Hilman mendekat ke arah Laila dan memeriksanya. Tidak ada yang salah dari dirinya. Karena masih bernafas dengan normal dan ia memeriksa denyut nadinya melalui pergelangan tangannya.
"Syukurlah ... dia nggak apa-apa, Sayang. Mungkin dia hanya kelelahan dan masih sakit. Kamu lihatlah, Eva. Wajahnya pucat begitu, mengapa kamu tidak percaya kalau Laila sakit?"
"Iya, Mas. Aku percaya. Ya sudah, Mas. Kamu benerin posisi tidurnya!" perintah Eva pada Hillman. "Masa tidurnya terlentang dan kakinya masih di lantai, sih?"
Hilman menuruti perintah Eva untuk membenarkan posisi Laila yang tertidur. Ia mengangkat kaki yang di lantai. Namun bingung karena tidak ada sprei di kamar itu. Eva juga menyadarinya.
"Sekarang gimana, Mas? Apa kita tinggalkan saja, Laila tidur di sini? Tapi mengapa nggak ada spreinya? Apa yang sedang dicuci itu, yah?" tanya Eva, mengingat suara mesin cuci barusan.
