Laila terus berjalan mengikuti Hilman. Walau terasa berat, Laila tetap membawa pakaian yang berat itu dengan kedua tangannya. Hilman yang tidak menyadari pun hanya menjadi pembicaraan orang-orang.
"Tega banget, yah. Masa istrinya disuruh bawain pakaiannya?" ucap seorang wanita paruh baya yang bersama temannya yang sama.
"Iya, Jeng. Mungkin dia pembantunya kali. Itu pakaiannya kan banyak dan berat ... masa perempuan kuat bawa segitu, sih? Apa nggak berat, yah?"
Sebenarnya Laila juga merasa keberatan. Apalagi luka di lututnya masih belum sembuh. Bagaimana mungkin dia tidak merasa berat. Sakit pun ia rasakan. Namun saat ini Hilman tidak menyadarinya karena masih asik memilih pakaian.
"Aku juga mau belikan untuk orang di rumah. Kamu juga belikan buat om dan tantemu, Laila. Mereka sudah baik sama kita," ungkap Hilman, menengok ke arah Laila yang sudah terduduk di lantai. "Ya Allah, Laila!"