"Kita akan melihatnya nanti, Laila. Yang penting, kamu sembuh terlebih dahulu! Kalau kamu sembuh, kan bisa saja kamu ikutan mengaduk semen, yah?" goda Hilman.
Namun jawaban Laila sungguh tidak terduga. Ia mengangguk dan berkata, "Tidak apa-apa, Mas. Yang penting aku bisa melihat gedung itu dibangun. Kalau mengaduk semen, aku juga pasti bisa. Orang dulu aku juga ikut ngaduk semen di mushola."
"Apa? Kamu ngaduk semen? Apa mas nggak salah dengar, nih? Perempuan paling cantik di desa Wanadadi mengaduk semen? Wah, aku selain memiliki istri paling cantik, juga pekerja berat juga, yah."
Kalau Laila tidak mengatakan sendiri, ia tidak akan percaya kalau Laila sempat mengaduk semen dulunya. Hilman pun tidak tahu bagaimana Laila menjalani kehidupannya saat bersama sang kakek. Yang sang kakek itu sudah sering sakit-sakitan.