"Kalian kalau bikin berantakan memang ahlinya. Tapi kalian malas merapikannya. Kalau mau gini, jadi apa kalian saat dewasa nanti?" kata Ragil yang sedang mengomeli kedua lelaki, teman mereka.
"Iya, deh, iya! Gitu aja marah-marah, nungguin kamunya lama banget, lagi," gerutu Danish.
"Hei! Kalau bikin berantakan, jangan kamu ngelak! Kamu berdua yang salah!" semprot Ragil.
"Iya, iya. Bos yang menang." Danish hanya bisa terdiam setelahnya. Kalau berdebat lagi, sudah pasti dirinya akan kalah. Apalagi Ragil yang paling memiliki peranan penting baginya dan teman-teman.
"Udah, jangan diterusin. Kitanya yang salah juga. Lagian dia juga emosinya lagi nggak stabil kayak cewek PMS," bisik Daren.
"Hei! Bisikin apa kamu, Daren?" Dan ia juga menghampiri keduanya dan berbisik, "Hari ini dua babon itu kita garap saja, bagaimana?"
"Gila kamu, Gil!" pekik Danish. Ia mendorong Ragil dengan spontan. "Kita boleh nakal dan bikin kerusuhan! Tapi kita nggak boleh main sama cewek, Bruhh!"