hilman yang sedang menggenggam tangan sang istri.
"Agak dingin, Mas. Memangnya ada apa? Kamu nggak dingin? Kakek juga kasihan, mending kita cepat-cepat sampai di rumah!" ajak Laila yang berjalan cepat.
"Kalian duluan, Nak! Kakek masih ingin bersantai dulu. Kelihatannya malam ini udaranya dingin berhembus. Tapi tidak tahu mengapa badan kakek merasa tenang."
"Ayolah, Kek. Nggak baik buat kesehatan, lho. Nanti kalau main angin-anginan, bisa masuk angin. Kita nggak bisa jamin akan baik-baik saja esok hari, kan?" ujar Laila.
Wanita itu menarik tangan sang kakek untuk mempercepat jalannya. Beberapa menit waktu mereka sampai di rumah yang terang. Eva sudah menunggu di taman bunga depan rumah. Tengah minum wedang jahe susu dengan ditemani kue.