"Seriusan, Ve? Kamu kenapa ditanya, siapa yang hamilin, kamu malah tertawa? Duh, kamu stres, yah? Kasihan banget kamu, Ve. Sini aku peluk, huhuhu ...."
"Apaan, sih? Aku mana ada hamil? Aku gini-gini masih seorang gadis suci, yah? Kamu ngakunya pinter, candaan gini saja nggak paham, Ra! Hahaha!" tawa Veve dengan kerasnya.
"Dih, jangan bercanda, deh! Dasar Veve, bercandanya nggak lucu!" gerusel Rara. Rara meninggalkan Veve yang tertawa terbahak-bahak.
"Iyah, Sayangku! Sini aku jelaskan!" Ia menarik tangan sahabatnya agar tidak menjauh darinya. "Maksudnya aku panggil 'Nak' itu adalah panggilan untuk cacing di perut, Ra. Masa kayak gitu saja kamu marah?"
Gadis itu masih cuek pada temannya setelah dijelaskan apa yang dimaksud dengan perkataannya barusan. Namun ia tetap bersabar karena sedang menantikan korban kloter keduanya.
"Sudah, Ve. Aku males kalau gitu. Pijitin aku kalau kamu mau aku nggak marah sama kamu!" perintahnya dengan senyuman mengembang.